iklan banner

Masalah Ketersediaan Sumber Air Higienis (Fresh-Water Resources) Sebagai Penopang Kehidupan

Laju pertumbuhan penduduk dunia yang tidak diimbangi dengan tersedianya sumberdaya air sebagai menunjang kehidupan, akan membawa dampak serius pada kesehatan dan berpotensi meningkatkan angka kematian.

Laju pertumbuhan penduduk dunia yang tidak diimbangi dengan tersedianya sumberdaya air seb Masalah Ketersediaan Sumber Air Bersih (Fresh-Water Resources) sebagai Penopang Kehidupan
Selain itu, tidak tercukupinya air untuk menopang produksi tumbuhan pangan bisa memicu tragedi kelaparan. Artikel ini akan membahas problem ketersediaan air higienis secara global.

1. DATA TERKAIT KEBUTUHAN DAN PERSEDIAAN AIR BERSIH SECARA GLOBAL.

Dalam laporannya, UNFPA (the United Nations Food and Population) menyatakan bahwa pada 2015 terdapat lebih dari 7.3 miliar manusia menghuni planet bumi (update terbaru: pada 2018, jumlah populasi penduduk dunia mencapai 7.63 miliar jiwa, dikutip pada Kamis, 13 Desember 2018).



Sementara rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahun semenjak 2010-2015 mencapai 1.18%.

Salah satu konsekuensi dari hal tersebut yaitu meningkatnya kebutuhan air layak konsumsi.

Namun mengingat persediaan air higienis tidak bisa mengimbangi kebutuhan penduduk dunia, hal ini berpotensi mengakibatkan krisis ketersediaan air (www.unfpa.org. World Population Dashboard, dikutip pada Kamis, 20 Juni 2016).

Sementara WHO (the World Health Organization) dan UNICEF (the United Nations Children Emergency Fund) mengungkapkan bahwa pada 2002 terdapat 2.6 miliar penduduk dunia yang hidup tanpa sanitasi layak.

Studi juga menyebut bila kekurangan air layak konsumsi dan buruknya kualitas sanitasi telah menyebabkan janjkematian bayi sampai 4,500 jiwa setiap hari (WHO and UNICEF. Water For Life: Making it Happen, WHO/UNICEF Joint Monitoring Programme for Water Supply and Sanitation, 2005).

Di sisi lain, FAO (the Food and Agriculture Organization) menyatakan bila planet bumi mengandung air tak kurang dari 1,400 juta km3. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 0.003% (setara 45 ribu km3) yang bisa dikategorikan sebagai sumber air higienis (fresh-water resources), atau air yang bisa dimanfaatkan sebagai air minum, atau untuk kepentingan agrikultur dan industri.

Selain itu FAO memperkirakan total persediaan air layak konsumsi hanya sekitar 9,000-14,000 km3, padahal total kebutuhan air setiap individu/hari mencapai 2,000-5,000 liter. Dengan kata lain, persediaan air tidak sebanding dengan total kebutuhan seluruh penduduk dunia.

Sementara sektor agrikultur merupakan sektor terbesar yang memakai air, yakni sekitar 70% di negara-negara maju dan 90% di negara-negara berkembang. Sayangnya, sektor ini pun menghadapi problem serius lain, yakni bencana kekeringan yang berimbas pribadi pada ketersediaan produk pangan.

Menurut sumber yang sama, wilayah Afrika merupakan area terdampak paling parah akhir tidak tersedianya air untuk menunjang produksi tumbuhan pangan. Tercatat hanya sekitar 4% tumbuhan pangan yang memperoleh pasokan air irigasi (www.fao.org. Water at a Glance: The relationship between water, agriculture, food security and poverty, dikutip pada Rabu, 29 Juni 2016).

2. MASALAH UTAMA PADA SUMBERDAYA AIR.

Dari data dan fakta diatas, terungkap dua persoalan pokok terkait ketersediaan air, yaitu:
  • jumlah persediaan air higienis (fresh water) yang sangat terbatas.
  • distribusi air yang tidak merata di penjuru dunia.

3. UPAYA PEMELIHARAAN SUMBERDAYA AIR.

Bank Dunia menekankan pentingnya upaya memelihara ketersediaan air untuk menunjang kehidupan jangka panjang, antara lain melalui:
  • pemeliharaan sumber air tanah.
  • penanggulangan polusi air.
  • pengelolaan kebutuhan air.
  • perawatan sanitasi.

Bank Dunia juga memperkenalkan konsep pengelolaan sumber air secara terintegrasi (Integrated Water Resources Management/IWRM), dimana pembangunan bukan hanya menitikberatkan pada bangunan fisik, namun juga melibatkan perjuangan pengelolaan air, tanah, serta sumberdaya lain; sehingga bukan hanya manfaat ekonomi yang didapatkan, melainkan juga kelestarian lingkungan.

Pendekatan pembangunan berbasis lingkungan tersebut menghasilkan kemajuan signifikan. Dari studi pada negara-negara yang memperoleh pemberian untuk pengelolaan persoalan air selama 1997-2007, diperoleh beberapa temuan penting.

Berikut ringkasannya:

Dalam kaitan dengan pemberian atas proyek yang berafiliasi dengan sumberdaya air (water portfolio):
  • pendekatan integratif antara pembangunan dan pemeliharaan sumberdaya air dinilai efektif.
  • perhatian pada sumberdaya air mengalami perkembangan positif, ditandai dengan tingkat kepuasan pada lebih dari 70% proyek yang dijalankan.
  • pinjaman Bank Dunia bervariasi mulai dari pembangunan dam (bendungan), susukan irigasi, maupun pembangkit tenaga air. Namun ada beberapa sektor yang kurang mendapat perhatian, yakni pengelolaan zona pantai, pengendalian pencemaran air, serta pemeliharaan air tanah.

Dalam kaitan dengan pengelolaan sumberdaya air:
  • pengelolaan air yang efektif menjadi kunci penting untuk menanggulangi bahaya kelangkaan air bersih. Peran teknologi pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya air sangat signifikan untuk mewujudkan efisiensi pemanfaatan air bersih.
  • pengelolaan sumberdaya air yang terintegrasi memperlihatkan perkembangan yang kurang signifikan. Hal ini terjadi alasannya yaitu kurangnya perhatian ihwal dampak ekonomi dari pengelolaan sumberdaya air.
  • pemanfaatan pendekatan IWMR masih belum dilakukan secara konsisten, bahkan saat pendekatan tersebut bisa memperlihatkan dampak positif pada satu periode waktu tertentu.
  • jumlah proyek yang berkaitan dengan persoalan ketersediaan sumberdaya air tanah mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Dalam kaitan antara sumberdaya air dengan lingkungan:
  • perbaikan atas kerusakan lingkungan belum mendapat perhatian yang memadai.
  • masih terpusatnya perhatian pada infrastruktur, sehingga kurang memberi porsi pada lingkungan sekitar.
  • lingkungan sekitar pantai semestinya juga menjadi fokus perhatian, mengingat populasi penduduk yang menetap di area ini diperkirakan meningkat di masa mendatang.
  • meskipun pengelolaan sumberdaya air mendapat porsi yang relatif besar, namun tidak banyak proyek yang benar-benar memperhatikan kualitas air.
(Independent Evaluation Group. Water and Development, An Evaluation of World Bank Support, 1997-2007, IEG Study Series Volume 1, 2010).

Sementara menurut penelitian WHO, manfaat yang bisa didapatkan melalui investasi pada air higienis dan sanitasi antara lain berupa:
  • penghematan ongkos perawatan kesehatan, akhir penyakit yang berasal dari air tak layak konsumsi: dari sisi institusi kesehatan sebesar US$ 7 miliar, sedangkan dari perspektif masyarakat senilai US$ 340 juta/individu.
  • peningkatan produktivitas pada anak dan remaja terkait kehadiran di sekolah, serta terpeliharanya kesehatan balita; bila dinilai secara finansial mencapai US$ 9.9 miliar/tahun.
  • tersedianya air layak minum dan sanitasi yang sehat akan meningkatkan produktivitas kerja setara US$ 63 miliar/tahun.
  • investasi pada air layak konsumsi dan sanitasi turut berperan dalam menurunkan angka kematian, sehingga mengurangi beban ekonomi senilai US$ 3.6 miliar/tahun.
(the World Health Organization. Evaluation of the Cost and Benefits of Water and Sanitation Improvements of the Global Level, 2004).

Dari uraian diatas sanggup disimpulkan bahwa ketersediaan sumberdaya air higienis sangat signifikan manfaatnya, baik ditinjau dari perspektif lingkungan, ekonomi, maupun keberlangsungan hidup manusia. **



ARTIKEL TERKAIT :
Menakar Kebutuhan Sumberdaya Energi di Masa Depan
Upaya Memelihara Kelestarian Tanah (Land Conservation)
Mencegah dan Menanggulangi Bencana Banjir
Memahami Arti dan Dampak Pemanasan Global (Global Warming)
Sumber http://www.ajarekonomi.com

0 Response to "Masalah Ketersediaan Sumber Air Higienis (Fresh-Water Resources) Sebagai Penopang Kehidupan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel