iklan banner

Khutbah Jum'at : Renungan Bagi Musafir



Mungkin Anda menduga bahwa musafir di sini yaitu setiap orang yang sedang melaksanakan perjalanan jauh. Tetapi, itu bukanlah yang dimaksud. Bahkan musafir di sini adalah setiap insan yang tinggal di dunia. Mengapa kita sebut sebagai “musafir”? Hal itu, alasannya yaitu hidup insan di dunia hanya sementara dan akan pergi meninggalkannya menyerupai halnya seorang musafir. (Redaksi, www.khotbahjumat.com )
***
بسم الله الرحمن الرحيم

Renungan bagi Musafir

KHOTBAH PERTAMA

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ يَقْضِيْ بِالْحَقِّ وَالْعَدْلِ وَيَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ ، يُقَدِّرُ اْلأُمُوْرَ بِحِكْمَةٍ ، وَيَحْكُمُ بِالشَّرَائِعِ لِحِكْمَةٍ وَهُوَالْحَكِيْمُ اْلعَلِيْمُ ، أَرْسَلَ الرُّسُلَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ، وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ اْلكِتَابَ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَااخْتَلَفُوْافِيْهِ ، وَلِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَيُؤْتُوْا كُلَّ ذِيْ حَقٍّ حَقَّهُ مِنْ غَيْرِغُلُوٍّوَلاَتَقْصِيْرٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَمَ تَسْليمًا
 Jamaah Jumat rahimakumullah
Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dihentikan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya hingga simpulan zaman.


Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah

Mungkin Anda menduga bahwa musafir di sini yaitu setiap orang yang sedang melaksanakan perjalanan jauh. Tetapi, itu bukanlah yang dimaksud. Bahkan musafir di sini adalah setiap insan yang tinggal di dunia. Mengapa kita sebut sebagai “musafir”? Hal itu, alasannya yaitu hidup insan di dunia hanya sementara dan akan pergi meninggalkannya menyerupai halnya seorang musafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ اْلأَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

“Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan bekerjsama darul abadi Itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghaafir: 39)

Namun sayang seribu sayang, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa hidupnya di dunia hanya sementara. Padahal hal ini merupakan kebenaran yang tidak diragukan lagi dan kepastian yang tidak disangsikan lagi. Pernahkah Anda melihat ada orang yang hidup abadi di dunia dan tidak mati? Kalau pun ia diberi usia yang panjang, cobalah perhatikan akhirnya, ia akan tetap mati juga. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
Sesungguhnya kau akan mati dan Sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (QS. Az Zumar: 30)
Al-Fudhail pernah berkata kepada seseorang: “Sudah berapa usang kau menjalani hidup?” ia menjawab: “Enam puluh tahun.” Fudhail berkata: “Sudah enam puluh tahun Anda mengadakan perjalanan menuju Tuhanmu, dan sebentar lagi kau akan sampai”, orang itu berkata: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun“, Fudhail berkata: “Tahukah Anda maksud ucapan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun“? bekerjsama barangsiapa yang mengetahui bahwa dirinya yaitu hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya ia meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan. Siapa saja yang meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan, maka hendaknya ia mengetahui bahwa dirinya akan ditanya, maka persiapkanlah tanggapan terhadap pertanyaan itu.”
Orang itu pun bertanya: “Lalu bagaimana jalan keluarnya?” Fudhail menjawab: “Mudah” orang itu bertanya, “Apa itu?” Fudhail menjawab, “Kamu perbaiki amalmu sekarang, pasti amalmu di masa kemudian akan diampuni. Hal itu, alasannya yaitu kalau kau malah memperburuk amalmu di masa sekarang, maka kau akan diberi eksekusi menurut amal burukmu yang dahulu dan yang sekarang, dan amalan yang diperhatikan yaitu amalan di simpulan hayatnyaan amalan yang diperhatikan yaitu akhirnya.”nya raaji’uun Fudhail berkata: “Tahukah Anda maksud ucapan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”? bekerjsama barangsiapa yang mengetahui bahwa dirinya yaitu hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya ia meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan.
Siapa saja yang meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan, maka hendaknya ia mengetahui bahwa dirinya akan ditanya, maka persiapkanlah tanggapan terhadap pertanyaan itu.” Orang itu pun bertanya: “Lalu bagaimana jalan keluarnya?” Fudhail menjawab: “Mudah” orang itu bertanya, “Apa itu?” Fudhail menjawab, “Kamu perbaiki amalmu sekarang, pasti amalmu di masa kemudian akan diampuni.
Hal itu, alasannya yaitu kalau kau malah memperburuk amalmu di masa sekarang, maka kau akan diberi eksekusi menurut amal burukmu yang dahulu dan yang sekarang, dan amalan yang diperhatikan yaitu amalan di simpulan hayatnya.” Jika demikian, sudahkah Anda mempersiapkan amalan?
Pentingnya Muhasabah
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah
Muhasabah atau mengoreksi diri dan menghitung-hitung kesalahan yaitu sesuatu yang sangat penting, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, bekerjsama Allah Maha mengetahui apa yang kau kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18)
Saudaraku, pernahkah Anda menyempatkan diri untuk berpikir sejenak perihal dirimu, apa saja ucapan yang Anda lontarkan dan apa saja perbuatan yang Anda lakukan? Pernahkah Anda menyempatkan diri untuk memperhatikan amal perbuatanmu apakah yang Anda lakukan merupakan amal shalih atau kemaksiatan? Jika maksiat, sudahkah Anda menutupinya dengan taubat dan istighfar? dan sudahkah Anda memperbaikinya dengan amal shalih?
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Huud: 114)
Cobalah berpikir sejenak dan sempatkanlah untuk itu sebelum tiba hari di mana dikala itu tidak mempunyai kegunaan lagi penyesalan:
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّايَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِن نَّصِيرٍ
“Ya Tuhan Kami, keluarkanlah kami (dari neraka) pasti Kami akan mengerjakan amal yang saleh berbeda dengan yang telah kami kerjakan”. dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) tiba kepada kau pemberi peringatan?” (QS. Faathir: 37)
Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata: “Hisablah dirimu sebelum kau dihisab dan timbanglah dirimu sebelum kau ditimbang.”
Keadaan Orang-Orang Terdahulu dengan Orang-Orang Sekarang
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ {57} وَالَّذِينَ هُم بِئَايَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ {58} وَالَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لاَيُشْرِكُونَ {59} وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ {60} أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ {61}
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati alasannya yaitu takut akan (azab) Tuhan mereka—Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka,—Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),—Dan orang-orang yang menunjukkan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) bekerjsama mereka akan kembali kepada Tuhan mereka—Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al Mu’minuun: 57-61)
Aisyah radhiallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ayat di atas, ujarnya: “Apakah orang tersebut yaitu orang yang mencuri, berzina dan meminum khmar, namun dirinya takut kepada Allah ‘Azza wa Jallla?” Beliau menjawab: “Tidak, wahai puteri Abu Bakar, puteri Ash Shiddiq. Akan tetapi, ia yaitu orang yang melaksanakan shalat, berpuasa dan bersedekah sedangkan diri mereka takut kepada Allah Azza wa Jalla.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Yakni mereka takut kalau seandainya ibadah mereka tidak diterima.
Seperti itulah keadaan kaum salaf yang terdahulu, mereka beribadah kepada Allah dengan rasa takut dan harap. Tidak menyerupai keadaan kta dikala ini, hati kita takut tetapi masih tetap berbuat maksiat, hati kita berharap ingin masuk surga tetapi tidak mau beramal, sungguh jauh berbeda.
Ibnul Qayyim berkata, “Barang siapa yang memperhatikan para sahabat, ia akan mendapat mereka dalam keadaan banyak berinfak dengan rasa takut yang tinggi. Adapun kita, kita menggabungnya dengan kurang beramal, bahkan kurang berinfak dengan rasa aman.”
Dengarkan kata hati yang paling dalam!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا وَعَلَى جَنْبَتَيْ الصِّرَاطِ سُورَانِ فِيهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ وَعَلَى الْأَبْوَابِ سُتُورٌ مُرْخَاةٌ وَعَلَى بَابِ الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُولُ أَيُّهَا النَّاسُ ادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيعًا وَلَا تَتَفَرَّجُوا وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ جَوْفِ الصِّرَاطِ فَإِذَا أَرَادَ يَفْتَحُ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ قَالَ وَيْحَكَ لَا تَفْتَحْهُ فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ وَالصِّرَاطُ الْإِسْلَامُ وَالسُّورَانِ حُدُودُ اللَّهِ تَعَالَى وَالْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللَّهِ تَعَالَى وَذَلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالدَّاعِي فَوْقَ الصِّرَاطِ وَاعِظُ اللَّهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ
Allah menunjukkan perumpamaan berupa jalan yang lurus. Kemudian di atas kedua sisi jalan itu terdapat dua dinding. Dan pada kedua dinding itu terdapat pintu-pintu yang terbuka lebar. Kemudian di atas setiap pintu terdapat tabir epilog yang halus. Dan di atas pintu jalan terdapat penyeru yang berkata, ‘Wahai sekalian manusia, masuklah kalian semua ke dalam shirath dan janganlah kalian menoleh kesana kemari.’ Sementara di bab dalam dari Shirath juga terdapat penyeru yang selalu mengajak untuk menapaki Shirath, dan kalau seseorang hendak membuka pintu-pintu yang berada di sampingnya, maka ia berkata, ‘Celaka kamu, jangan sekali-kali kau membukanya. Karena kalau kau membukanya maka kau akan masuk kedalamnya.’ Ash Shirath itu yaitu Al Islam. Kedua dinding itu merupakan batasan-batasan Allah Ta’ala. Sementara pintu-pintu yang terbuka yaitu hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Dan adapun penyeru di depan shirath itu yaitu Kitabullah (Alquran) ‘Azza wa Jalla. Sedangkan penyeru dari atas shirath yaitu penasihat Allah (naluri) yang terdapat pada setiap hati seorang mukmin.” (HR. Ahmad dan Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Khalid bin Ma’dan radhiallahu ‘anhu berkata: “Tidak ada seorang hamba pun kecuali mempunyai dua mata di wajahnya, di mana dengan keduanya ia memandang dunia. Ada lagi dua mata yang ada di hatinya, di mana dengan keduanya ia memAndang akhirat. Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah akan membuka dua mata yang ada di hatinya, ia pun melihat kesepakatan Allah yang masih ghaib, dan apabila Allah menghendaki selain itu, maka Allah akan membiarkan keadaannya”, kemudian ia membaca ayat:
أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
“Ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).”
Ya,
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
“Apakah mereka tidak memperhatikan Al Alquran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ , وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ , أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله َلِيْ وَلَكُمْ وَلِكَافَةِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ , فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 KHOTBAH KEDUA

اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار
 Cara Muhasabah
Ibnul Qayyim menjelaskan cara memuhasabah diri yaitu sbb:
Pertama, melihat amalan fardhu, kalau dilihatnya ada yang kurang, maka ia berusaha mengejarnya.
Kedua, melihat larangan, kalau dilihatnya bahwa dirinya mengerjakan larangan, maka ia tutupi dengan taubat dan istighfar serta mengiringinya dengan amal saleh yang memang sanggup menghapusnya.
Ketiga, melihat perilaku lalai pada dirinya, maka disusul dengan dzikr dan mendekatkan diri kepada Allah.
Keempat, melihat tindakan yang dilakukan anggota badan, ucapan yang dilontarkan oleh lisan, langkah yang dilakukan oleh kaki, gerakan yang dilakukan oleh tangan, pandangan yang dilihat oleh mata dan pendengaran yang dilakukan oleh indera pendengaran untuk apa semua dilakukan? Karena siapa melakukannya dan bagaimana bentuk yang dilakukannya?
Jangan Hilangkan Pahala Amal dengan Kemaksiatan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ » . قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ . فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ » .
“Tahukah kau siapakah orang yang bangkrut? Para sobat menjawab: “Menurut kami, orang yang gulung tikar yaitu orang yang tidak mempunyai uang dirham dan harta benda.” Beliau menjawab: “Sesungguhnya orang yang gulung tikar di antara umatku yaitu orang yang tiba pada hari kiamat membawa pahala shalat, puasa, zakat dan amal saleh lainnya, namun ia pernah memaki si fulan, menuduh si fulan, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, memukul tubuh si fulan. Lalu untuk membayar perlakukannya, dibayarlah dengan amal salehnya yang akan diberikan ke si fulan dan si fulan. Sehingga ketika amal salehnya habis padahal belum selesai pembayaran dari amal salehnya, maka dosa-dosa orang lain diambil dan diletakkan kepada dirinya sehingga ia pun dilempar ke neraka.” (HR. Muslim)
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ مَقَامِنَا هَذَا وَفِيْ انْتِظَارِفَرِيْضَةٍ مِنْ فَرَائِضِكَ اَّلتِيْ مَنَنْتَ بِفَرْضِهَا عَلَيْنَا نَسْأَلُكَ بِأَنْ نَشْهَدَ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ اْلأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ , يَا مَنَّانُ ياَ بَدِيْعُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ, يَا ذَاالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ , يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ, نَسْأَلُكَ أَنْ تُحَبِّبْ إِلَيْنَا اْلإِيْمَانَ وَتُزَيِّنْهُ فِيْ قُلُوْبِنَا وَتُرَسِّخْهُ فِيْهَا وَأَنْ تُكْرِهْ إِلَيْنَا اْلكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَتُبَاعِدْهَا عَنَّا وَأَنْ تُهَيِّئْ لِْلأَمَّةِ اْلإِسْلاَمِيَّةِ مِنْ أَمْرِهَا رُشْدًا وُلاَةً صَالِحِيْنَ يَقْضُوْنَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُوْنَ لاَ يَخَافُوْنَ فِيْ اللهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ لاَ يُحَابُّوْنَ قَرِيْبًا لِقُرْبِهِ وَلاَ قَوِيًّا لِقُوَّتِهِ , وَأَنْ تَحْفَظَ عَلَيْنَا دِيْنَنَا وَتُثْبِتَنَا عَلَيْهِ إِلَى الْمَمَاتِ إِنَّكَ جَوَادٌ كَرِيْمٌ

Download Naskah Materi Khutbah Jum’at

d0wnl0ad ebook khotbah jumat renungan bagi musafir (317)
 Marwan bin Musa
Kata kunci: Khutbah Jumat, khutbah jum’at, gaya hidup, naskah khutbah, khotbah, gaya hidup islami, gaya hidup jahili, cobaan, persatuan, renungan, pemutus kenikmatan, kematian, shalat, beramal, cobaan, ikhlas, istiqamah, kasih sayang, rahmat, fitnah, simpulan zaman, persiapan menghadapi kematian, pintu-pintu, rezeki, lalai, taubat, tauhid, saudaraku berhentilah!, ujub, keadilan islam, musibah, musafir, renungan.


Sumber: Khutbah Jum'at .Com


.

Sumber http://datafilecom.blogspot.com

0 Response to "Khutbah Jum'at : Renungan Bagi Musafir"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel