Tesis Relasi Pelaksanaan Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Sekolah Dengan Pembentukan Sikap Siswa
(KODE : PASCSARJ-1157) : TESIS HUBUNGAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH DENGAN PEMBENTUKAN PERILAKU SISWA (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya, belum dewasa sejak dilahirkan hingga menjadi insan dewasa, menjadi orang yang sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri dalam masyarakat, serta mengalami perkembangan. Baik atau buruknya hasil perkembangan anak itu terutama bergantung kepada pendidikan yang diterima anak itu dari banyak sekali lingkungan pendidikan yang dialaminya.
Adapun berdasarkan Ngalim, macam-macam lingkungan (tempat) pendidikan itu yakni :
a. Lingkungan keluarga,
b. Lingkungan sekolah,
c. Lingkungan kampung,
d. Lingkungan perkumpulan pemuda,
e. Lingkungan negara dan sebagainya.
Kelima macam lingkungan tersebut sanggup digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu :
a. Lingkungan keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama
b. Lingkungan sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua
c. Lingkungan masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga.
Setiap orang renta dan semua guru ingin membina anak biar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, dan sikap mental yang sehat, serta adab yang terpuji. Semua itu sanggup diusahakan melalui pendidikan, baik formal (di sekolah) maupun informal (di rumah oleh orang tua). Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran maupun perlakuan yang diterima akan ikut memilih pelatihan pribadinya.
Orang renta yakni Pembina pribadi yang pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan tak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Sikap anak terhadap guru agama dan pendidikan agama di sekolah sangat di pengaruhi oleh sikap orang renta terhadap agama dan guru agama khususnya.
Hubungan orang renta sangat menghipnotis pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa pada pelatihan pribadi yang tenang, terbuka dan gampang dididik, sebab ia mendapat kesempatan yang cukup dan baik untuk tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, hubungan orang renta yang tak serasi, banyak perselisihan dan percekcokan akan membawa anak pada pribadi yang sukar dan tak gampang dibentuk, sebab ia tak mendapat suasana yang aman untuk berkembang. Tentunya, semua itu akan kuat pada jenjang pendidikan berikutnya di sekolah, yang terlaksana dalam sikapnya terhadap guru, termasuk dalam guru agamanya.
Guru agama mempunyai kiprah yang cukup berat, yaitu ikut membina pribadi anak di samping mengajarkan pengetahuan agama kepada anak. Guru agama harus membawa anak didik ke arah pribadi yang sehat dan baik. Setiap guru agama di sekolah harus menyadari bahwa segala yang terefleksi dari dirinya akan menjadi unsur pelatihan yang lebih mayoritas bagi anak didik daripada pengajarannya secara langsung.
Islam memandang bahwa bahwasanya keluarga yakni pondasi bagi masyarakat. Sesungguhnya komitmen nikah yakni pondasi bagi keluarga. Oleh sebab itu Islam menganjurkan pernikahan, memudahkan jalanya, menghilangkan faktor ekonomi yang menjadi penghalang bagi jalanya, baik dengan pendidikan maupun dengan perundang-undangan. Allah dan Rasul-Nya membenci semua hal tersebut. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ar-Rum (30) : 21 :
“Dan di antara gejala kekuasaan-Nya ialah dia membuat untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kau cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat gejala bagi kaum yang berfikir. (Q.S. 30 : 21)
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :
“Wanita itu dinikahi sebab empat faktor, yaitu : sebab hartanya, sebab kecantikannya, sebab kedudukannya, dan sebab agamanya. Maka pilihlah perempuan yang berpegang pada agama, pasti engkau akan bahagia”. (HR. Abu Daud).
Islam mempermudah jalan-jalan halal, menutup rapat pintu-pintu menuju perbuatan haram, termasuk perbuatan asusila, mempertontonkan diri dan perhiasan, dalam audio dan visual, kisah, drama yang lainnya. Terlebih lagi alat-alat komunikasi-informasi yang hampir memasuki setiap rumah dan hingga kepada semua mata dan telinga.
Islam juga membangun hubungan antara orang renta dan anak berupa kewajiban untuk membimbing anak dengan sempurna, baik dari segi materi, moril maupun akhlak. Ini merupakan kewajiban orang tua. Adapun dari pihak anak, kewajibannya yakni berbuat baik kepada orang tua.
Keluarga berdasarkan para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan pendidiknya yakni kedua orang tua. Orang renta (bapak dan ibu) yakni pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya sebab secara kodrati, ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini, timbul rasa kasih sayang para orang renta kepada belum dewasa mereka, hingga secara moral, keduanya merasa terkena beban tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi, dan membimbing keturunan mereka.
Dijelaskan dalam Hadis Rasulullah SAW., fungsi dan kiprah orang renta bahkan bisa membentuk arah keyakinan belum dewasa mereka. Menurut beliau, setiap bayi yang dilahirkan sudah mempunyai potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya bergantung pada bimbingan, pemeliharaan, dan efek kedua orang renta mereka.
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan banyak sekali pihak khususnya keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tri sentra pendidikan. Fungsi dan peranan tri sentra pendidikan itu, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni membangun insan Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya insan bermutu. Dengan demikian, pemenuhan fungsi dan peranan itu secara optimal merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan Pembangunan Nasional.
Maka dalam hal ini Keluarga merupakan daerah pertama dan sebagai dasar dalam menerapkan pendidikan agama, sehingga terlahir belum dewasa yang agamis sebagai generasi penerus dan juga merupakan tanggung jawab bersama dalam menerapkan nilai-nilai agama, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Adapun Sekolah atau forum pendidikan formal lainnya merupakan lingkungan kedua yang mempunyai efek besar terhadap pelatihan pertumbuhan dan perkembangan belum dewasa atau generasi muda Indonesia.
Sekolah yakni forum pendidikan yang penting setelah keluarga, sebab semakin besar kebutuhan anak, maka orang renta menyerahkan tanggung jawab sebagian kepada forum sekolah ini. Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah memperlihatkan pendidikan dan pengajaran kepada belum dewasa mengenai apa yang tidak sanggup atau tidak ada kesempatan orang renta untuk memperlihatkan pendidikan dan pengajaran di dalam keluarga.
Tugas guru dan pemimpin sekolah disamping memperlihatkan ilmu pengetahuan-pengetahuan, keterampilan, juga mendidik anak beragama. Disinilah sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memperlihatkan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik.
Pendidikan budi pekerti dan keagamaan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah haruslah merupakan kelanjutan, setidak-tidaknya jangan bertentangan dengan apa yang diberikan dalam keluarga.
Bagi setiap muslim yang benar-benar beriman dan melakukan ajaran-ajaran Islam, mereka berusaha untuk memasukan anak-anaknya ke sekolah-sekolah yang diberikan pendidikan agama, atau ke sekolah umum yang memperlihatkan pendidikan agama secara terpisah pada jam-jam tertentu.
Dalam hal ini mereka mengharapkan biar anak didiknya kelak mempunyai kepribadian yang sesuai dengan pedoman Islam atau dengan kata lain berkepribadian yang seluruh aspeknya baik tingkah lakunya, acara jiwanya maupun filsafat hidup akan kepercayaannya memperlihatkan dedikasi kepada Tuhan penyerahan diri kepadaNya.
Kewajiban sekolah yakni membantu keluarga dalam mendidik anak-anak. Dalam mendidik belum dewasa itu, sekolah melanjutkan pendidikan belum dewasa yang telah dilakukan orang renta di rumah. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga.
Namun kenyataannya, banyak remaja dalam hal ini pelajar yang sedang mencar ilmu di Sekolah Menengah kejuruan Negeri X sebagai generasi penerus yang mempunyai beban tanggung jawab besar di masa yang akan datang, sebagai calon-calon pemimpin, ada sebagian siswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai pelajar dengan sikap yang tidak baik dengan melanggar tata tertib sekolah atau bertindak indisipliner, contohnya terlambat ke sekolah, tidak menggunakan atribut sekolah, jodi, premanisme, membolos dan pelanggaran tata tertib yang lainnya. Padahal, disamping memperoleh bimbingan dari sekolah, mereka juga memperoleh bekal bimbingan dari orang renta mereka di rumah. Disamping mencar ilmu di sekolah, mereka juga sedang dalam proses pendewasaan diri. Dalam proses pendewasaan tersebut banyak mengalami pergolakan dalam diri mereka yang apabila dibiarkan tanpa adanya bimbingan/perhatian dari keluarga dan sekolah maka akan hidup penuh dengan kegelisahan, kecemasan, ketidakpastian serta kebingungan apalagi di masa globalisasi ketika ini. Dengan demikian, ada problem yang menarik untuk diteliti, yaitu APAKAH PERILAKU SISWA Sekolah Menengah kejuruan NEGERI X YANG KURANG BAIK ITU, ADA HUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA DI LINGKUNGAN KELUARGA DAN SEKOLAH ?.
0 Response to "Tesis Relasi Pelaksanaan Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Sekolah Dengan Pembentukan Sikap Siswa"
Posting Komentar