iklan banner

Mewariskan Sejarah Melalui Masyarakat



Setelah kita tahu bagaimana nenek moyang kita mewariskan sejarah melalui keluarga, selanjutnya akan kita ulas mengenai mewariskan sejarah melalui masyarakat. Masyarakat ialah sekelompok orang yang mempunyai kesamaan budaya (yang diwariskan dari generasi ke generasi), wilayah, identitas, dan berinteraksi dalam suatu korelasi sosial yang terstruktur.

Masing-masing anggota dalam masyarakat saling membutuhkan, saling mengisi dan saling melengkapi. Hal ini disebabkan lantaran tidak ada insan yang bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Baik secara pribadi maupun tidak pribadi masyarakat mempunyai caranya sendiri untuk mewariskan masa lalu.

Adat istiadat

Masing-masing masyarakat mempunyai adat-istiadat yang berbeda satu sama lain. Berhadapan dengan adat-istiadat tersebut, setiap anggota masyarakat harus patuh. Penyimpangan akan menciptakan seseorang disisihkan dari lingkungan masyarakat.

Misalnya, pewarisan sifat gotong-royong dalam kehidupan kehidupan masyarakat. Baik pribadi maupun tidak pribadi akan menjadi pelajaran yang sanggup memperlihatkan pengetahuan wacana kehidupan masyarakat bersangkutan dari masa ke masa atau generasi ke generasi.

Adat istiadat sanggup menjadi sarana untuk mewariskan sejarah masa kemudian kepada generasi penerus. Namun, masa kemudian yang diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya terkadang tidak persis sama dengan apa yang terjadi pada masa lalu, tetapi mengalami banyak sekali perubahan sesuai perkembangan zaman.

Hal ini disebabkan lantaran insan mempunyai logika untuk mengolah apa yang diwariskan oleh generasi terdahulu dan apa yang diharapkan oleh generasi yang bersangkutan. Oleh karenanya, masa kemudian tidak sepenuhnya diambil oleh generasi berikutnya, tetapi hanya menjadi dasar yang terus dikembangkan dan diperbarui.

Pertunjukan hiburan

Seorang sarjana berkebangsaan Belanda berjulukan Dr. J. L. Brandes menemukan 10 pokok kehidupan masyarakat Indonesia sebelum mengenal goresan pena atau sebelum masuknya imbas Hindu-Buddha. Salah satunya ialah pertunjukan wayang kulit.

Pertunjukan wayang dilakukan dengan tujuan mendatangkan roh nenek moyang. Dengan demikian pertunjukan wayang selain bermakna hiburan juga bermakna religius. Dalam pertunjukan wayang selalu disisipkan petuah-petuah atau petunjuk-petunjuk wacana suatu kehidupan yang sedang dilalui oleh masyarakat.
 Setelah kita tahu bagaimana nenek moyang kita mewariskan sejarah melalui keluarga Mewariskan sejarah melalui masyarakat
Dr. J. L. Brandes
Dalam pertunjukan wayang juga dinyatakan wacana baik jelek kehidupan yang dilalui oleh masyarakat, bahkan pada dongeng wayang juga dibahas lantaran akhir dari sikap insan secara keseluruhan.

Pertunjukan wayang sering mengambil lakon (kisah) wacana kehidupan insan dalam masyarakat, atau membandingkan kehidupan antar masyarakat. Bahkan orang yang memainkan wayang kulit yang disebut dalang biasanya mengambil tema dongeng wacana asal-usul tempat yang ditempati oleh suatu masyarakat.

Kegigihan generasi terdahulu membangun tempat tinggalnya sering dibesar-besarkan atau diagung-agungkan. Hal ini dilakukan biar generasi berikutnya tetap memberi penghormatan kepada para pendahulunya atau memperlihatkan penghargaan yang tinggi lantaran generasi terdahulu telah menyediakan tempat untuk generasi berikutnya.

Sementara itu, wayang sebagai pertunjukan hiburan sangat besar keuntungannya dalam kehidupan manusia. Cerita-cerita yang banyak mengandung petuah yang bermanfaat sanggup menjadi salah satu sarana untuk mengingatkan insan atau masyarakatnya akan masa lalunya. Sampai dikala ini, seni wayang kulit masih digemari oleh masyarakat khususnya Jawa.
 Setelah kita tahu bagaimana nenek moyang kita mewariskan sejarah melalui keluarga Mewariskan sejarah melalui masyarakat
Pertunjukan wayang kulit merupakan salah satu sarana
masyarakat Indonesia mewariskan sejarah masa lalu.

Kepercayaan masyarakat

Penelitian seorang sarjana berkebangsaan Perancis berjulukan G. Coedes menyatakan bahwa masyarakat Indonesia sebelum mengenal goresan pena atau sebelum masuknya imbas Hindu-Buddha telah mempunyai 10 unsur pokok peradaban. Salah satu dari 10 unsur pokok peradaban tersebut ialah kepercayaan. Kepercayaan ini berbentuk animisme, dinamisme, dan monoisme, serta pemujaan terhadap roh nenek moyang atau roh leluhur.


 Setelah kita tahu bagaimana nenek moyang kita mewariskan sejarah melalui keluarga Mewariskan sejarah melalui masyarakat
G. Coedes Peneliti Prancis

Sementara itu, pemujaan terhadap roh leluhur menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, lantaran melalui pemujaan tersebut masyarakat akan mengenang dan mengingat apa yang telah pernah dilakukan oleh para leluhurnya di masa lalu, yang kemudian diwarisinya.

Dalam perjalanan sejarah muncul pertanyaan wacana mengapa masyarakat sebelum mengenal goresan pena menganut animisme, dinamisme, dan monoisme?
  • Animisme ialah suatu kepercayaan yang menyatakan bahwa setiap benda mempunyai roh atau jiwa.
  • Dinamisme merupakan suatu kepercayaan yang menyatakan bahwa setiap benda mempunyai kekuatan gaib.
  • Monoisme ialah kepercayaan yang menyatakan bahwa ada satu kekuatan yang sangat besar yang berada di luar diri manusia, yaitu kekuatan alam semesta (Tuhan Yang Maha Esa).

Munculnya kepercayaan semacam itu merupakan suatu proses yang sangat panjang dalam sejarah masyarakat yang didasarkan pada pengalaman masyarakat bersangkutan dan ketergantungan mereka pada alam.

Sebagai contoh, tugu kerikil atau menhir yang didirikan oleh masyarakat sebagai tanda penghormatan kepada roh leluhur atau nenek moyang. Tugu kerikil itu dikeramatkan oleh masyarakat, bahkan masyarakat menganggap bahwa tugu kerikil itu mempunyai roh atau jiwa atau kekuatan gaib.

Oleh lantaran itu secara bebuyutan atau dari generasi ke generasi mereka tetap melaksanakan pemujaan terhadap roh nenek moyang atau leluhur melalui tugu kerikil tersebut. Selain itu terdapat juga benda-benda yang mempunyai kekuatan mistik dalam bentuk senjata atau benda-benda lain.

Dengan demikian, pernyataan dari sarjana Belanda Dr. Brandes hampir sama dengan catatan sejarah seorang sarjana dari Perancis berjulukan Coedes wacana 10 unsur pokok dalam kehidupan masyarakat Indonesia sebelum masuknya imbas Hindu-Buddha.

Jadi, menurut sisa-sisa peninggalan yang ditemukan, maka sanggup diungkapkan bahwa kehidupan masyarakat nenek moyang Indonesia pada zaman sebelum masuknya imbas Hindu-Buddha telah mempunyai tingkat kebudayaan yang tinggi. Masyarakatnya telah teratur dalam kehidupan kelompok, telah mengenal kepandaian teknik perundagian menyerupai mengecor dan mencetak perunggu, memahat dan sebagainya. Selain itu, mereka termasuk bangsa maritim yang ulung.

Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa masyarakat bangsa Indonesia pada masa itu ialah sebagai berikut :
  1. Masyarakat agraris - religius dengan corak pekerjaan bercocok tanam padi.
  2. Memiliki tingkat peradaban yang tinggi (teknologi perundagian) dan pelayaran.
  3. Hidup dalam kelompok menurut asas kehidupan gotong-royong, musyawarah dan mufakat.
  4. Merupakan masyarakat komunal dengan asas kesejahteraan bersama.

10 unsur peradaban masyarakat Indonesia

Berdasarkan penelitian seorang sarjana Perancis yang berjulukan Coedes dalam bidang peradaban masyarakat Indonesia sebelum imbas Hindu-Buddha terdapat 10 unsur peradaban yang dimiliki, yaitu sebagai berikut :
  1. Memelihara ternak (sapi, unggas,, dan lain-lain).
  2. Mengenal ketrampilan teknik undagi (perundagian)
  3. Mengenal pengetahuan pelayaran di samudera luas.
  4. Sistem korelasi matrilineal.
  5. Kepercayaan animisme, dinamisme dan pemujaan roh leluhur.
  6. Mengenal organisasi pembagian air untuk pertanian.
  7. Kepandaian menciptakan barang-barang dari tanah liat menyerupai gerabah atau tembikar.
  8. Kepercayaan kepada penguasa gunung.
  9. Cara pemakaman pada dolmen atau kubur batu.
  10. Mitologi kontradiksi antara dua unsur kosmos.

Sedangkan sarjana purbakala Dr. Brandes menyatakan bahwa menjelang masuknya imbas Hindu-Buddha atau menjelang kehidupan masyarakat Indonesia mengenal goresan pena telah mempunyai 10 unsur pokok kebudayaan orisinil Indonesia, yaitu sebagai berikut :
  1. Bercocok tanam padi bersawah.
  2. Mengenal prinsip dasar permainan wayang, dengan maksud untuk mendatangkan roh nenek moyang.
  3. Mengenal seni gamelan yang terbuat dari perunggu.
  4. Pandai membatik (tulisan hias).
  5. Pola susunan masyarakat macapat, susunan suatu ibukota selalu terdapat tanah lapang atau alun-alun yang dikelilingi oleh istana (keraton), bangunan tempat pemujaan atau upacara agama. Sebuah pasar dan sebuah penjara.
  6. Telah mengenal alat tukar dalam perdagangan.
  7. Membuat barang-barang dari logam, terutama perunggu.
  8. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam pelayaran (sebagai bangsa bahari).
  9. Mengenal pengetahuan astronomi.
  10. Susunan masyarakat yang teratur.

Demikian ulasan mengenai cara bangsa Indonesia mewariskan sejarah masa kemudian melalui masyarakat. Semoga menjadi catatan sejarah yang bermanfaat.

Sumber http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com

0 Response to "Mewariskan Sejarah Melalui Masyarakat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel