iklan banner

✔ Ciri-Ciri Masyarakat Praaksara

Setelah nenek moyang kita tiba di Nusantara dan menetap, mereka meninggalkan tradisi, hukum kemasyarakatan, serta religi yang ditaati oleh  mereka dan anak keturunannya. Tradisi tersebut diwariskan kepada masyarakat hingga kini ini.
Kemampuan nenek moyang kita sebelum mengenal goresan pena dan sebelum terpengaruh budaya Hindu-Buddha oleh Brandes dikelompokkan sebagai berikut:

a.Kemampuan berlayar

Nenek moyang bangsa Indonesia tiba dari Yunan sebelum Masehi. Mereka sudah pandai mengarungi maritim dan harus memakai bahtera untuk hingga di Indonesia. Kemampuan berlayar ini dikembangkan di tanah baru, yaitu di Nusantara, mengingat kondisi geografi di Nusantara terdiri banyak pulau. Kondisi ini mengharuskan memakai bahtera untuk mencapai kepulauan lainnya.

Salah satu ciri bahtera yang dipergunakan nenek moyang kita ialah bahtera cadik, yaitu bahtera yang memakai alat dari bambu atau kayu yang dipasang di kanan kiri perahu.
Pembuatan bahtera biasanya dilakukan secara bersama-sama oleh kaum laki-laki. Setelah masa perundagian, acara pelayaran juga semakin meningkat. Perahu bercadik yang merupakan alat angkut tertua tetap dikembangkan sebagai alat transportasi serta perdagangan. Bukti adanya kemampuan dan kemajuan berlayar tersebut terpahat pada relief candi Borobudur yang berasal dari kala ke-8.

Relief tersebut melukiskan tiga jenis perahu, yaitu:
1)perahu besar yang bercadik,
2)perahu besar yang tidak bercadik, dan
3)perahu lesung

Bentuk bahtera lesung ialah sampan yang dibentuk dari satu batang kayu yang dikeruk di dalamnya mirip lesung, tetapi bentuknya memanjang. Untuk memperbesar ruangannya, pada dinding bahtera ditempel papan serta diberi cadik pada sisi kanan dan kirinya untuk menjaga keseimbangan. Kapal yang besar pada relief candi Borobudur mempunyai dua tiang layar yang dimiringkan ke depan, sedangkan layer yang digunakan pada zaman itu berbentuk segi empat dengan buritan layar berbentuk segitiga. 

Kemampuan berlayar selanjutnya menjadi dasar dari kemampuan berdagang. Oleh lantaran itu, pada awal Masehi bangsa Indonesia sudah berlayar hingga batas barat Pulau Madagaskar, batas selatan Selandia Baru di timur Pulau Paskah, dan di utara hingga Jepang. Hal ini sanggup terjadi lantaran nenek moyang mempunyai ilmu astronomi, yaitu Bintang Biduk Selatan menjadi petunjuk arah selatan.

b.Kemampuan bersawah
Sistem persawahan mulai dikenal bangsa Indonesia semenjak zaman Neolitikum, yaitu insan hidup menetap. Mereka terdorong untuk mengusahakan sesuatu yang menghasilkan (food producing). Sistem persawahan diawali dari sistem ladang sederhana yang belum banyak memakai teknologi, kemudian meningkat dengan adanya teknologi pengairan hingga lahirlah sistem persawahan. Sistem irigasi dalam bercocok tanam digunakan untuk memenuhi kebutuhan air dengan cara membuat pematang dan susukan air. Cara ini kemudian meningkat menjadi pembuatan terasering di lereng pegunungan, serta pembuatan bendungan atau dam air yang sederhana. Sementara itu, untuk mengerjakan sawah dibuatlah alat-alat dari logam dan membuatkan tanaman biji-bijian, padi, juwawut, serta tanaman kering lainnya.

c.Mengenal astronomi
Pengetahuan astronomi (ilmu perbintangan) sudah dimiliki nenek moyang bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia telah mengenal ilmu pengetahuan dan memanfaatkan teknologi angin demam isu sebagai tenaga aktivis dalam acara pelayaran dan perdagangan. Selain digunakan untuk mengenali musim, ilmu astronomi juga sudah dimanfaatkan sebagai petunjuk arah dalam pelayaran, yaitu Bintang Biduk Selatan dan Bintang Pari (orang Jawa menyebut Lintang Gubug Penceng) untuk menunjuk arah selatan serta Bintang Biduk Utara untuk menyampaikan arah utara. 

Kemampuan astronomi dan angin demam isu ini telah mengantarkan mereka berlayar ke barat hingga di Pulau Madagaskar, ke timur hingga di Pulau Paskah, dan ke selatan hingga di Selandia Baru serta ke arah utara hingga di Kepulauan Jepang. Pengetahuan astronomi juga digunakan dalam pertanian dengan memanfaatkan Bintang Waluku sebagai membuktikan awal demam isu hujan.

d.Sistem mocopat
Sistem mocopat ialah suatu kepercayaan yang didasarkan pada pembagian empat penjuru arah mata angin, yaitu utara, selatan, barat, dan timur. Sistem mocopat dikaitkan dengan pendirian bangunan, sentra kota atau pemerintah (istana), alun-alun, tempat pemujaan, pasar, dan penjara. Peletakan bangunan tersebut dibentuk sketsa bersudut empat di mana setiap sudut mempunyai kemampuan dan kekuatan secara magis. Itulah sebabnya mengapa setiap desa pada zaman kuno selalu diberi sesaji pada waktu-waktu tertentu, bahkan hari pasaran berdasarkan perhitungannya juga dikaitkan dengan sistem mocopat, yaitu
1) arah barat diletakkan pon jatuh hari Senin dan Selasa,

2) arah timur diletakkan legi jatuh hari Jumat,

3) arah selatan diletakkan pahing jatuh hari Sabtu dan Minggu,

4) arah utara diletakkan wage jatuh hari Rabu dan Kamis, dan

5) arah tengah diletakkan kliwon jatuh hari Jumat dan Sabtu.

Makara contoh susunan masyarakat mocopat merupakan suatu kepercayaan dalam menata dan menempatkan suatu bangunan yang bersudut empat, dengan susunan ibu kota sentra pemerintahan terdapat alun-alun di sekitar istana, serta ada bangunan tempat pemujaan, pasar, dan penjara.

Di tempat Tuban, Jawa Timur di masa dahulu masih terdapat model desa penenun
sebagai berikut:

1) Pusat desa usang terdapat di tengah desa (dikelilingi desa) di dalamnya terdapat rumah kepala desa, rumah pencelupan kain, dan rumah ulama.

2) Pusat manajemen berada di belakang rumah kepala desa.

3) Kemudian dikelilingi desa-desa mocopat yang membentuk bulat mengelilingi sentra desa tersebut.
Demikian kaitan antara sistem mocopat dengan religiositas di masa nenek moyang kita.

e.Kesenian wayangKesenian wayang semula berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Semula wayang diwujudkan sebagai boneka nenek moyang yang dimainkan oleh dalang pada malam hari. Dengan beralaskan tirai dan tata lampu di belakangnya serta boneka yang digerak-gerakkan sehingga terlihat bayangan boneka seperti hidup. Jika dalang kemasukan roh nenek moyang, sang dalang akan menyuarakan bunyi nenek moyang yang berisi nasihat-nasihat kepada anak cucu mereka. 

Setelah kedatangan hinduisme ke nusantara maka kisah nenek  moyang digantikan kisah Ramayana dan Mahabharata. Bonekanya kemudian diganti dengan bentuk tokoh dalam dongeng Mahabharata. Fungsinya
pun beralih sebagai pertunjukan dan penontonnya melihat dari depan tirai. Pada zaman Kediri, muncul kitab Gatotkacasraya yang mulai menampilkan tuhan orisinil Jawa, yakni Punakawan yang berperan berangasan dan dinamis dalam membimbing dan mengawal para Pandawa dari bahaya musuhnya, yakni Kurawa (kitab Gatotkacasraya memuat unsur j4vanisasi).

Pada waktu senggang, nenek moyang yang sudah menetap dan hidup bercocok tanam menyalurkan talenta seninya serta pemujaan sesudah panen dengan pertunjukan wayang. Pertunjukan tersebut untuk memuja Dewi Sri yang telah memberi berkah pertanian. Selain itu, pertunjukan wayang merupakan tontonan yang di dalamnya terdapat nasihat yang berharga.

f.Seni gamelan
Seni gamelan ada kaitannya dengan seni wayang. Seni gamelan ini digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang. Pada waktu demam isu bercocok tanam sudah usai masyarakat kuno itu membuat alat musik gamelan, membuatkan seni membatik, dan mengadakan pertunjukan wayang semalam suntuk untuk sanggup dilihat oleh masyarakat di sekitarnya.

g.Seni membatikSeni membatik merupakan kerajinan membuat gambar pada kain. Cara menggambarnya mempergunakan alat canting yang diisi materi cairan lilin (orang Jawa menyebutnya malam) yang telah dipanaskan, kemudian dilukiskan pada kain sesuai motifnya.

Bagian kain yang tidak terkena malam/cairan lilin akan menjadi berwarna merah sesudah dimasukkan dalam air soga. Membatik dilakukan untuk mengisi waktu luang bercocok tanam sesudah panen, sekaligus merupakan kegiatan religius, lantaran ada kegiatan membatik tertentu yang dimaksudkan untuk menghormati nenek moyang mereka.

h.Pengaturan masyarakatNenek moyang kita hidup berkelompok. Mereka bersepakat untuk hidup secara bersama, hidup gotong royong, dan demokratis. Mereka menentukan seorang pemimpin yang dianggap sanggup melindungi masyarakat dari banyak sekali gangguan termasuk gangguan roh sehingga seorang pemimpin dianggap mempunyai kesaktian lebih. Cara pemilihan pemimpin yang demikian disebut  primus inter pares, yaitu yang terutama di antara yang banyak.Jadi, seorang pemimpin ialah yang terbaik bagi mereka bersama.

i.Sistem ekonomi dengan mengenal perdagangan 
Kebutuhan hidup insan selalu menuntut untuk dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat kuno saling bertukar barang (barter) dari satu wilayah ke wilayah lain. Jadi, dalam hal perdagangan, nenek moyang kita sudah melakukan kegiatan tukar barang dikarenakan mereka belum mengenal uang, nilainya berdasarkan janji bersama.

j.Sistem kepercayaanManusia yang terdiri atas jasmani dan rohani memunculkan suatu kepercayaan bersifat rohani yang kemudian dipersonifikasikan dalam bentuk riil. Sistem kepercayaan masyarakat Indonesia mulai tumbuh pada masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan, ini dibuktikan dengan inovasi lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan berbentuk cap tangan merah dengan jari-jari yang direntangkan. Lukisan itu diartikan  sebagai sumber kekuatan atau simbol pertolongan untuk mencegah roh jahat. Manusia di zaman hidup bercocok tanam sudah percaya adanya tuhan alam yang membuat banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan sebagainya.

Pada zaman perundagian, masyarakat sudah percaya kepada roh nenek moyang.Mereka percaya jiwa dan roh berdiam di kerikil besar, pohon besar, dan sebagainya. Kepercayaan ini pada hasilnya diwariskan kepada kita hingga masa sekarang. Herbert Spencer dan August Comte menerapkan teori evolusi untuk mengkaji masyarakat insan dalam kaitannya dengan religi. Menurut keduanya, semua bangsa di dunia mempunyai suatu bentuk religi. Bentuk religi muncul lantaran insan sadar dan takut akan maut. Bentuk religi tertua ialah penyembahan kepada roh yang merupakan personifikasi dari jiwa orang yang telah meninggal, terutama dari nenek moyangnya yang kemudian berevolusi terhadap pemujaan kepada dewa. Hal ini sesuai dengan pandangan Edward B. Taylor. Ia menyampaikan bahwa tingkat tertua dari evolusi religi ialah pemujaan kepada jiwa orang yang telah  meninggal yang disebut makhluk halus (spirit), yakni jiwa yang telah merdeka, terlepas dari badan jasmani untuk selamanya.
Keyakinan ini disebut animisme.

Jadi, sanggup kita ketahui bahwa tradisi masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan
adalah sebagai berikut.
a.Organisasi kemasyarakatannya sudah ada, yaitu adanya masyarakat teratur, demokratis,
dan menentukan pemimpinnya dengan primus inter pares dalam bentuk kesukuan. 
b.Kemasyarakatan atau pranata sosialnya ialah masyarakat yang hidup berkelompok
sebagai makhluk sosial, dan bergotong royong. 
c.Memiliki pengetahuan alam, yakni memanfaatkan alam di sekitarnya sebagai wujud peduli dan memelihara alam lingkungannya. 
d.Sudah mengenal sistem persawahan.
e.Kemampuan berlayar dan berdagang dengan memanfaatkan angin musim, bahkan
mereka sudah berani mengarungi maritim luas.
f.Sudah mempunyai teknologi perundagian, yakni pengecoran logam dengan sistem  bivalve dan a cire perdue
g.Sistem kepercayaan pada mulanya  menyembah roh nenek moyang kemudian menyembah dewa. 
h.Sudah mempunyai sistem ekonomi barter.


Sumber http://sejarah10-jt.blogspot.com

0 Response to "✔ Ciri-Ciri Masyarakat Praaksara"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel