Karena Ibadah Itu Hanya Untuk Allah Bukan Untuk Dinilai Makhluk-Nya
Kami dibentuk heran hari ini, betapa tidak seorang orangtua yang meninggal begitu harum mayatnya. Bahkan gres kali ini pelayat yang tiba luar biasa banyaknya, memenuhi setiap sudut desa.
Orang-orang memanggilnya dengan pak Syarif, meninggal diusia 60 tahun. Dalam kehidupannya masyarakat mengenal pak Syarif sebagai orang yang tidak baik. Ia sering membawa pelacur kerumahnya, bahkan tidak jarang warga sering memergokinnya sedang berada di diskotik dan tempat-tempat pelacuran. Pak Syarif juga dikenal masyarakat sebagai kepala pereman, banyak pereman dari banyak sekali tempat yang tiba kerumahnya, tampangnya serem-serem bahkan kebanyakan sekujur tubuhnya menggunakan tato.
Masyarakat dibentuk heran, bagaimana dapat Allah mengharumkan mayatnya bahkan begitu banyak orang yang mendoakannya dari banyak sekali daerah.
Usai pemakaman, saya pun beranikan diri menghampiri seorang pria bertubuh tegap, dengan sekucur tubuhnya dipenuhi tatao.
“Maaf bang boleh saya bertanya ?”, tanyaku memulai
“Boleh ada apa mas ? “ jawab orang itu.
“Kalau boleh tahu kakak siapanya pa Syarif ?”
“Saya muridnya mas”
“Loh emang Pak Syarif seorang guru ?”
Semula saya begitu gerogi dan takut menghampirinya namun ternyata dia sangat lembut, hingga kamipun akibatnya ngobrol sambil duduk dibawah pohon,.
Diapun akibatnya mulai menceritakan kisahnya dengan pak Syarif.
“Begini mas,(Lanjut dia sebelum meneguk air mineral yang dari tadi dipegangnya) ketika semua orang menjauhi saya dan teman-teman, tapi pa Syarif justru mendekati dan begitu perhatian pada kami. Kami yaitu mantan para napi yang berkat dia kami sadar. Sebelum bertemu dia kami merasa sudah tidak ada keinginan untuk kami menjadi orang yang baik. Mungkin dapat saja kami kini sedang ada di penjara atau justru sudah mati tertembak polisi, sebab kejahatan kami semakin menjadi. Nyemplung-nyemplug sekalian itulah prinsip kami dulu. Tapi berkat pak syarif kami jadi berubah sebab dia terus menasehati kami, meski ketika itu kami sangat geram dan marah.
Pak Syarif selalu menunjukkan pola para sahabat yang awalnya bukan orang-orang baik kalau kami merasa dosa kami sangat besar.
Bahkan kami sempat resah mau sholat sebab setiap ketemu orang, bilang kalau ada tato ditubuhnya sholat tidak diterima sebab air wudhunya terhalangi.
Tapi pak syarif lain, justru meyakinkan kami bahwa sholat kami diterima, masih teringat terang kata-kata beliau. “Rekan-rekan semua, wudu itu amalan bhatin bukan lahir”,
“Tapi kan yang dibersihkan tubuh pa ? “, ketika itu kami semua kompak bertanya pada pa syarif.
Pa syarifpun menjawab: “Memang yang dibersihkan itu badan, tapi hakikatnya batin kita yang dibersihkan, kalau memang yang dibersihkan badan, kenapa ketika KENTUT BATAL dan yang dibersihkan bukan tempat keluarnya itu. Rekan-rekan semua, kita membasuh tangan, supaya tangan ini higienis dari noda-noda dosa sebab tangan ini pernah dibentuk untuk melaksanakan dosa, kumur-kumur supaya lisan higienis dari hal-hal kotor. Memang disamping untuk membersihkan raga, tapi wudhu itu amalan dzohir. Sudah ayo sholat, semua yang sudah terjadi yaitu kehendak-Nya, mulai kini bertekadlah untuk memperbaiki diri dan bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa”.
Akhirnya kamipun sholat, dan setiap sholat dimesjid kami selalu menasehati kaum muda supaya tidak bertato menyerupai kami, sebab kamipun sangat menyesal dan tak dapat menghilangkannya.
Pernah pak Syarif menangis histeris, ketika ada rekan kami meninggal dunia, kami Tanya kenapa menangis, ternyata dia menangis sebab rekan kami mempunyai tato dan dia meninggal dalam keadaan belum bertobat. “Dia telah menghina penciptaan Allah, dan merubah bentuk dan rupa ciptaan Allah yang dibentuk dengan sempurna, sungguh itu sangat besar dosanya, Aku menangis sebab tidak dapat membayangkan betapa murka Allah pada-Nya dialam kubur, bersyukurlah kalian semua sudah diberi hidayah oleh Allah , kini manfaatkan hidayah dan kasih sayang-Nya itu dengan sebaik-baiknya, lakukan ibadah dan amal terbaik untuk mengganti dosa dan kesalahan kita dimasa lalu”
Mendengar ucapannya kamipun tak kuasa membendung air mata, dan kami yang ketika itu berempat memeluk erat pa Syarif.
Panjang kalau diceritakan mas, namun yang jelas, pak Syarif telah merubah banyak orang untuk kembali pada jalan yang lurus.
Semua orang yang hadir ini, rata-rata mereka yaitu murid pa Syarif, bukan hanya orang Islam yang datang, mereka juga ada yang berbeda keyakinan. Karena pa Syarif selalu mendekati semua orang tanpa pandang bulu, sehingga tidak heran banyak orang-orang yang berbeda keyakinan menjadi masuk Islam karenanya.
Oh ia mas, coba mas temui perempuan itu, dia dulu yaitu germo pelacur. Coba mas tanyakan pada dia kenal pa Syarif dimana. Saya tidak mau pa Syarif masih tetap dipandang hina oleh masyarakat”.
Tanpa pikir panjang sesudah berpamitan dan mohon izin darinya sayapun pribadi menemui perempuan tersebut dan akibatnya ngobrol panjang lebar.
Wanita tersebut menjelaskan kalau dia yaitu germonya pelacur yang dulu sangat benci dengan pak Syarif.
“Dari dulu pak Syarif yaitu langganan ditempat kami, dia selalu menyewa kamar dan satu perempuan ditempat kami, dia biasanya lebih menentukan orang gres untuk kemudian perlahan orang-orang lama.
Tapi anehnya setiap perempuan yang habis ngamar dengan Pak Syarif, kebanyakan jadi insyaf dan mengundurkan diri dari pekerjaan kotor itu. Perlahan-lahan tapi niscaya semua belum dewasa saya hilang satu persatu. Meski saya higienis keras dan melaksanakan banyak sekali cara tapi ada saja cara merka untuk keluar, mulai dari kabur hingga akal-akalan kencan diluar.
Pak Syarif memang pintar, beliaupun mendekati semua anak buah dan tukang pukul saya, sehingga mereka jadi begitu baik padanya dan merekapun perlahan-lahan meninggalkan tempat kotor itu, mereka lebih menentukan pekerjaan lain.
Setelah semua anak buah saya keluar semua, pak Syarifun menemui saya dan menceramahi saya.
“pak kalau kamu mau ceramah dimesjid saja”, tukasku waktu itu.
Dengan santai pak Syarif menjawab “Ibu, orang-orang di Mesjid mereka sudah niscaya ingin beribadah kepada Allah, kiprah saya yaitu mengembalikan orang-orang yang jauh dan menyimpang dari ajarn Allah , untuk kembali ke Jalan-Nya.
Ketahuilah ibu, semua anak buah ibu sudah Insyaf mereka kini sudah bekerja dan mendapat rizki yang halal, mereka sudah bersahabat kembali dengan Tuhannya sehingga kini hidup dalam ketenangan dan kebahagiaan.”
Begitulah pak Syarif dia selalu menasehati saya yang kotor ini dengan lembut dan penuh kasih sayang, meski tak jarang saya hardik dan marahi ia. Terlebih sesudah mengetahui misinya ngamar dengan anak buah saya hanya untuk menceramahi mereka, ketika itu saya tak menaruh curiga sebab setiap anak buah saya ngamar dengannya selalu menunjukkan setoran menyerupai biasanya bahkan tak jarang justru lebih. Penampilan pak Syarif yang menyerupai orang biasa bahkan terkesan brandal tak menciptakan saya curiga kalau dia yaitu seorang ulama, bahkan mungkin masih keturunan wali, sebab ketika saya tak sengaja melihat KTP nya saya gres tahu nama lengkapnya yaitu “MUHAMMAD SYARIF HIDAYATULLOH”
Banyak teman-teman saya yang miliki perjuangan yang sama dengan saya, diperlakukan dengan hal serupa terhadap perjuangan saya dan saya”.
Mendengar kisah itu sayapun baaru tahu siapa pa Syarif sebenarnya.
Mulai ketika ini sayapun berjanji pada diri saya sendiri untuk tidak menilai segala sesuatu hanya dari sampul luarnya saja, dan saya berjanji akan berusaha meneladani apa yang dilakukan pa Syarif dengn mengasihi orang-orang yang salah untuk mengembalikan mereka dan menjadikannya orang-orang yang sholeh.
Terimakasih pak Syarif Semoga kamu senang dialam abadi.
TAMAT
Kisah ini hanya Fiktif yang terinsfirasi dari banyak sekali kisah nyata.
Semoga dapat sedikit berguna.
0 Response to "Karena Ibadah Itu Hanya Untuk Allah Bukan Untuk Dinilai Makhluk-Nya"
Posting Komentar