iklan banner

Skripsi Ptk Penerapan Taktik Pembelajaran Duduk Masalah Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Berguru Siswa, Perilaku Kritis Dan Prestasi Berguru Bahan Perhitungan Pajak Pph 21

(KODE : PTK-0709) : SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERHITUNGAN PAJAK PPH 21 (MAPEL AKUNTANSI KELAS XI SMK)

 SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOT SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERHITUNGAN PAJAK PPH 21

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan Negara. Hal ini lantaran pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan pendidikan bermutu, akan tercipta sumber daya insan yang berkualitas. Pendidikan itu sendiri berlaku seumur hidup dan dilakukan dalam lingkungan, keluarga, pendidikan formal (sekolah) dan masyarakat. Untuk itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan Negara.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 wacana sistem pendidikan nasional pasal 1 menyebutkan bahwa : 
Pendidikan ialah perjuangan sadar dan terpola untuk mewujudkan suasana berguru dan proses pembelajaran biar akseptor didik secara aktif menyebarkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, moral mulia, serta keterampilan yang diharapkan yang diharapkan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Artinya proses pendidikan di sekolah merupakan proses yang terpola dan mempunyai tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa diarahkan untuk mewujudkan suasana berguru yang aman serta proses berguru yang menyenangkan. Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil berguru harus berjalan secara simbang.
Suasana berguru dan pembelajaran itu diarahkan biar akseptor didik sanggup menyebarkan potensi dirinya, sehingga pendidikan itu harus berorientasi pada siswa (student active learning) dan akseptor didik harus dipandang sebagai seorang yang sedang berkembang dan mempunyai potensi. Sedangkan kiprah pendidik ialah menyebarkan potensi yang dimiliki anak.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 wacana guru dan dosen pecahan 1 pasal 1 poin (a) "Guru ialah pendidik professional dengan kiprah utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi akseptor didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah".
Artinya, proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Guru merupakan pendorong berguru siswa yang mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat para murid untuk belajar. Dengan memakai model pembelajaran yang menarik maka siswa akan lebih gampang memahami pelajaran dan menyebarkan ilmu pengetahuannya.
Salah satu duduk kasus besar yang dihadapi bangsa Indonesia ketika ini ialah rendahnya kualitas pendidikan nasional. Rendahnya kualitas pendidikan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain keterbatasan dana, ketersediaan sarana dan prasarana dalam kegiatan pembelajaran, dan pengelolaan proses pembelajaran. Kondisi tersebut diperburuk dengan minimnya sosialisasi kurikulum sebelum kurikulum gres dijalankan. Problematika pendidikan itulah yang menjadi tanggung jawab dan membutuhkan keseriusan lebih untuk mencari solusinya.
Sejalan dengan itu perlu dikembangkan iklim berguru mengajar yang menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan sikap yang inovatif serta kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan bisa mewujudkan insan pembangunan yang sanggup membangun dirinya sendiri serta bantu-membantu bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Dalam rangka menyebarkan iklim berguru mengajar ibarat menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan sikap yang inovatif dan kreatif, sangat diharapkan adanya keterkaitan antara komponen-komponen pendidikan. Komponen-komponen pendidikan yang meliputi guru, siswa, kurikulum, alat (media pembelajaran) dan sumber belajar, materi, metode maupun alat penilaian saling berhubungan untuk mewujudkan proses berguru yang kondusif. Oleh lantaran itu komponen-komponen dalam pendidikan tersebut tidak bisa dipisahkan lantaran mempunyai keterkaitan yang penting, sehingga akan membentuk suatu sistem yang berkesinambungan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk mencapai hasil berguru yang berkualitas. Dalam skripsi Amroni yang berjudul Efektifitas pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis kasus (PBM) pada prestasi mata pelajaran ekonomi akuntansi siswa kelas XI Sekolah Menengan Atas Nurul Islami Semarang halaman 3 menyatakan "belajar akan lebih bermakna apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya". Akan tetapi, pelaksanaan pembelajaran di sekolah seringkali menciptakan masyarakat kecewa. Kondisi ini dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Sebagian besar siswa mempunyai kemampuan dalam menyajikan materi melalui materi hafalan semata, akan tetapi memahami dan mengerti secara dalam mengenai pengetahuan. Kondisi ini ditandai dengan siswa belum bisa menghubungkan materi pembelajaran di sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan dan belum bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran, motivasi sangat diperlukan. Dalam kegiatan belajar, motivasi sanggup dikatakan sebagai keseluruhan daya pencetus di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan berguru dan yang memperlihatkan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek berguru itu sanggup tercapai (Sardiman, 2010 : 75). Motivasi akan senantiasa memilih intensitas perjuangan berguru bagi para siswa. Adanya motivasi yang baik dalam berguru akan memperlihatkan hasil yang baik. Dengan perjuangan yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang berguru itu akan melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat memilih tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman, 2010 : 75).
Dalam proses berguru mengajar guru sebagai sumber daya mempunyai peranan yang penting lantaran merupakan salah satu unsur penentu keberhasilan siswa. Proses berguru dan hasil berguru para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya akan tetapi ditentukan atau bahkan sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka (Hamalik, 2002 : 36).
Menurut Yunus Abidin (2014 : 122), model pembelajaran proses saintifik merupakan model yang menuntut siswa beraktivitas sebagaimana spesialis sains. Proses berguru secara saintifik meliputi beberapa aktivitas, diantaranya mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan banyak sekali teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep yang ditemukan.
Salah satu proses berguru saintifik yang sanggup diterapkan di kelas ialah penerapan seni administrasi pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning ialah proses pembelajaran yang dirancang dengan masalah-masalah yang menuntut siswa menerima pengetahuan penting, menciptakan mereka hebat dalam memecahkan masalah, mempunyai seni administrasi berguru sendiri, serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Pernyataan ini pernah ada dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Elfrida Gita (2014) yang menyatakan bahwa penerapan Problem Based Learning (PBL) sanggup meningkatkan motivasi berguru siswa dalam mata pelajaran ekonomi.
Pelaksanaan proses saintifik bertujuan biar sanggup menumbuhkan keterampilan sikap kritis siswa selama proses interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, sehingga siswa menghasilkan pertimbangan, keputusan yang tepat, dan menjawab secara lebih lengkap. Sependapat dengan penelitian jurnal yang telah dilakukan oleh Sri Wahyuni (Program Studi Kimia PMIPA FKIP-UT) wacana menyebarkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dengan penerapan seni administrasi pembelajaran Problem Based Learning pertanda bahwa keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan kasus secara kreatif, dan berpikir logis sehingga menumbuhkan sikap kritis dalam diri siswa terutama dalam mata pelajaran Kimia (IPA).
Proses pembelajaran dengan memakai seni administrasi pembelajaran Problem Based Learning sanggup meningkatkan teladan berpikir siswa untuk lebih kritis dalam memecahkan materi pelajaran yang sudah disediakan. Dengan berpikir kritis akan berpikir lebih mendalam wacana materi-materi yang diajarkan dan motivasi siswa bertambah sehingga diharapkan prestasi berguru siswa juga akan meningkat dengan model ini. Oleh lantaran itu penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul : "PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI AKUNTANSI Sekolah Menengah kejuruan X".

Sumber http://gudangmakalah.blogspot.com

0 Response to "Skripsi Ptk Penerapan Taktik Pembelajaran Duduk Masalah Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Berguru Siswa, Perilaku Kritis Dan Prestasi Berguru Bahan Perhitungan Pajak Pph 21"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel