iklan banner

Kondisi Politik Masa Demokrasi Liberal Di Indonesia

Bagaimana situasi kondisi politik pada masa demokrasi liberal di Indonesia? Situasi politik Indonesia sebelum pemilu tahun 1955 mengatakan beberapa perbedaan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pertama, Indonesia menganut sistem multi partai. Hal ini bertujuan untuk menampung aspirasi masyarakat untuk berpolitik. 

Kedua, salah satu akhir dari sistem multi partai tersebut yaitu terjadinya persaingan di antara partai politik. Partai yang mempunyai banyak bunyi di dewan legislatif akan menjadi mayoritas, sedangkan yang suaranya sedikit menjadi partai oposisi. Tidak jarang sering terjadi pergantian kabinet/pemerintahan akhir persaingan antar partai lebih banyak didominasi dan oposisi.
 Bagaimana situasi kondisi politik pada masa demokrasi liberal di Indonesia Kondisi Politik Masa Demokrasi Liberal di Indonesia
Demokrasi Liberal

Kondisi Politik Masa Demokrasi Liberal

Setelah kembali dibuat negara kesatuan, sistem demokrasi yang dianut yaitu demokrasi liberal, sistem pemerintahannya yaitu kabinet parlementer. Dengan menganut demokrasi liberal, maka perkembangan politik di Indonesia diberi ruang seluas-luasnya. Dari tahun 1950 sampai 1959, terdapat 7 kabinet yang memerintah. Untuk lebih jelasnya, berikut ini kabinet-kabinet masa Demokrasi liberal, :

1. Kabinet Natsir (7 September 1950 s.d. Maret 1951)

Kabinet Mohammad Natsir disebut dengan Zaken Kabinet. Kabinet ini diusung oleh partai inti yaitu Masyumi. Berlangsungnya masa Kabinet Natsir tidak terlalu lama. Tepat pada tanggal 21 Maret 1951 kabinet ini menyerahkan mandatnya sehabis adanya mosi pembubaran dan pembekuan DPRD Sementara. Penyebab lain lengsernya kabinet ini yaitu seringnya mengeluarkan Undang-Undang Darurat yang kemudian menerima kritikan dari partai oposisi.

2. Kabinet Sukiman (April 1951 – Februari 1952)

Kabinet Sukiman merupakan koalisi antara Masyumi dengan PNI (Partai Nasional Indonesia). Beberapa gangguan keamanan muncul ketika pada masa kabinet Sukiman. Contohnya ibarat pemberontakan DI/TII di beberapa wilayah di Indonesia, dan RMS (Republik Maluku Selatan).


Kabinet Sukiman kemudian jatuh alasannya yaitu penandatanganan Mutual Security Act (MSA). Perjanjian ini berisi kerjasama keamanan dan ekonomi yang dianggap lebih condong ke pihak Blok Barat.

3. Kabinet Wilopo (April 1952 – Juni 1952)

Kabinet Wilopo didukung oleh partai PNI, Masyumi, dan PSI. Peristiwa penting yang terjadi semasa pemerintahannya yaitu terjadi insiden 17 Oktober 1952 yaitu tuntutan rakyat yang didukung oleh Angkatan Darat yang dipimpin oleh Nasution, supaya dewan perwakilan rakyat sementara dibubarkan diganti dengan dewan legislatif baru.

Sedangkan insiden Tanjung Morawa di Sumatera Timur meliputi problem perkebunan asaing di Tanjung Morawa. Peristiwa Tanjung Morawa merupakan salah satu penyebab jatuhnya Kabinet Wilopo.

4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (Tanggal 31 Juli 1953 s.d. 24 Juli 1955)

Kabinet ini merupakan koalisi antara partai PNI dan PIR (Partai Indonesia Raya). Kabinet Ali I dikenal dengan nama Kabinet Ali Wongso (Ali Sastroamijoyo dan Wongsonegoro). Contoh prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali I yaitu terlaksannya KAA (Konferensi Asia Afrika) pada tanggal 18 sampai 24 April. Kabinet ini kemudian jatuh alasannya yaitu kasus pergantian Pimpinan Angkatan Darat (Peristiwa 27 Juni 1945).

5. Kabinet Burhanudin Harahap (Tanggal 12 Agustus 1955 s.d. 3 Maret 1956)

Kabinet ini dipimpin oleh Burhanudin Harahap dengan partai inti dari Masyumi. Program kerja utama kabinet ini yaitu usaha pengembalian Irian Barat. Penyelenggaraan pemilu pertama pada tahun 1955 yaitu salah satu pencapaian/keberhasilan yang diraih oleh kabinet Burhanudin Harahap. Kemudian alasannya yaitu terjadi beberapa mutasi di kementerian, maka pada tanggal 3 Maret 1956 Burhanudin Harahap menyerahkan mandatnya.

Baca Selengkapnya: Program Kerja Kabinet Burhanudin Harahap dan Susunan Keanggotaannya

6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956 s.d. Maret 1957)

Program kerja kabinet ini Ali II disebut dengan Rencana Lima Tahun. Program ini memuat kasus jangka panjang, contohnya usaha pengembalian Irian Barat. Kemudian kabinet Ali II jatuh alasannya yaitu munculnya semangat anti Cina dan kekacauan di daerah-daerah sehingga menjadikan kabinet goyah, risikonya pada bulan Maret 1957 Ali Sastroamijoyo kembali menyerahkan mandatnya.

Baca Selengkapnya: Program Kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo II dan Susunan Keanggotaannya

7. Kabinet Djuanda (Maret 1957 – April 1957)

Sama ibarat Kabinet Natsir, Kabinet Djuanda juga sering disebut Zaken Kabinet, alasannya yaitu para menterinya merupakan mahir di bidangnya masing-masing. Tugas utama kabinet Djuanda yaitu membebaskan Irian Barat dan memperbaiki keadaan ekonomi dan keuangan yang ketika itu sedang buruk/kacau.

Prestasi atau keberhasilan yang diraih Kabinet Djuanda yaitu berhasil menetapkan batas wilayah Indonesia menjadi 12 mil laut. Ketetapan ini dikenal sebagai Deklarasi Djuanda. Selain itu, pada ketika Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, kabinet ini menjadi domisionernya.

Baca Selengkapnya: Program Kerja Kabinet Djuanda dan Susunan Keanggotaannya

Demikian pembahasan singkat mengenai Kondisi Politik Indonesia Masa Demokrasi Liberal. Semoga bahan sejarah ini sanggup bermanfaat dan mempunyai kegunaan bagi pembaca semua. Baca juga artikel menarik dan informatif lainnya. Sekian, terimakasih.

Sumber http://sumbersejarah1.blogspot.com

0 Response to "Kondisi Politik Masa Demokrasi Liberal Di Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel