Tesis Administrasi Finger Print Dan Motivasi Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Guru Mtsn
(KODE : PASCSARJ-1158) : TESIS MANAJEMEN FINGER PRINT DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA GURU MTSN (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Abad ke-21 ditandai dengan globalisasi teknologi dan informasi, telah membawa dampak yang luar biasa bagi kiprah guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Peran usang guru sebagai satu-satunya sumber isu dan sumber belajar, sudah tidak sanggup dipertahankan lagi. Guru harus memerankan peran-peran gres yang lebih kontekstual dan relevan. Tugas penting guru yaitu menyiapkan generasi muda untuk menghadapi masa gres yang penuh dengan goncangan dan ketidakpastian.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi isu di era globalisasi ketika ini terlihat sangat pesat. Perkembangan tersebut tidak hanya melahirkan era isu global, tetapi juga melahirkan media isu dan telekomunikasi yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Dampak global juga dirasakan pada bidang ekonomi dan manajemen yang sangat berkaitan dengan teknologi, yakni dengan munculnya peralatan-peralatan teknologi canggih yang memudahkan perjuangan insan dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas untuk menghadapi persaingan diantara perusahaan atau institusi. Disamping kecanggihan teknologi tersebut, perusahaan atau institusi dituntut untuk bisa menghadapi tingkat persaingan yang tinggi tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya terpenting di setiap organisasi atau institusi. Memiliki sumber daya insan yang mempunyai produktivitas dan kinerja tinggi merupakan cita-cita dari setiap perusahaan. Selain itu peningkatan mutu sumber daya insan merupakan aset yang paling berharga bagi perusahaan atau institusi. Sumber daya ini banyak memegang peranan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Apabila sumber daya insan yang dimiliki berkualitas dan sesuai dengan harapan perusahaan, maka perusahaan tersebut mempunyai daya saing yang nyata.
Sumber daya insan yang berkualitas sanggup dicapai melalui upaya pengembangan SDM yang terarah dan terencana. Upaya pengembangan SDM ini merupakan aktivitas yang harus dilakukan oleh setiap organisasi supaya kemampuan serta sikap SDM semakin meningkat sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan kebutuhan institusi. Program pengembangan SDM sanggup dilakukan dengan banyak sekali cara, antara lain dengan sumbangan penghargaan atas prestasi kerja, promosi dan mutasi, sumbangan insentif, pengembangan karir, serta sumbangan pendidikan dan pelatihan. Salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan kualitas SDM yaitu melaksanakan peraturan dan disiplin yang tinggi oleh setiap karyawan.
Disiplin merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu organisasi atau perusahaan dan mempertahankan atau melangsungkan kehidupannya. Hal ini disebabkan hanya dengan disiplin yang tinggi suatu organisasi sanggup berprestasi tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Widjaja (1986 : 29), bahwa “Dengan perkataan lain disiplin yaitu unsur yang penting yang mempengaruhi prestasi dalam organisasi. Tidak ada organisasi yang berprestasi lebih tinggi tanpa melaksanakan disiplin dalam derajat yang lebih tinggi”.
Pada awal tahun 2005, Institut Pertanian Bogor mulai menerapkan ketidakhadiran karyawan dengan memakai sidik jari. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya korupsi waktu yang sering dilakukan oleh karyawan dengan cara menitip bolos kepada karyawan lain. Untuk itu Direktorat Sumber Daya Manusia dan Administrasi Umum IPB menyediakan di masing-masing fakultas atau kantor sebuah alat finger print, yaitu peralatan ketidakhadiran canggih yang merekam sidik jari pegawai ketika jam tiba dan jam pulang. Para karyawan tidak bisa lagi menitip bolos kepada temannya, lantaran peralatan ini hanya merekam sidik jari karyawan yang bersangkutan, selain itu peralatan ini bekerja secara online dan sanggup dipantau dari komputer yang terhubung dengan peralatan tersebut. Finger print ini juga memudahkan bagi administratornya untuk merekap ketidakhadiran para karyawan.
Sistem pengidentifikasian sidik jari dulu hanya dipakai di kalangan pegawanegeri keamanan untuk menemukan jati diri korban atau tersangka kejahatan. Kini kegunaannya telah bergeser sampai ke perusahaan-perusahaan komersial. Sidik jari insan merupakan bukti materi yang sangat penting. Tidak ada sidik jari yang identik di dunia ini sekalipun di antara dua saudara kembar. Dalam dunia sains pernah dikemukakan bahwa bila ada lima juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari insan yang sama gres akan terjadi lagi 300 tahun kemudian (Ulfa Dewi Hasnita, 2012 : 2).
Mengingat betapa akuratnya mengidentifikasi seseorang lewat sidik jari, diciptakanlah sebuah alat pendeteksi sidik jari dengan sistem elektronik. Alat ini pertama kali dipakai Federal Bureau Investigation atau lebih terkenal dengan sebutan FBI di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Meski lebih terkenal untuk melacak pelaku kejahatan, alat pendeteksi sidik jari ini ternyata juga dipakai untuk mengetahui latar belakang seorang calon pekerja. Sejak tahun 1970-an, beberapa perusahaan sedikitnya sepuluh negara di dunia sudah memakai teknologi ini. Efisiensi menjadi dasar penggunaan sistem identifikasi sidik jari di perusahaan atau instansi, alat ini mendorong perusahaan untuk menghemat waktu, tenaga, sekaligus menjamin keamanan (Faisal Ali Ahmad, 2006 : 2).
Dengan demikian, bukti kehadiran karyawan (absensi) bisa didapat melalui alat ini. Tentu saja hal ini sangat membantu divisi sumber daya insan untuk mengevaluasi kinerja para karyawan. Kelemahan sistem konvensional yaitu terbukanya peluang manipulasi, kesalahan pencatatan, maupun hilangnya catatan kehadiran seorang karyawan. Selain itu kemungkinan terjadinya kecurangan dimana rekan sekerja yang lain mencatatkan waktu kerja yang bukan dirinya sangat besar. Hal ini membuat pencatatan waktu kehadiran karyawan menjadi tidak akurat.
Kualitas mutu pendidikan kini ini masih membutuhkan banyak perhatian dari segi tenaga kependidikan. Dalam hal ini khususnya guru sebagai tenaga profesional yang memberikan pesan pembelajaran kepada penerima didik akan sanggup diterima dengan baik ketika guru mempunyai kinerja yang baik. Tidak kalah pentingnya juga kepala sekolah sebagai manajer yang mengatur suatu forum pendidikan yang harus mempunyai kecakapan dan wawasan yang layak dalam memimpin institusi pendidikan.
Guru merupakan komponen paling memilih dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus menerima perhatian sentral, pertama, dan utama. Guru memegang kiprah utama dalam pembangunan pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan profesional (Mulyasa, 2007 : 5). Sebagai tenaga profesional sudah selayaknya guru memperoleh jaminan hidup yang layak dan memadai, lantaran hal ini bukan saja akan menimbulkan kepuasan kerja, tetapi juga memungkinkan seorang profesional memakai waktu penuh untuk menjalankan pekerjaannya.
Guru dituntut mempunyai kinerja yang bisa memperlihatkan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru (Muhlisin, 2010 : 2).
Ada beberapa hal yang perlu menjadi materi pertimbangan kita, bagaimana kinerja guru akan berdampak kepada mutu pendidikan?. Dilihat sistem pendidikan nasional kita, dengan sering terjadinya pergantian kurikulum secara eksklusif atau tidak akan berdampak kepada guru itu sendiri, sehingga perubahan tersebut sanggup menjadi beban psikologis bagi guru yang sanggup membuat guru frustasi. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang mempunyai kemampuan minimal dan tidak demikian halnya guru professional.
Menurut Undang-undang No 14 Tahun 2005 wacana Guru dan Dosen Pasal 10 menyebutkan bahwa terdapat empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang harus dikuasai guru. Oleh lantaran itu, guru harus senantiasa meningkat kompetesinya supaya sanggup tercapai tujuan pendidikan yang bermutu. Dengan demikian, empat kompetensi dasar guru di atas sanggup dipakai sebagai indikator penilaian kinerja guru.
Untuk itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dipandang perlu untuk dipelajari, ditelaah dan dikaji secara mendalam supaya sanggup memperlihatkan citra yang terang faktor yang lebih berperan dan urgen yang mempengaruhi kinerja guru (Muhlisin, 2010 : 5). Salah satu yang perlu dikaji yaitu kedisiplinan melalui penerapan ketidakhadiran elektronik menyerupai yang telah ada di MTsN X.
Kebijakan penerapan ketidakhadiran elektronik ini merujuk pada PP No. 53 Tahun 2010 wacana Disiplin PNS. Adanya kebijakan ketidakhadiran ini mempunyai kiprah penting dalam peningkatan kedisiplinan aparatur Kemenag. Kedisiplinan ini sudah seharusnya ditegakkan di kalangan aparatur Kemenag. Selain merupakan kewajiban sebagai PNS menyerupai yang diatur dalam PP No. 53 Tahun 2010, kedisiplinan sangat besar artinya bagi peningkatan kinerja aparatur Kemenag. Kedisiplinan merupakan kunci bagi keberhasilan program-program Kemenag. Dengan disiplin pelayanan terhadap masyarakat pun sanggup diberikan secara profesional dan maksimal. Hal ini sejalan dengan harapan untuk meningkatkan kinerja Kemenag dengan integritas dan profesionalitas.
Sebagai abdi negara dan masyarakat yang digaji oleh negara sudah seharusnya segala kiprah dan kewajiban dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai hukum yang telah ditetapkan. Tidak bisa kita sekehendak hati dengan mengabaikan hukum yang ada. Oleh karenanya seorang PNS baik pegawai maupun guru harus masuk kerja sesuai dengan jam dinas. Fakta di lapangan seringkali dijumpai PNS tidak mengikuti hukum ini, dengan kata lain masuk kerja terkadang terlambat begitu pula pulangnya lebih cepat. Demikian pula di kalangan guru, banyak yang tidak berangkat ke sekolah ketika tidak ada jam mengajar. Bahkan sering ditemui seorang PNS sering tidak masuk tanpa alasan dan tanpa ada surat izin lantaran model presensi yang konvensional melalui tanda tangan. Jelas ini merupakan pelanggaran yang tidak seharusnya dilakukan PNS dan segera harus ditangani.
Kenyataan di MTsN X bahwa pemakaian ketidakhadiran finger print telah dimulai. Penerapan sistem ketidakhadiran berbasis sidik jari (biometrics) dalam proses pengambilan isu diperlukan kehadiran guru bisa mencapai 100% akurat lantaran didasarkan pada sidik jari masing-masing guru, serta proses pencatatan dan pelaporannya menjadi otomatis oleh software khusus. Kesalahan maupun manipulasi catatan sanggup dihilangkan lantaran intervensi pegawai manajemen menjadi minimal. Informasi yang akurat merefleksikan kondisi yang bahwasanya menjadi landasan untuk pengambilan keputusan serta kebijakan dan kemajuan suatu instansi atau lembaga.
Dalam perjalanannya, MTsN X pernah mengalami pasang surut baik secara kuantitas maupun kualitas. MTsN X pernah meraih nilai pengakuan B. Hal ini tentunya belum cukup membuat gembira segenap warga madrasah. Seluruh keluarga besar MTsN X berusaha supaya bisa meraih nilai pengakuan A. Perkembangan siswa MTsN X sangat bervariasi. Pernah jumlah siswa mencapai lima kelas paralel dengan jumlah siswa kurang lebih 450 orang. Namun demikian pernah juga terjadi jumlah siswa menurun drastis sampai hanya berjumlah 150 orang saja. Secara kualitas lulusan dari MTsN X telah banyak yang sukses meskipun tidak sedikit juga yang masih belum berhasil.
Peningkatan kinerja guru di MTsN X melalui presensi sidik jari juga perlu di dukung dengan motivasi yang tinggi. Akan tetapi, masih ada juga beberapa guru MTsN X yang mempunyai motivasi rendah menyerupai belum mau melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, malas mengerjakan administrasi, maupun belum termotivasi dalam berbagi IT.
Sebetulnya, melalui motivasi yang muncul dari dalam diri guru maka sanggup mendorong atau menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dengan demikian motivasi tentunya dimiliki oleh setiap individu tak terkecuali individu. Motivasi kerja guru yaitu suatu kekuatan potensial (baik itu dorongan internal maupun dorongan eksternal) yang menggerakkan (to move) sikap seorang guru untuk berbuat atau bekerja terhadap sesuatu ataupun tujuan tertentu. Motivasi kerja guru yaitu kondisi yang membuat guru mempunyai kemauan/kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu melalui pelaksanaan suatu tugas.
Kesetiaan atau loyalitas guru terhadap kinerja sanggup mengakibatkan rasa tanggung jawab. Di mana rasa tanggung jawab tersebut sanggup membuat semangat kerja untuk sanggup mengakibatkan loyalitas guru terhadap sekolah, dengan berdasar uraian di atas maka penulis akan melaksanakan penelitian wacana “MANAJEMEN FINGER PRINT DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA GURU MTSN X”.
0 Response to "Tesis Administrasi Finger Print Dan Motivasi Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Guru Mtsn"
Posting Komentar