iklan banner

Skripsi Pgsd Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Ktsp Pada Kelas Rendah

(KODE : PENDPGSD-0033) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KTSP PADA KELAS RENDAH

 SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KTSP PADA KELAS RENDAH SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KTSP PADA KELAS RENDAH

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia. Melalui pendidikan, insan akan mempunyai kemampuan dan kepribadian yang berkembang. Pendidikan juga bisa membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi yang lebih baik. Pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan menurut pada Pancasila dan UUD 1945. UUD 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem dalam pengajaran nasional yang diatur melalui undang-undang. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yakni membuatkan kemampuan dan membentuk tabiat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi penerima didik semoga menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional sanggup diraih dengan membuatkan kurikulum yang mengacu pada standar nasional pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 wacana Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 Pasal 1 menyatakan bahwa satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang melakukan kurikulum 2013 semenjak semester pertama tahun pelajaran 2014/2015 kembali melakukan kurikulum tahun 2006 mulai semester kedua tahun pelajaran 2014/2015 hingga ada ketetapan dari kementerian untuk melakukan kurikulum 2013. Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut, sebagian besar satuan pendidikan dasar yang gres melakukan kurikulum 2013 di semester pertama tahun pelajaran 2014/2015 kembali melakukan kurikulum tahun 2006 (KTSP) pada semester kedua tahun pelajaran 2014/2015 hingga ketika ini.
Kurikulum yang berlaku, diatur melalui standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Menurut Peraturan Menteri Nomor 22 tahun 2006 mengenai standar isi, pembelajaran pada kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik dengan pedoman standar proses sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 41 tahun 2007 dan standar penilaian sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 20 tahun 2007. Standar proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan. Standar proses memuat perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran, sedangkan standar penilaian mengatur penilaian pembelajaran.
Sejak diberlakukannya KTSP, pelaksanaan pembelajaran pada kelas awal (kelas 1, 2, dan 3) MI/SD lebih tepat kalau dikelola dengan pembelajaran terpadu/terintegrasi melalui pendekatan pembelajaran tematik untuk semua mata pelajaran sesuai dengan standar proses dan standar penilaian.
Depdiknas (dalam Kadir dan Asrohah, 2014 : 9) mengemukakan guna memperlihatkan citra faktual wacana pembelajaran untuk menjadi acuan, maka perlu disiapkan model pembelajaran tematik bagi MI/SD kelas 1 hingga dengan kelas 3. Selain itu, pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) memutuskan pendekatan tematik sebagai pendekatan pembelajaran yang harus dilakukan pada penerima didik SD (SD) terutama untuk penerima didik kelas rendah (Majid, 2014 : 6).
Pembelajaran dengan pendekatan tematik ialah agenda pembelajaran yang berangkat dari satu tema/topik tertentu dan kemudian dielaborasikan dari aneka macam aspek atau ditinjau dari aneka macam perspektif mata pelajaran yang biasa diajarkan di sekolah (Kadir dan Asrohah, 2014 : 1). Pada dasarnya pembelajaran tematik diimplementasikan pada kelas awal yakni kelas 1-3 sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dengan titik tolak pencapaian kompetensi membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral. Menurut BSNP (dalam Majid, 2014 : 6), penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di SD dikarenakan perkembangan penerima didik pada kelas rendah sekolah dasar pada umumnya berada pada tingkat perkembangan yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic) dan gres bisa memahami hubungan antara konsep secara sederhana serta masih bergantung pada objek faktual dan pengalaman dalam proses pembelajarannya. Inilah alasan penerima didik kelas rendah (kelas 1-3) melakukan pembelajaran tematik. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivisme dan behaviorisme. Teori konstruktivisme mengungkapkan bahwa berguru tidak dari sekadar mengingat namun juga memahami dan bisa menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, sedangkan teori behaviorisme mengungkapkan bahwa berguru merupakan proses perubahan sikap yang tampak dan tidak tampak (Rifai, 2012 : 89 dan 114).
Pembelajaran tematik dirancang dalam rangka meningkatkan hasil berguru yang optimal dan maksimal dengan cara mengangkat pengalaman penerima didik yang mempunyai jaringan dari aneka macam aspek kehidupan dan pengetahuannya. Secara efektif pembelajaran tematik akan memperlihatkan nilai positif bagi guru dan penerima didik yakni : (1) memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu, (2) penerima didik sanggup mempelajari pengetahuan dan membuatkan aneka macam kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama, (3) pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan, (4) kompetensi dasar sanggup dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman eksklusif penerima didik, (5) lebih sanggup dirasakan manfaat dan makna berguru lantaran materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, (6) penerima didik lebih berangasan berguru lantaran sanggup berkomunikasi dalam situasi nyata untuk membuatkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus sanggup mempelajari mata pelajaran lain, dan (7) guru sanggup menghemat waktu alasannya ialah mata pelajaran yang disajikan secara tematik sanggup dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan dan waktu selebihnya sanggup dimanfaatkan untuk acara remidial, pemantapan, atau pengayaan materi (Panduan KTSP dalam Kadir dan Asrohah, 2014 : 7). 
Berdasarkan faktor positif  yang telah disebutkan, maka dorongan untuk melakukan pembelajaran tematik dari aneka macam pihak baik dari pendidik maupun dari pengambil kebijakan kependidikan menjadi semakin menguat.
Implementasi pembelajaran tematik berbasis KTSP mempunyai ciri sesuai dengan ciri KTSP, yakni berbasis kompetensi dan karakter, proses pembelajaran memakai EEK (Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi), dan memakai penilaian berbasis kelas. Implementasi pembelajaran tematik yang ideal meliputi 3 hal yakni penyusunan perencanaan, penerapan atau pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran tematik (Hajar, 2013 : 82). Langkah awal dalam merencanakan pembelajaran tematik ialah mengenal standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan standar isi, memilih tema, menciptakan jaring tema, menyusun silabus, dan merancang RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) sesuai dengan standar proses yang meliputi komponen-komponen berikut : (1) standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar, (2) tujuan pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4) pendekatan dan metode pembelajaran, (5) langkah-langkah acara pembelajaran, (6) alat dan sumber belajar, dan (7) penilaian pembelajaran. Melalui perencanaan pembelajaran tematik, pelaksanaan pembelajaran akan lebih mudah. Pelaksanaan pembelajaran tematik memakai pendekatan tematik dengan memperhatikan karakteristik pembelajaran tematik sebagai pembeda dengan pembelajaran lainnya. Menurut Prastowo (2013 : 401), penilaian pembelajaran tematik bertujuan untuk mendapat aneka macam isu secara berkala, berkesinambungan, serta menyeluruh wacana proses dan hasil pertumbuhan maupun perkembangan yang telah dicapai, baik berkaitan dengan proses maupun hasil pembelajaran. Oleh lantaran itu, sesuai standar penilaian, penilaian pembelajaran tematik dilakukan dengan dua hal, yaitu penilaian terhadap proses acara dan hasil kegiatan.
Hasil kajian lapangan implementasi standar isi yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum pada tahun 2007 menyebutkan pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas I s.d III tidak berjalan sesuai dengan ketentuan standar isi, lantaran guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun silabus sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ditetapkan dalam standar isi. Selain itu guru-guru mengalami kesulitan dalam mengalokasikan waktu yang harus dipergunakan dalam seminggu, lantaran tidak ada ketentuan alokasi waktu untuk setiap tema yang ditetapkan. Hal ini disebabkan guru-guru belum memahami esensi dan praktek pembelajaran tematik. Pada umumnya guru-guru belum mendapat training yang cukup memadai dalam pelaksanaan pembelajaran tematik (Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Puskur, 2007 : 12).
Fenomena tersebut juga terjadi di SD negeri di Gugus X yang menjadi sampel pada penelitian ini. Peneliti melalui data observasi dan wawancara menemukan duduk kasus yang berkaitan dengan implementasi pembelajaran tematik pada kelas rendah yang belum optimal. Hal ini terbukti dengan ditemukannya aneka macam duduk kasus antara lain, guru kelas rendah sudah menciptakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan tematik namun pada ketika pelaksanaan pembelajaran terlihat pengotakan mata pelajaran sehingga antar mata pelajaran tidak tematik. Karakteristik pembelajaran tematik belum muncul dalam pembelajaran. Selain duduk kasus tersebut, penilaian pembelajaran hanya dilihat dari hasil berguru penerima didik melalui acara tes mulut dan tertulis, sedangkan penilaian proses menyerupai pengamatan, sikap, kinerja, dan portofolio belum dilakukan secara maksimal.
Penelitian yang relevan dengan hal ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Nur Ain dan Mans Kurniawati tahun 2013 dengan judul "IMPLEMENTASI KURIKULUM KTSP : PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR". Hasil penelitian tersebut, meskipun lebih dari enam tahun sesudah diberlakukannya kurikulum KTSP, sekolah dasar di Kecamatan Klojen dan Kecamatan Sukun belum melakukan pembelajaran tematik. Belum terlaksananya pembelajaran tematik lantaran guru kurang menguasai konsep pembelajaran tematik, sehingga guru kurang sanggup merancang pembelajaran tematik yang sesuai dengan konsep pembelajaran tematik yang sebenarnya. Pembelajaran di sekolah dasar pada kedua kecamatan gres membuatkan keterampilan pada ranah kognitif, sedangkan keterampilan dalam ranah afektif dan psikomotorik belum dilaksanakan secara maksimal. Ranah kognitif yang diajarkan kepada penerima didik antara Cl-C3, dan belum hingga pada C4-C6 (Jurnal Inspirasi : 2013).
Penelitian lain yang mendukung hal ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Sadri tahun 2012 dengan judul "STUDI EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SEKOLAH DASAR GUGUS I DENPASAR TIMUR DI DENPASAR". Hasil penelitian tersebut implementasi pembelajaran tematik pada sekolah dasar gugus I Denpasar Timur di Denpasar tergolong tidak efektif dilihat dari variabel konteks, input, proses dan produk. Dengan demikian, implikasi praktisnya ialah pembelajaran tematik yang ada pada sekolah dasar gugus I Denpasar Timur di Denpasar perlu disempurnakan baik dari segi konteks, input, proses maupun produk semoga implementasi pembelajaran tematik pada sekolah dasar gugus I Denpasar Timur di Denpasar menjadi efektif. (Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksa : 2012).
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik ingin mengkaji implementasi pembelajaran tematik berbasis KTSP pada kelas rendah di SD negeri Gugus X lantaran pembelajaran tematik sesuai dengan karakteristik penerima didik kelas rendah. Dengan pembelajaran tematik penerima didik kelas rendah sanggup melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan dan bisa memahami hubungan antara konsep secara sederhana.
Manfaat dalam penelitian ini ialah untuk menggambarkan secara akurat bagaimana implementasi pembelajaran tematik berbasis KTSP pada kelas rendah di sekolah dasar. Berdasar ulasan latar belakang tersebut, maka peneliti telah mengkaji melalui penelitian deskriptif kualitatif dengan judul "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KTSP PADA KELAS RENDAH DI SD NEGERI GUGUS X".


Sumber http://gudangmakalah.blogspot.com

0 Response to "Skripsi Pgsd Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Ktsp Pada Kelas Rendah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel