iklan banner

Skripsi Penerapan Buku Guru Dan Buku Siswa Pada Pembelajaran Penjasorkes Kelas V

(KODE : PENDPGSD-0020) : SKRIPSI PENERAPAN BUKU GURU DAN BUKU SISWA PADA PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS V

 SKRIPSI PENERAPAN BUKU GURU DAN BUKU SISWA PADA PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS V SKRIPSI PENERAPAN BUKU GURU DAN BUKU SISWA PADA PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS V

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan intinya merupakan proses untuk membantu insan dalam membuatkan potensi dirinya untuk menuju perubahan yang lebih baik, sebagaimana dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 22 Tahun 2003 bahwa : 
"Pendidikan ialah perjuangan sadar dan terpola untuk mewujudkan suasana berguru dan proses pembelajaran supaya penerima didik secara aktif membuatkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, budbahasa mulia, serta ketrampilan yang diharapkan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara."
Tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dilakukan melalui pendidikan bermutu yang diatur dalam system pendidikan nasional. Semua acara pendidikan baik di jalur formal, non formal, dan informal diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum merupakan potongan penting dari penyelenggaraan pendidikan lantaran kurikulum merupakan planning dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan materi pelajaran, serta cara yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum sebagai pedoman pendidikan, maka pembaharuan kurikulum perlu dilakukan supaya kurikulum senantiasa sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi, tidak ketinggalan zaman, relevan dan kompetitif, sehingga sempurna untuk diterapkan pada pelaksanaan pendidikan dalam rangka mencerdaskan bangsa.
Pada dasarnya pendidikan merupakan acara untuk membantu perkembangan penerima didik mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Kegiatan pendidikan berintikan interaksi antara penerima didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan lain, dan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan bahwasanya berfungsi membantu membuatkan potensi, kecakapan dan karakteristik penerima didik supaya berkembang sesuai dengan impian masyarakat. Tujuan dalam pendidikan merupakan sasaran-sasaran yang harus dicapai atau dikuasai oleh penerima didik untuk kehidupannya sebagai pribadi, warga masyarakat, berguru lebih lanjut dan melaksanakan tugas-tugas pekerjaan. Dalam membuatkan potensi dan kecakapan penerima didik diharapkan suatu pembaruan pendidikan, dimaksudkan dengan adanya pembaruan pendidikan, pendidikan diharapkan memenuhi tujuan dan fungsi pendidikan yang seutuhnya, sehingga bila semua tujuan dan fungsi tercapai maka akan tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Menurut Abdul Malik Fadjar (dalam Poerwati, 2013 : 170-171) pentingnya perubahan pendidikan, terdapat empat hal yang harus tampak : (1) Pertumbuhan, (2) Perubahan, (3) Pembaruan, (4) Kontinuitas. Jadi, ada pertumbuhan, perubahan, pembaruan dan kontinuitas dalam dunia pendidikan kita, itu bukan hal yang negatif, tetapi justru sebaliknya untuk membuatkan dan menyesuaikan dengan kemajuan zaman kini ini. Pendidikan Indonesia bahwasanya sudah menyesuaikan dengan kemajuan zaman tape terlalu banyak kendala-kendala, kendala-kendala tersebut antara lain penghargaan praktisi pendidikan terlalu rendah, kurang adanya pemberdayaan sumber daya mudah dan teoritis pendidikan, tuntunan kurang berlebihan, kurangnya penguasaan para praktisi pendidikan terhadap kurikulum yang berlaku selama ini, dan lemahnya sistem pengawasan.
Sejalan dengan pendidikan diatas, dunia pendidikan perlu banyak yang harus diperbaiki, kualitas sumber daya manusianya dan kurikulum yang pasti, serta masalah-masalah yang lain harus diselesaikan dengan tepat, cepat dan akurat, sehingga mutu pendidikan baik akan menghipnotis output sumber daya insan berkualitas dan bisa bersaing dengan negara-negara maju lainnya.
Sekarang ini seiring perubahan kurikulum guru pun dituntut untuk bisa menentukan materi bimbing yang sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan pada waktu sekarang. Pada kurikulum 2013 ini mewajibkan guru untuk memakai buku pegangan guru yang diterbitkan oleh pemerintah. Kaitannya dengan isi buku pun juga harus diadaptasi dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Dalam Standar Isi telah tertulis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang menjadi pedoman dalam pengembangan materi pokok atau materi bimbing untuk penerima didik.
Berhasilnya suatu proses pendidikan, bergantung pada proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Kemampuan guru yang bekerjasama dengan pemahaman guru akan hakekat berguru akan sangat menghipnotis proses pembelajaran yang berlangsung. Guru yang mempunyai pemahaman hakekat berguru sebagai proses mengakumulasi pengetahuan maka proses pembelajaran yang terjadi hanyalah sekedar pertolongan sejumlah isu yang harus dihafal siswa. Sebaliknya, apabila pemahaman guru perihal berguru ialah proses memperoleh sikap secara keseluruhan, proses pembelajaran yang terjadi mencerminkan suatu kesatuan yang mengandung banyak sekali duduk kasus untuk dipahami oleh anak secara keseluruhan dan terpadu. Seperti yang diungkapkan oleh Surya (2002 : 84) bahwa berguru ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laris yang gres secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.
Dari definisi akan hakikat berguru sanggup diketahui bahwa landasan pengembangan pembelajaran tematik secara psikologis ialah merunut pada teori berguru gestalt. Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti 'whole configuration' atau bentuk yang utuh, pola, kesatuan dan keseluruhan. Teori ini memandang kejiwaan insan terikat pada pengamatan yang berwujud pada bentuk menyeluruh. Menurut teori berguru ini seorang berguru bila ia menerima "insight". Insight itu diperoleh bila ia melihat hubungan tertentu antara banyak sekali unsur dalam situasi itu, sehingga hubungan itu menjadi terang baginya dan demikian memecahkan kasus itu (Nasution, 2004; Slameto, 2003).
Pembelajaran tematik sanggup diartikan suatu acara pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004 : 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu perjuangan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan memakai tema. Dari pernyataan tersebut sanggup ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini sanggup dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek berguru mengajar.
Dalam aspek perkembangan kognitif (berdasarkan teori/tahap perkembangan kognitif Piaget), anak usia ini berada pada tahap transisi dari tahap pra operasi ke tahap operasi konkrit. Piaget, dalam hal ini, menyatakan bahwa setiap anak mempunyai cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurutnya, setiap anak mempunyai struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap banyak sekali objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman perihal obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan fasilitas (proses memanfaatkan konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek).
Pembelajaran tematik ialah pembelajaran terpadu yang memakai tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga sanggup mengatakan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik sanggup diartikan suatu acara pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004 : 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu perjuangan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan memakai tema. Poerwadarminta (1984 : 1.040) Tema ialah pokok pikiran; dasar dongeng (yang dipercakapkan, digunakan sebagai dasar mengarang, mengarang sajak, dsb).
Pembelajaran tematik ialah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari banyak sekali mata pelajaran. Sebagai contoh, tema "Air" sanggup ditinjau dari mata pelajaran I PA dan Matematika. Lebih luas lagi, tema itu sanggup ditinjau dari bidang studi lain, menyerupai IPS, Bahasa Indonesia, Penjasorkes, dan SBK. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menunjukkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik ialah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah perihal dunia di sekitar mereka.
Proses berguru anak tidak sekedar menghafal konsep-konsep dan fakta-fakta, tetapi merupakan acara menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Belajar dimaknai sebagai proses interaksi dari anak dengan lingkungannya. Anak berguru dari halhal yang konkrit, yakni yang sanggup dilihat, didengar, diraba dan dibaui. Hal ini sejalan dengan falsafah konstruktivisme yang menyatakan bahwa insan mengkonstruksikan pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan ini tidak sanggup ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak. Sejalan dengan tahapan perkembangan dan karakteristik cara anak berguru tersebut, maka pendekatan pembelajaran siswa SD kelas-kelas awal ialah pembelajaran tematik.
Strategi pembelajaran dengan memakai pendekatan tematik (selanjutnya disebut pembelajaran tematik) bahwasanya telah diisyaratkan semenjak kurikulum 1994, akan tetapi lantaran keterbatasan kemampuan guru, baik yang disebabkan oleh proses pendidikan yang dilaluinya maupun kurangnya training perihal pembelajaran tematik menjadikan pembelajaran dengan memakai pendekatan tematik tidak sanggup diwujudkan dengan baik. Terlebih lagi disadari, bahwa penerapan pembelajaran dengan memakai pendekatan ini memerlukan persiapan yang tinggi dari guru, dalam hal waktu, sumber, materi ajar, serta perangkat pendukung lainnya. Oleh lantaran itu penelitian perihal implementasi model pembelajaran tematik di kelas rendah SD beserta faktor-faktor yang menghipnotis keberhasilannya, terutama untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa SD dalam membaca, menulis dan berhitung, sangat diperlukan.
Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ini tidak lepas dari perkembangan akan konsep pembelajaran terpadu. Menilik perkembangan konsep pendekatan terpadu di Indonesia, pada dikala ini model pembelajaran yang dipelajari dan berkembang ialah model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty (1990). Model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty ini berawal dari konsep pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989). Jacob (1989) dan Fogarty (1991) beropini bahwa wujud penerapan pendekatan integratif itu bersifat rentangan (continuum).
Bertolak dari konsep pendekatan integratif yang dianut Jacob tersebut, Fogarty (1991) menyatakan bahwa ada 10 model integrasi pembelajaran, yaitu model fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked. Model-model itu merentang dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit, mulai dari separated-subject hingga eksplorasi keterpaduan antar aspek dalam satu bidang studi (model fragmented, connected, nested), model yang memadukan antar banyak sekali bidang studi (model sequenced, shared, webbed, threaded, integrated), hingga memadukan dalam diri pembelajar sendiri dan lintas pembelajar (model immersed dan networked).
Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini berdasarkan Tim Pengembang PGSD (1997 : 3-4) ialah : (1) Holistik, suatu tanda-tanda atau kejadian yang menjadi sentra perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. (2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari banyak sekali macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata yang dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti, akan mengatakan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari; (3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara pribadi konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. (4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan discovery inkuiri dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.
Dalam pengamatan saya di SD dalam penerapan buku guru sering dijumpai sebuah permasalahan yang dalam penerapannya belum sesuai dan masih galau untuk melaksanakan kurikulum 2013 dan guru pun mencari rujukan buku lain menyerupai menggabungkan KTSP, buku Erlangga dan Iain-Iain untuk dijadikan sebuah pembelajaran, kesulitan dalam mencari kekurangan materi guru pun dibebani dengan penilaian pembelajaran, guru harus menilai siswa dalam tiga kriteria penilaian yaitu penilaian sikap, penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan dalam proses penilaian guru masih merasa galau dan guru penjasorkes selalu menggabungkan dengan penilaian yang dahulu. Untuk penerapan buku siswa hanya dibekali oleh buku tematik terpadu, masih banyak siswa yang merasa galau lantaran dalam buku belum banyak adanya pola gambar perihal pembelajaran penjasorkes dan siswa merasa tidak menarik perihal materi pembelajaran penjasorkes kurangnya dalam pola pembelajaran, siswa mengeluhkan dalam pekerjaan rumah (PR) siswa selalu kekurangan materi di dalam buku dan siswa selalu bertanya kepada orang tua.
Penerapan buku guru dan buku siswa di SD Negeri, belum sepenuhnya berjalan efektif dan masih banyak guru dan siswa yang merasa mengeluh perihal penerapan buku. Oleh lantaran itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana Pelaksanaan Buku Guru dan Buku Siswa pada Pembelajaran Penjasorkes Kelas V Semester II di SDN Se-Kecamatan X.
Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba melaksanakan penelitian dengan mengangkat judul "PENERAPAN BUKU GURU DAN BUKU SISWA PADA PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS V".

Sumber http://gudangmakalah.blogspot.com

0 Response to "Skripsi Penerapan Buku Guru Dan Buku Siswa Pada Pembelajaran Penjasorkes Kelas V"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel