iklan banner

✔ Klarifikasi Mengenai Konsep Taksonomi

Mengenai unsur utama yang tercakup dalam lingkup taksonomi tumbuhan menyerupai identifikasi, tatanama, dan pembagian terstruktur mengenai serta konsep-konsep dasar mengenai taksonomi tumbuhan diuraikan sebagai berikut :

1. Identifikasi

  1. Selain mengadakan penggolongan atau klasifikasi, unsur utama dalam taksonomi salah satunya yaitu pengenalan atau identifikasi. Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau tetapkan identitas (jati diri) suatu tumbuhan (meliputi : memilih nama yang benar, tempat yang sempurna dalam sistem klasifikasi)
  2. Identifikasi tumbuhan yaitu memilih namanya yang benar dan tempatnya yang sempurna dalam sistem klasifikasi.
  3. Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.
  4. Penentuan nama gres dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti hukum yang ada dalam KITT (Kode Internasional Tatanama Tumbuhan).
  5. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam perihal isi KITT.
  6. Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, memerlukan sarana antara lain santunan orang, spesimen herbarium, buku-buku tumbuhan dan monografi, kunci identifikasi dan lembar identifikasi jenis.

2. Tatanama

Peraturan perihal pemberian nama ilmiah perlu diciptakan semoga ada kesamaan pemahaman di antara ahli-ahli Botani di seluruh dunia perihal apa yang dimaksud. Nama ilmiah yaitu nama-nama dalam bahasa Latin atau bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya.
Tujuan dari tatanama tumbuhan yaitu sebagai berikut :
  1. Sebagai media untuk komunikasi
  2. Menunjukkan identitas tumbuhan
  3. Menunjukkan adanya kekerabatan

- Sistem pemberian nama
Ada 2 sistem dalam taksonomi untuk sistem pemberian nama antara lain :
1. Nama daerah/nama lokal/nama umum
Pada awalnya nama suatu tumbuhan memakai bahasa induk orang yang member nama, dengan demikian satu jenis tumbuhan sanggup mempunyai nama yang berbeda-beda sesuai dengan bahasa orang yang memberikannya.
Misal : orang Indonesia menyebut pisang, orang Inggris menyebut banana, orang Jawa Timur menyebut gedang, orang Sunda menyebut cauk.

Nama tempat atau nama lokal ini dasar pemberian nama berbeda- beda dan mempunyai sifat khusus, bersifat tidak universal artinya tanpa metode penamaan dan penggunaannya sangat terbatas. Beragamnya sebutan atau bahasa untuk satu jenis tumbuhan dalam taksonomi dikategorikan nama nama daerah/nama lokal/nama umum.

2. Nama ilmiah
Berkembangnya ilmu taksonomi tumbuhan, maka muncul nama ilmiah (scientific name). Dimana sistem pemberian nama ilmiah ini bersifat netral dan sanggup diterima semua pihak, dimana setiap jenis mempunyai satu nama ilmiah dan bahasa ilmiah yang dilatinkan sehingga sanggup diterima dan digunakan oleh seluruh ilmu taksonomi di seluruh dunia.

- Sistem Penamaan Binomial
Tatanama binomial (binomial = dua nama) merupakan hukum penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang digunakan yaitu nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Oleh penyusunnya yaitu Carolus Linnaeus hukum ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan, namun kemudian dikembangkan dan diterapkan juga untuk bakteri. Sebutan yang disepakati untuk nama ini yaitu 'nama ilmiah' (scientific name). Nama ilmiah seringkali disebut sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak sempurna sepenuhnya, alasannya yaitu sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah orisinil dalam bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali memberi deskripsi (deskriptor) kemudian dilatinkan.

- Aturan Penulisan :
  1. Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama genus di awal dan nama spesies mengikutinya.
  2. Nama genus SELALU diawali dengan aksara kapital (huruf besar, uppercase) dan nama spesies SELALU diawali dengan aksara biasa (huruf kecil, lowercase).
  3. Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya, artinya: suatu teks yang semuanya memakai aksara kapital/balok, contohnya pada judul suatu naskah, tidak menimbulkan penulisan nama ilmiah menjadi aksara kapital semua) kecuali untuk hal berikut: Pada teks dengan aksara tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis dengan aksara miring (huruf italik), dan sebaliknya. Contoh : Cyprinus carpio, Marsilea crenata, Pada teks goresan pena tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies.
  4. Nama lengkap (untuk hewan) atau abreviasi (untuk tumbuhan) dari deskriptor boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan aksara tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika goresan pena tangan). Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Contoh : Glycine max Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978) (Merr. yaitu abreviasi dari deskriptor (dalam pola ini E.D. Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk menggambarkan Glycine max.
  5. Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah biasanya menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung. Contoh : PENGUJIAN AKTIVITAS PROTEIN ANTIMIKROBIA DARI BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) TERHADAP BEBERAPA MIKROBIA PATOGENIK TANAMAN.
  6. Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan selanjutnya cukup dengan mengambil aksara awal nama genus dan diberi titik kemudian nama spesies secara lengkap. Contoh : salah satu penyebab penyakit penting pada tumbuhan cabe yaitu Fusarium oxysporum, alasannya yaitu menimbulkan rendahnya produksi. Kehilangan produksi jawaban F. oxysporum ini berkisar 5-30% .
  7. Singkatan "sp." (zoologi) atau "spec." (botani) digunakan jikalau nama spesies tidak sanggup atau tidak perlu dijelaskan. Singkatan "spp." (zoologi dan botani) merupakan bentuk jamak. Contoh : Canis sp., berarti satu jenis dari genus Canis; Adiantum spp., berarti jenis-jenis Adiantum

- Cara Pemberian Nama Kelas, Bangsa, Famili dan Spesies
  1. Nama kelas : nama genus + nae;
    pola : Psilophti + nae sehingga menjadi kelas Psilophtinae
    Kelas : Psilophtinae;
    Ordo : Psilotales;
    Famili : Psilotaceae;
    Spesies : Psilotum nudum
  2. Nama ordo : nama genus + ales;
    pola : Lycopodi + ales sehingga menjadi ordo Lycopodiales
    Kelas : Lycopodiinae;
    Ordo : Lycopodiales;
    Famili : Lycopodineae;
    Spesies : Lycopodium cernum
  3. Nama famili : nama genus + aceae;
    pola : Marchantia + ceae sehingga menjadi family Marchantiaceae
    Kelas : Hepaticeae;
    Ordo : Marchantiales;
    Famili : Marchantiaceae;
    Spesies : Marchantia polymorpha


Demikianlah bahan perihal Taksonomi ini saya sampaikan, semoga bermanfaat ...

Sumber http://biologi-indonesia.blogspot.com

0 Response to "✔ Klarifikasi Mengenai Konsep Taksonomi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel