iklan banner

Pengalaman Jelek Waktu Kecil


           Pengalaman saya yang paling menyenagkan yakni ketika saya masih duduk di kursi TK. Waktu kecil saya memang suka minta-minta pada orangtua. Mulai dari kuliner hingga mainan. Setiap pulang sekolah yaitu pukul sepuluh pagi saya eksklusif bergegas keluar kelas menuju pintu gerbang sekolah dan mencari penjual mainan, apakah ada mainan yang baru. Uang saku saya dulu sebesar dua ribu rupiah, namun saya jarang sekali menggunakannya untuk membeli makanan. Uang tersebut saya sering gunakan untuk membeli mainan. Karena terlalu sering membeli, saya akibatnya ketagihan untuk membeli mainan-mainan yang saya inginkan. 

      Suatu ketika ayah saya berpesan semoga memakai uang jajan untuk membeli makanan. Namun, saya tetap melanggarnya. Ketika pulang sekolah saya ingat pesan ayah saya semoga tidak membeli mainan dan ketika saya lewat pintu gerbang sekolah saya melihat seorang penjual sedang mengatakan sebuah mainan yang sangat anggun dan itu belum ada yang punya. Saya mencoba menahan nafsu saya untuk tidak memebelinya, tetapi pada akibatnya saya tetap membelinya juga. Ketika ayah saya tiba menjemput saya dan melihat ada sebuah mainan ditangan saya, ayah saya eksklusif murka pada saya dan menasihati saya. Pada waktu itu saya hampir menangis tetapi alasannya ayah saya terus memarahi saya akibatnya mata air saya keluar dengan derasnya. Kejadian itu terjadi dikala waktu pulang sekolah, sehingga perhatian orang-orang teruju pada saya termasuk teman-teman saya. Saya menangis dengan kerasnya sambil menahan rasa aib alasannya dilihat oleh banyak orang. 

Kemudian saya dipaksa pulang oleh ayah saya tetapi saya tidak mau. Akan tetapi, ayah saya terus memaksa saya untuk pulang. Saya pun tidak dapat melawan dan akibatnya saya menuruti perintah ayah saya. Ketika perjalanan pulang pun saya masih saja terus menangis hingga hingga rumah. Saya eksklusif bertemu ibu saya dan memeluknya. Saya menceritakan bencana yang terjadi dikala pulang tadi pada ibu saya. Namun ibu saya membela ayah saya, kata ibu saya, saya yang salah alasannya tidak taat pada perintah orangtua dan saya pun juga sudah mempunyai berbagai mainan di dalam lemari. Saya akibatnya menyadari kesalahn saya dan meminta maaf pada ayah saya. Ayah saya pun memaafkan saya, ayah saya berkata bahwa jadi anak harus patuh dan taat pada setiap perintah orangtua asalkan perintah itu baik dan tidak melanggar hukum agama. 

Akhirnya saya menyesal untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut dan pada waktu itu saya juga berjanji untuk membeli mainan secukupnya dan apabila tidak diharapkan saya tidak akan membelinya.  Koleksi mainan saya pada waktu itu sangat berbagai hingga satu lemari penuh yang isinya mainan semua. Setelah saya naik ke SD semua mainan itu saya simpan di gudang dan tidak pernah saya pakai. Sampai kini saya tidak tahu apakah mainan itu masih ada atau tidak. Kalau pun ada niscaya sudah banyak yang rusak dan hanya akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan.

Pengalaman waktu kecil memang akan selalu teringat apabila hal itu sangat memengaruhi perasaan seseorang. Ayah saya juga hingga kini masih ingat bencana pada masa lalu. Walaupun itu yakni pengalaman jelek pada masa lalu, tetapi saya dapat mengamil pesan yang tersirat dari bencana tersebut yaitu kita dilarang boros biaya hanya untuk membeli hal yang kurang bermanfaat. Membelinya boleh asalkan tidak berlebihan.

Sumber http://ilhammaulana9999.blogspot.com

0 Response to "Pengalaman Jelek Waktu Kecil"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel