✔ Pengertian Konflik Sosial Berdasarkan Para Ahli
Pengertian Konflik
konflik merupakan proses sosial yang niscaya akan terjadi di tengah-tengah masyarakat yang dinamis. Konflik terjadi sebab adanya perbedaan atau kesalahpahaman antara individu atau kelompok masyarakat yang satu dan individu atau kelompok masyarakat yang lainnya. Dalam konflik niscaya ada perselisihan dan kontradiksi di antara pihak-pihak yang berkonflik. Konflik sanggup dialami oleh siapa saja pada banyak sekali lapisan sosial masyarakat. Konflik sanggup dimulai dari keluarga, masyarakat sekitar, nasional, dan global. Jenis-jenis konflik pun sanggup beragam.
Untuk mendapat citra lebih luas wacana pengertian konflik, berikut ini merupakan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli.
a. Robert M.Z. Lawang, menyampaikan bahwa konflik diartikan sebagai usaha untuk memperoleh hal-hal yang langka, menyerupai nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya, yang tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik sanggup diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dan kelompok lain dalam proses perebutan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial, dan budaya) yang relatif terbatas.
b. Kartono, beropini bahwa konflik merupakan proses sosial yang bersifat antagonistik dan terkadang tidak sanggup diserasikan sebab dua belah pihak yang berkonflik mempunyai tujuan, sikap, dan struktur nilai yang berbeda, yang tercermin dalam banyak sekali bentuk sikap perlawanan, baik yang halus, terkontrol, tersembunyi, tidak langsung, terkamuflase maupun yang terbuka dalam bentuk tindakan kekerasan.
Konflik yang terjadi antar individu, contohnya konflik di antara sesama teman di sekolah. Konflik antara individu dengan kelompok, contohnya konflik antara seorang majikan dan buruhnya; atau konflik antara kelompok dan kelompok, contohnya para pedagang kaki lima dengan para petugas ketertiban. Bahkan, konflik sanggup melibatkan antarnegara, menyerupai konflik antara Irak dan Amerika.
c. Peter Harris dan Ben Relly (1998), beropini bahwa sifat
konflik yang tajam di dunia telah berubah dalam satu dekade terakhir, baik dalam inti permasalahan maupun dalam bentuk pengekspresiannya.
Salah satu perubahan yang paling dramatis ialah pergeseran dari konflik antarnegara yang tradisional (perang antarnegara berdaulat) menuju konflik dalam negara. Konflik-konflik yang paling kejam sepanjang kurun ke-20 ialah konflik antarnegara. Akan tetapi, pada tahun 1990-an hampir semua konflik besar di dunia terjadi dalam negara atau konflik internal, contohnya perang saudara, pemberontakan bersenjata, gerakan separatis dengan kekerasan, dan peperangan domestik lainnya.
Anda sanggup mengidentifikasi lebih lanjut bahwa jenis konflik sosial yang terjadi di Indonesia secara umum terdiri atas dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Konflik vertikal, contohnya konflik negara versus warga, buruh versus majikan.
b. Konflik horizontal, contohnya konflik antarsuku, antaragama, dan antarmasyarakat. Konflik-konflik tersebut sanggup berlatar belakang ekonomi, politik, agama, kekuasaan, dan kepentingan lainnya.
Menurut pandangan Karl Marx, kejahatan dan konflik terkait bersahabat dengan perkembangan kapitalisme. Anggapan tersebut menyebutkan bahwa apa yang merupakan penyebab konflik, didefinisikan oleh kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.
Apabila kita memperhatikan fenomena kehidupan sehari-hari, baik yang kita alami sendiri maupun melalui banyak sekali sumber isu di media massa (seperti surat kabar, majalah, radio, dan TV) wacana konflik, diperkirakan ada sejumlah pola konflik yang perlu diwaspadai, yaitu:
a. konflik internal di dalam suatu masyarakat lokal;
b. konflik antara masyarakat lokal dan pemerintah daerah;
c. konflik masyarakat antardaerah;
d. konflik antara dua atau lebih pemerintah daerah;
e. konflik antara masyarakat lokal dan pemerintah sentra sebagai penyelenggara negara;
f. konflik antara pemerintah tempat dan pemerintah pusat;
g. konflik antarelite di pemerintah sentra yang berimbas pada konflik masyarakat di tingkat lokal.
Oleh sebab itu, di dalam masyarakat yang beragam perlu waspada dalam bertindak, terutama yang berafiliasi dengan persoalan SARA (Suku, Agama, dan Ras) yang sanggup menjadikan konflik sehingga sanggup membahayakan stabilitas nasional. Adanya dominasi dalam bidang-bidang kehidupan menyerupai ekonomi ataupun pemerintahan oleh suatu etnis tertentu, sanggup memancing perasaan tidak bahagia etnis lain sehingga sanggup menjadikan benih-benih konflik dalam masyarakat.
Konflik dan Kekerasan
Berbicara wacana terjadinya konflik di masyarakat, tidak terlepas
dari adanya kekerasan. Padahal, tidak semua konflik yang terjadi
harus diakhiri dengan tindakan kekerasan.
Tidak selamanya konflik harus diakhiri oleh tindakan kekerasan sebab kekerasan tidak sama dengan konflik. Konflik merupakan proses sosial yang akan terus terjadi dalam masyarakat, baik individu maupun kelompok, dalam rangka perubahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dengan cara menentang lawannya. Adapun kekerasan, merupakan tanda-tanda yang muncul sebagai salah satu imbas dari adanya proses sosial yang biasanya ditandai oleh adanya perusakan dan perkelahian.
Seringkali tindakan kekerasan muncul secara impulsif pada masyarakat. Tindakan kekerasan impulsif ini tujuannya tidak jelas, kadangkala ditumpangi oleh kepentingan pihak-pihak tertentu yang sengaja ingin membuat kekacauan.
Sumber: Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas XI Sumber http://awalilmu.blogspot.com
konflik merupakan proses sosial yang niscaya akan terjadi di tengah-tengah masyarakat yang dinamis. Konflik terjadi sebab adanya perbedaan atau kesalahpahaman antara individu atau kelompok masyarakat yang satu dan individu atau kelompok masyarakat yang lainnya. Dalam konflik niscaya ada perselisihan dan kontradiksi di antara pihak-pihak yang berkonflik. Konflik sanggup dialami oleh siapa saja pada banyak sekali lapisan sosial masyarakat. Konflik sanggup dimulai dari keluarga, masyarakat sekitar, nasional, dan global. Jenis-jenis konflik pun sanggup beragam.
Untuk mendapat citra lebih luas wacana pengertian konflik, berikut ini merupakan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli.
a. Robert M.Z. Lawang, menyampaikan bahwa konflik diartikan sebagai usaha untuk memperoleh hal-hal yang langka, menyerupai nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya, yang tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik sanggup diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dan kelompok lain dalam proses perebutan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial, dan budaya) yang relatif terbatas.
b. Kartono, beropini bahwa konflik merupakan proses sosial yang bersifat antagonistik dan terkadang tidak sanggup diserasikan sebab dua belah pihak yang berkonflik mempunyai tujuan, sikap, dan struktur nilai yang berbeda, yang tercermin dalam banyak sekali bentuk sikap perlawanan, baik yang halus, terkontrol, tersembunyi, tidak langsung, terkamuflase maupun yang terbuka dalam bentuk tindakan kekerasan.
Konflik yang terjadi antar individu, contohnya konflik di antara sesama teman di sekolah. Konflik antara individu dengan kelompok, contohnya konflik antara seorang majikan dan buruhnya; atau konflik antara kelompok dan kelompok, contohnya para pedagang kaki lima dengan para petugas ketertiban. Bahkan, konflik sanggup melibatkan antarnegara, menyerupai konflik antara Irak dan Amerika.
c. Peter Harris dan Ben Relly (1998), beropini bahwa sifat
konflik yang tajam di dunia telah berubah dalam satu dekade terakhir, baik dalam inti permasalahan maupun dalam bentuk pengekspresiannya.
Salah satu perubahan yang paling dramatis ialah pergeseran dari konflik antarnegara yang tradisional (perang antarnegara berdaulat) menuju konflik dalam negara. Konflik-konflik yang paling kejam sepanjang kurun ke-20 ialah konflik antarnegara. Akan tetapi, pada tahun 1990-an hampir semua konflik besar di dunia terjadi dalam negara atau konflik internal, contohnya perang saudara, pemberontakan bersenjata, gerakan separatis dengan kekerasan, dan peperangan domestik lainnya.
Anda sanggup mengidentifikasi lebih lanjut bahwa jenis konflik sosial yang terjadi di Indonesia secara umum terdiri atas dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Konflik vertikal, contohnya konflik negara versus warga, buruh versus majikan.
b. Konflik horizontal, contohnya konflik antarsuku, antaragama, dan antarmasyarakat. Konflik-konflik tersebut sanggup berlatar belakang ekonomi, politik, agama, kekuasaan, dan kepentingan lainnya.
Menurut pandangan Karl Marx, kejahatan dan konflik terkait bersahabat dengan perkembangan kapitalisme. Anggapan tersebut menyebutkan bahwa apa yang merupakan penyebab konflik, didefinisikan oleh kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.
Apabila kita memperhatikan fenomena kehidupan sehari-hari, baik yang kita alami sendiri maupun melalui banyak sekali sumber isu di media massa (seperti surat kabar, majalah, radio, dan TV) wacana konflik, diperkirakan ada sejumlah pola konflik yang perlu diwaspadai, yaitu:
a. konflik internal di dalam suatu masyarakat lokal;
b. konflik antara masyarakat lokal dan pemerintah daerah;
c. konflik masyarakat antardaerah;
d. konflik antara dua atau lebih pemerintah daerah;
e. konflik antara masyarakat lokal dan pemerintah sentra sebagai penyelenggara negara;
f. konflik antara pemerintah tempat dan pemerintah pusat;
g. konflik antarelite di pemerintah sentra yang berimbas pada konflik masyarakat di tingkat lokal.
Oleh sebab itu, di dalam masyarakat yang beragam perlu waspada dalam bertindak, terutama yang berafiliasi dengan persoalan SARA (Suku, Agama, dan Ras) yang sanggup menjadikan konflik sehingga sanggup membahayakan stabilitas nasional. Adanya dominasi dalam bidang-bidang kehidupan menyerupai ekonomi ataupun pemerintahan oleh suatu etnis tertentu, sanggup memancing perasaan tidak bahagia etnis lain sehingga sanggup menjadikan benih-benih konflik dalam masyarakat.
Konflik dan Kekerasan
Berbicara wacana terjadinya konflik di masyarakat, tidak terlepas
dari adanya kekerasan. Padahal, tidak semua konflik yang terjadi
harus diakhiri dengan tindakan kekerasan.
Tidak selamanya konflik harus diakhiri oleh tindakan kekerasan sebab kekerasan tidak sama dengan konflik. Konflik merupakan proses sosial yang akan terus terjadi dalam masyarakat, baik individu maupun kelompok, dalam rangka perubahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dengan cara menentang lawannya. Adapun kekerasan, merupakan tanda-tanda yang muncul sebagai salah satu imbas dari adanya proses sosial yang biasanya ditandai oleh adanya perusakan dan perkelahian.
Seringkali tindakan kekerasan muncul secara impulsif pada masyarakat. Tindakan kekerasan impulsif ini tujuannya tidak jelas, kadangkala ditumpangi oleh kepentingan pihak-pihak tertentu yang sengaja ingin membuat kekacauan.
Sumber: Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas XI Sumber http://awalilmu.blogspot.com
0 Response to "✔ Pengertian Konflik Sosial Berdasarkan Para Ahli"
Posting Komentar