iklan banner

✔ Lingkungan Fisik Yang Mempengaruhi Kultivasi Mikroba

(Artikel Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Kultivasi Mikroba ini adalah cuilan dari makalah dengan judul Kultivasi Mikroba. Bila anda memerlukannya sebagai materi referensi, makalah Kultivasi Mikroba tersebut bisa anda DOWNLOAD DISINI)

Untuk berhasilnya kultivasi mikroba diharapkan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan fisik yang sesuai. Ada beberapa lingkungan fisik yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba yaitu temperatur, kadar  oksigen, pH, dan tekanan osmosis.

a. Pengaruh temperatur terhadap pertumbuhan mikroba.
Semua proses pertumbuhan tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur. Oleh alasannya ialah itu, contoh pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan penambahan sel. Keragaman temperatur juga sanggup mengubah proses-proses metabolik serta morfologi sel. Pengaruh temperatur bekerjasama dengan kegiatan enzim. Suhu rendah mengakibatkan kegiatan enzim menurun dan jikalau suhu terlalu tinggi sanggup mendenaturasi protein enzim.

Berdasarkan suhu optimum untuk pertumbuhan maka sifat mikroba sanggup dikelompokkan menjadi 3 yaitu bersifat psikrofilik (tumbuh pada suhu 00-200C), mesofilik (200-450C) dan termofilik (450-800C). Selain itu, menurut suhu pertumbuhan optimumnya, habitat mikroba sanggup dikelompokkan menjadi :

a). Mesofil, terdapat pada tanah, air, dan badan vertebrata, suhu pertumbuhan 100-470C. Suhu pertumbuhan optimum 300-400C.

b). Termofil, ditemukan pada habitat yang bersuhu tinggi, pembuatan kompos, susu, tanah, dan air laut. Mampu tumbuh pada suhu 450-500C, dibedakan menjadi psikrodura yang bisa hidup dibawah 00C dan termodura yang tahan hidup pada suhu diatas 500C.

b. Pengaruh kadar oksigen
Mikroba memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respon terhadap oksigen bebas dan atas dasar ini maka mikroba dibagi menjadi empat yaitu aerobic (memerlukan oksigen), anaerobik (tumbuh tanpa oksigen molekuler), anaerobik fakultatif (tumbuh pada keadaan aerobik dan anaerobik), dan mikroaerofilik (tumbuh bila terdapat sedikit oksigen atmosferik). Beberapa mikroba bersifat anaerobik obligat, bila terkena oksigen akan mati, oleh alasannya ialah itu  untuk menumbuhkan mikroba anaerobik diharapkan teknik khusus semoga tercapai keadaan anaerob. Keperluan penumbuhan jasad anaerob obligat sanggup dipenuhi dengan memakai alat yang disebut anaerobic jar.

c.  Pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroba.
Bagi kebanyakan mikroba pH minimum dan maksimum antara 4 hingga 9. Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh pH, alasannya ialah nilai pH sangat memilih aktifitas enzim. pH besar lengan berkuasa terhadap sel dengan memengaruhi metabolism. pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan kuman terletak antara 6,5 dan 7,5 . Namun, beberapa spesies sanggup tumbuh dalam keadaan sangat asam, atau sangat alkalin.

Bila kuman dikultivasi di dalam suatu medium yang mula-mula diubahsuaikan pH-nya, contohnya 7, maka pH ini akan berubah sebagai jawaban adanya senyawa-senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergeseran pH ini sanggup sedemikian besar sehingga menghambat pertumbuhan mikroba dalam kultur tersebut. Pergeseran pH sanggup dicegah dengan memakai larutan penyangga atau bufer dalam medium. Buffer merupakan senyawa yang sanggup menahan perubahan pH misalnya, KH2PO4 dan K2HPO4. Beberapa materi nutrien medium, ibarat pepton, juga mempunyai kapasitas penyangga. Perlu atau tidaknya suatu medium diberi larutan penyangga bergantung kepada penggunaannya dan dibatasi oleh kapasitas menyangga yang dimiliki senyawa-senyawa yang digunakan.



d. Pengaruh tekanan osmosis terhadap pertumbuhan mikroba.
Tekanan osmosis merupakan tekanan minimum yang diharapkan untuk mencegah fatwa air yang menyeberangi membran di dalam larutan. Contohnya, jikalau larutan 10% sukrosa di dalam kantong membran dialisis di letakan dalam air di dalam gelas maka molekul air yang ada di dalam gelas akan mengalir kedalam kantong dialisis. Besarnya tekanan yang diharapkan untuk mencegah fatwa melekul air dalam gelas ke dalam kantong dialisis merupakan nilai tekanan osmosis larutan sukrosa tersebut.

Berdasarkan tekanan osmosis maka larutan kawasan petumbuhan mikroba sanggup digolongkan atas larutan hipotonis, isotonis, dan larutan hipertonis. Mikroba biasanya hidup di lingkungan yang bersifat agak hipotonis sehingga air akan mengalir dari lingkungannya ke dalam sel sehingga sel menjadi mengambang kaku. Adanya dinding sel sanggup mencegah pecahnya sel mikroba.

Suatu tekanan osmosis akan sangat mempengaruhi kuman jikalau tekanan osmosis lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis.  Sebaliknya tekanan osmosis lingkungan yang hipotonis akan mengakibatkan sel membengkak dan juga sanggup menimbulkan rusaknya sel.  Oleh alasannya ialah itu dalam mempertahankan hidupnya, sel kuman harus berada pada tingkat tekanan osmosis yang sesuai. Walaupun sel kuman mempunyai daya adaptasi, perbedaan tekanan osmosis dengan lingkungannya dilarang terlalu besar. (DOWNLOAD)


Sumber http://zonabawah.blogspot.com

0 Response to "✔ Lingkungan Fisik Yang Mempengaruhi Kultivasi Mikroba"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel