Benarkah Pembantu Lebih Berharga Dari Guru Honorer ?
Guru , siapa yang tak pernah mengenal jasa seorang guru ? Petani , Pengusaha, Dokter, bahkan Presiden takan mungkin bisa menyerupai kini tanpa jasa besar seorang guru didalamnya.
Guru bagai purnama yang bisa menerangi dalam kegelapan, bahkan lebih dari itu ia laksana lampu yang kamu bawa ditengah malam. Sampai kapanpun semua jasa guru takan mungkin bisa kamu lepaskan dalam membimbing setiap langkah hidupmu.
Saya sangat optimis , Negara yang cepat maju ialah Negara yang sangat menjujung tinggi pendidikan. Guru ialah salah satu point penting dalam dunia pendidikan, alasannya ialah ialah ujung tombak, muara dari semua tujuan pendidikan. Terasa miris rasanya , ditengah pemerintah gencar-gencarnya dengan aktivitas wajib 9 Tahun, dengan kemudahan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) namun kesejahtraan guru honorer tidak diperhatikan.
Bukan berarti penulis anti pati terhadap pinjaman pemerintah yang memberlakukan sekolah geratis pada anak negeri, khususnya tingkat SD , SMP. Namun jikalau kita flash back kebelakang penulis sangat yakin jikalau tanpa pinjaman biayapun masyarakat akan senantiasa menyekolahkan anak-anaknya. Karena hingga kapanpun menyekolahkan anak setinggi-tingginya ialah kebangaan besar hampir semua orangtua.
Dan bekerja untuk membayar biaya pendidikan anak sendiri ialah suatu kewajaran yang mereka senantiasa senang dalam melakukannya.
Bantuan sekolah gratis yang tidak diimbangi pada kesejahtraan guru honorer itu sangat tidak elok. Padahal jikalau tanpa guru honorer penulis yakin pendidikan di negeri ini bisa lumpuh.
Tuntutan kerja yang semakin meningkat dihadapkan pada kebutuhan hidup yang sangat tinggi akan membuat guru honorer tidak fokus dan maksimal dalam bekerja serta berkarya. Betapa tidak? Separuh waktu produktifnya untuk mencari penghidupan ia habisakan di sekolah, namun bayaran yang ia terima tak seberapa.
Bayaran yang diterima oleh guru honorer selain tidak layak juga sangat tidak manusiawi. Pembantu bahkan pemulung sekalipun bisa mendapat puluhan ribu rupiah perhari, namun bayaran guru honorer kebanyakan hanya sepuluh ribu perhari bahkan juga banyak yang kurang dari nominal tersebut. Padahal jikalau kita bandingkan jasa dan pengaruh kerja guru honorer dengan pembantu dan pemulung tentu jauh lebih besar manfaat dan tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang guru honorer.
Ketika bayaran yang tak seberapa namun tuntutan profesioanlitas kerja semakin tinggi, anak istri menunggu dinafkahi lantas apa yang bisa guru honorer perbuat? Sementara pendapatan yang ia terima setiap bulannya tak jarang banyak yang habis meski hanya untuk sekedar biaya transport kesekolah, alasannya ialah faktanya banyak guru honorer yang mengabdi cukup jauh dari kediamannya.
Guru Adalah Orangtua Kita Semua
Tak peduli setinggi apapun jabatanmu sekarang, sebanyak apapun asset dan harta yang kamu miliki. Tetap saja guru ialah orangtua kita semua yang tak bisa dilupakan begitu saja.
Hari-hari kita pernah dilalui bersama mereka. Kenakalan kita mereka hadapi dengan sabar, bahkan tak jarang dikala kita masih usia sangat kecil (TK / Kelas 1 SD) kita sangat tergantung pada guru dalam menjaga dan mengurus kita di sekolah.
Bapak/Ibu yang terhormat, jikalau anda mempunyai jabatan dan kekuasaan kini namun melupakan para guru, itu sama saja anda melupakan nasib orangtua anda sendiri. Elokkah anak yang tak peduli dengan orang tuanya ?
Elokah seorang anak yang melupakan semua jasa orang tuanya? Jawabannya ada di hati masing-masing.
Ini ialah sebuah pertanyaan ringan dari saya untuk kita sama-sama renungkan.
Jika soudara ingin menawarkan sejumalah uang pada sebuah keluarga mana yang akan soudara pilih, Memberikan uang tersebut pada anaknya , atau orangtuanya ?
Jika soudara menawarkan uang pada anaknya saya yakin uang tersebut akan dipakai untuk banyak hal yang tidak bermanfaat, menyerupai untuk beli mainan atau jajanan saja, dan orangtuanya kemungkinan takan mencicipi sedikitpun manfaat pemberian anda. Jika pemberian pinjaman anda tak sedikitpun bisa membantu kesulitan orangtuanya pada alhasil nanti anakpun akan menjadi korban. Hal ini dikarenakan kesulitan ekonomi akan bisa dengan gampang merubah suasana hati dan pikiran, dampaknya ialah tidak harmonisnya suasana dalam rumah, bahkan anakpun akan sangat kurang dari perhatian alasannya ialah orangtua dituntut fokus pada problem ekonomi biar bisa mempertahankan hidup untuk diri dan keluarganya.
Beda halnya ketika soudara menawarkan sejumlah uang pada orangtuanya, penulis yakin semuanya akan mencicipi manfaatnya. Bahkan kemungkinan besar yang paling banyak menikmati manfaat tersebut ialah anaknya. Hal ini dikarenakan sudah menjadi watak setiap orangtua jikalau selalu mendahulukan kepentingan dan kebahagiaan anak-anaknya dibanding dirinya sendiri.
Ilustrasi diatas ialah sedikit citra bagi pemerintah yang hanya fokus menawarkan aneka macam pinjaman pribadi pada siswa tapi lupa pada kesejahtraan guru dan keluarganya.
Jika untuk kebutuhan hidupnya banyak guru yang harus pinjam sana-sini, kira-kira seberapa persen anda yakin guru tersebut bisa mengajar dan mendidik anak dengan baik di sekolah. Jangankan untuk mendidik anak orang lain dengan baik, tangisan anak sendiri yang meminta dibelikan aneka macam keperluan biar bisa menjalani hidup menyerupai belum dewasa yang lainpun terus mengganggu pikirannya.
Sekalipun kurikulum yang diterapkan sangat luar biasa bagusnya, jangan harap suatu pendidikan akan maju jikalau pelaksana utama pendidikan (guru) tersebut tidak diperhatikan, bahkan terkesan di injak-injak dan disepelekan. Jangankan oleh pemerintah, masyarakat awam saja pernah berkata pada saya “hanya anggun pakaiannya, tapi uangnya tidak ada ,” ia berkata demikian alasannya ialah saya berprofesi sebagai guru honorer.
Biaya Pendidikan Guru Vs Gaji Guru Honorer, Adilkah ?
Coba kita bayangkan berapa besar biaya pendidikan yang dikeluarkan seorang guru untuk sanggup mengajar anak negeri. Dimulai dari TK – SMA, bahkan biaya Perguruan tinggi selama 4 tahun saja penulis yakin sangat cukup untuk mendirikan sebuah perjuangan yang membuahkan hasil setiap bulannya.
Bukan hanya uang yang telah dikorbankan guru dalam mengenyam pendidikan, namun yang lebih penting dari itu justru ialah waktu. Tidak sedikit dari para guru yang menjadi minder bertemu dengan kawan-kawannya dibangku dulu ia mengenyam pendidikan, hal ini dikarenakan banyak mitra dari mereka yang dulu mengambil jurusan lain dari dirinya, kini setiap bulannya sudah mempunyai honor besar, bahkan dikala ini ia sudah mempunyai kendaraan roda 4 sendiri.
Sementara apa yang harus ia banggakan dari profesinya sebagai guru honorer ?, hanya untuk mengganti sepatunyapun ia benar-benar harus bisa hidup prihatin.
Diapun tak lagi bisa membanggakan harapannya dulu sewaktu di kursi kuliah, yaitu harapnnya untuk diangkat menjadi PNS. Banyaknya teman-teman seprofesinya yang telah mengabdi sangat jauh lebih usang dari dirinya menciptakan hidupnya semakin pesimis akan makna kepedulian pemerintah pada dunia pendidkan.
Pengabdian Pada Tuhan dan Negara yang Membuat Guru Honorer Bertahan
Meski penulis yakin banyak guru honorer yang bertahan hingga belasan bahkan puluhan tahun salah satu alasan kuatnya ialah cita-cita bisa diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), namun penulis juga yakin tidak sedikit guru honorer yang lebih menentukan bertahan menjadi guru alasannya ialah saking besarnya rasa dedikasi kepada Tuhan dan Negara.
Profesinya ingin ia jadikan sebagai ladang pahala dan ibadah. Bahkan kecintaan pada Negeri ialah salah satu alasan besar lengan berkuasa ia menjadi guru. Dua alasan inipulalah yang menciptakan penulis tetap bertahan menjadi guru hingga sekarang. Meski pendapatan sebulan dari menjadi guru bisa kalah dari pendapatan penulis selama 3 hari dikala berwirausaha , atau bahkan sehari dikala dulu aktif menulis artikel dalam kegiatan lomba. Namun profesi guru ternyata lebih berharga dari sekedar uang.
Selain alasannya ialah ibadah cinta penulis pada Negara, alasannya ialah bagi penulis guru merupakan jabatan paling startegis untuk mengabdi pada Bangsa terutama memajukan Indonesia dimasa mendatang.
Seharusnya kita semua sadar bahwa nasib Indonesia berada ditangan belum dewasa kita yang dikala ini berada di kursi sekolah. Seharusnya kitapun sadar bahwa kualitas generasi bangsa sangat ditentukan oleh kualitas gurunya. Dan salah satu pemicu kualitas guru ialah adanya penghidupan yang layak.
Rasanya akan sangat masuk akal pendapatan guru kecil bahkan tidak digaji sekalipun. Itu jikalau kita masih dalam masa penjajahan.
Kita sudah merdeka, bukan zamannya lagi guru hanya diperas tenaganya. Faktanya uang yang di ambil para koruptor sangat luar biasa banyaknya. Bahkan KPK tak pernah sepi dalam menangani perkara kejahatan terbesar di Negeri ini. Kejahatan korupto setidaknya sudah menerangkan bahwa harta dan asset Negara kita sangat banyak, terlebih jikalau melihat potensi alam dan sumber daya lain yang ada.
Haruskah sumber daya kita terus di kuasai bangsa absurd ?
Kuaiitas pendidikanlah balasan yang akan mengeluarkan semua problem bangsa dimasa yang akan mendatang.
Negara boleh kaya tapi jikalau pendidikan generasinya memburuk, cepat atau lambat suatu Negara niscaya hancur. Sebaliknya semiskin dan seterpuruk apapun suatu Negara jikalau kualitas pendidikannya di perhatikan maka cepat atau lambat Negara tersebut bisa menjadi Negara paling maju dan paling kaya di Dunia ini.
0 Response to "Benarkah Pembantu Lebih Berharga Dari Guru Honorer ?"
Posting Komentar