Prosesi Tradisi Nikah Pesta Kapanca Kawasan Bima, Ntb
Pesta Kapanca tradisi ijab kabul tempat Bima semenjak raja Bima Sultan Abdul Kahir I 1640 Masehi ini dilaksanakan pada malam hari sehari sebelum melakukan upacara resepsi memperlihatkan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Warisan nenek moyang tempat Kabupaten Bima kembali dilestarikan semenjak Bupati Bima Ferry Zulkarnain (alm) yang memerintah semenjak tahun 2004 sampai 2013.
Pesta Kapanca tradisi tempat Bima, Nusa tenggara Barat (Foto: /Ahyar)
Bima yang juga dikenal dengan Dana Mbojo dirintis oleh Sultan keturunan kerajaan Gowa, Sultan Abdul Kahir I semenjak 1625 M tapi gres dinobatkan sebagai Raja Bima pertama pada 5 Juli 1640 Masehi.
Acara pesta Kampanca merupakan tradisi upacara perkawinan pada malam hari dilaksanakan di rumah pengantin perempuan. Pengantin perempuan sebelum dibawa ke paruga tempat berlangsungnya program didandan secantik mungkin oleh inang pengasuh (penata rias). Pengantin perempuan dibawa ke tempat program duduk diatas dingklik yang dijunjung oleh dua orang laki-laki dan diiringi lantunan dzikir syair lagu bahasa arab khas rebana.
Sebelum program lumuran daun pacar pada kaki dan telapak pada pengantin perempuan diawali program sangongo atau mandi uap dengan bunga-bunga, program boho oi mbaru atau siraman. Boho Oi mbaru dilakukan Inang Pengasuh Pengantin sebelum pengantin perempuan di rias dan dibawah singgasana Ratu semalam.
Sebaiknya program ini diikuti oleh Ibu-ibu dan cukup umur lainnya biar mengikuti jejak calon pengantin perempuan yang sedang mempersiapkan diri menjadi seorang Ratu yang akan mengakhiri masa lajangnya. Sehingga mereka sanggup mengambil hikmahnya dalam mengakhiri masa lajangnya kelak.
Dalam hal ini tergambar adanya rangkaian bunga-bunga telur yang pada saatnya nanti akan duperuntukan pada Ibu-ibu seruan yang masih mempunyai anak gadisnya, ialah telurnya untuk dikonsumsi anak gadisnya sedangkan rangkaian bunga dijadikan hiasan pada kamar anak gadisnya.
Itulah sebabnya upacara kapanca ini merupakan dambaan para ibu dalam masyarakat Bima, di mana mereka mengharapkan puteri-puteri mereka segera melewati upacara yang sama yang menandai hari senang mereka menyerupai malam ini, maksud dan tujuan pengantin perempuan dilumuti dengan daun pacar pada kuku kaki, tangan dan telapak tangan pengantin perempuan tadi membuktikan diri mereka yang tadinya bermanja-manja dengan memanjakan kukunya dan bermalas-malasan, sehingga mulai detik ini tangan dan kaki yang mulus ini dikotori dengan daun pacar ini memberitahukan kepada kita semua anak kita ini/adik kita ini mulai berkerja keras dan rajin demi mencapai rumah tangga yang senang dan sejahtera mawadah warahmah dunia akhirat.
Pesta Kapanca tradisi tempat Bima, Nusa tenggara Barat (Foto: /Ahyar)
Bima yang juga dikenal dengan Dana Mbojo dirintis oleh Sultan keturunan kerajaan Gowa, Sultan Abdul Kahir I semenjak 1625 M tapi gres dinobatkan sebagai Raja Bima pertama pada 5 Juli 1640 Masehi.
Acara pesta Kampanca merupakan tradisi upacara perkawinan pada malam hari dilaksanakan di rumah pengantin perempuan. Pengantin perempuan sebelum dibawa ke paruga tempat berlangsungnya program didandan secantik mungkin oleh inang pengasuh (penata rias). Pengantin perempuan dibawa ke tempat program duduk diatas dingklik yang dijunjung oleh dua orang laki-laki dan diiringi lantunan dzikir syair lagu bahasa arab khas rebana.
Sebelum program lumuran daun pacar pada kaki dan telapak pada pengantin perempuan diawali program sangongo atau mandi uap dengan bunga-bunga, program boho oi mbaru atau siraman. Boho Oi mbaru dilakukan Inang Pengasuh Pengantin sebelum pengantin perempuan di rias dan dibawah singgasana Ratu semalam.
Sebaiknya program ini diikuti oleh Ibu-ibu dan cukup umur lainnya biar mengikuti jejak calon pengantin perempuan yang sedang mempersiapkan diri menjadi seorang Ratu yang akan mengakhiri masa lajangnya. Sehingga mereka sanggup mengambil hikmahnya dalam mengakhiri masa lajangnya kelak.
Dalam hal ini tergambar adanya rangkaian bunga-bunga telur yang pada saatnya nanti akan duperuntukan pada Ibu-ibu seruan yang masih mempunyai anak gadisnya, ialah telurnya untuk dikonsumsi anak gadisnya sedangkan rangkaian bunga dijadikan hiasan pada kamar anak gadisnya.
Itulah sebabnya upacara kapanca ini merupakan dambaan para ibu dalam masyarakat Bima, di mana mereka mengharapkan puteri-puteri mereka segera melewati upacara yang sama yang menandai hari senang mereka menyerupai malam ini, maksud dan tujuan pengantin perempuan dilumuti dengan daun pacar pada kuku kaki, tangan dan telapak tangan pengantin perempuan tadi membuktikan diri mereka yang tadinya bermanja-manja dengan memanjakan kukunya dan bermalas-malasan, sehingga mulai detik ini tangan dan kaki yang mulus ini dikotori dengan daun pacar ini memberitahukan kepada kita semua anak kita ini/adik kita ini mulai berkerja keras dan rajin demi mencapai rumah tangga yang senang dan sejahtera mawadah warahmah dunia akhirat.
0 Response to "Prosesi Tradisi Nikah Pesta Kapanca Kawasan Bima, Ntb"
Posting Komentar