5 Prinsip Dasar Dalam Penelitian Sejarah Lisan
Daftar Isi Artikel
5 prinsip dasar dalam penelitian sejarah lisan - Jika kita berbicara perihal sejarah lisan, maka perhatian kita terfokus pada suatu insiden yang telah terjadi di masa lampau, tetapi diberitakan secara verbal dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Namun, dalam pembahasan dan penelitian perihal sejarah lisan, sentra perhatiannya tertuju pada suatu insiden yang gres berlalu di mana para pelaku, para saksi dari suatu insiden masih sanggup diajak untuk membahas insiden bersejarah tersebut.
Oleh lantaran itu, dalam langkah-langkah penelitian sejarah verbal perlu adanya sumber-sumber yang mendukung, yaitu sumber yang datangnya dari para pelaku maupun para saksi. Di samping itu, juga perlu didukung tempat terjadinya suatu peristiwa, mencari latar belakang dan tujuan serta melihat atau memahami efek dan akhir dari insiden yang ditimbulkannya.
Sumber gosip dari pelaku sejarah
Di dalam suatu insiden sejarah yang telah terjadi, para pelaku merupakan unsur-unsur utama atau berperan pada insiden tersebut. Para pelaku akan mengetahui dengan niscaya latar belakang atau sebab-sebab terjadinya insiden tersebut, apa yang terjadi pada ketika insiden tersebut sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam insiden itu.
Para pelaku akan sanggup memperlihatkan keterangan perihal insiden dengan sejelas-jelasnya, bahkan para pelaku akan menceritakan secara berurutan apa yang dialaminya dalam suatu insiden yang terjadi. Peristiwa yang dialami oleh para pelaku sanggup mendekati suatu kebenaran dari suatu keadaan yang terjadi pada insiden tersebut. Bahkan, orang yang mendapatkan klarifikasi dari para pelaku sering menganggap sebagai suatu kebenaran yang mutlak.
Tetapi, perlu diingat bahwa keterangan para pelaku sering bersifat subyektif, lantaran keterangan itu benar-benar berdasarkan pelaku itu sendiri, atau ada hal-hal tertentu yang tidak sanggup diungkapkan oleh para pelaku. Biasanya masalah-masalah yang dianggap negatif dan yang menyangkut si pelaku dalam suatu insiden tersebut.
Sebagai referensi usaha bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya. Tidak sedikit dari bangsa Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan yaitu intel dari bangsa Belanda. Mereka sanggup memperlihatkan informasi perihal kegiatan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya.
Tetapi sesudah Indonesia berhasil menjadi bangsa yang merdeka, mereka itu berdiri paling depan dan mengaku diri sebagai seorang pahlawan. Namun, lebih banyak tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang dengan gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mereka bercerita perihal keadaan pada masa itu sesuai dengan yang telah terjadi dalam insiden masa itu.
Baca juga : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan pengakuannya
Bagan gosip sejarah dari pelaku sejarah
Bagan gosip sejarah dari pelaku |
Sumber gosip dari saksi sejarah
Saksi yaitu seorang yang pernah melihat atau menyaksikan terjadinya suatu peristiwa, tetapi bukan sebagai pelaksana atau ikut serta ambil penggalan dalam suatu insiden tersebut. Berita perihal suatu insiden yang disampaikan oleh para saksi sanggup berupa gosip atau kebenaran sepihak dan tergantung dari pihak mana saksi itu berasal atau kepada siapa saksi itu berpihak.
Misalnya, Perang Diponegoro yang terjadi pada tahun 1825 hingga 1830. Apabila saksinya orang Belanda, maka ia akan berpihak kepada bangsa Belanda. Akibatnya, Perang Diponegoro dianggap sebagai suatu pemberontakan. Diponegoro dianggap pemberontak terhadap kekuasaan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia.
Tetapi, bila saksinya yaitu bangsa Indonesia sendiri, maka Perang Diponegoro sebagai suatu usaha melawan penjajah Belanda. Diponegoro dianggap pejuang yang berusaha memperjuangkan bangsa Indonesia biar terbebas dari penjajahan yang dilakukan oleh pihak Belanda.
Di samping itu, para saksi tidak akan sanggup melihat secara utuh rangkaian dari suatu peristiwa. Bahkan saksi hanya sanggup mengetahui perihal apa yang ia saksikan dari suatu peristiwa. Keterangan saksi hanya terfokus pada insiden itu terjadi tanpa mengetahui atau melihat latar belakang atau alasannya yaitu terjadinya suatu peristiwa.
Dengan demikian, keterangan dari para saksi perihal suatu insiden yang telah terjadi belum sanggup dianggap sebagai suatu keterangan yang lengkap. Oleh lantaran itu para hebat sejarah atau sejarawan harus sanggup menyatukan keterangan-keterangan dari saksi, sehingga suatu insiden sejarah sanggup dijelaskan dengan utuh.
Bagan gosip dari saksi sejarah
Bagan gosip dari saksi sejarah |
Tempat insiden sejarah
Di dalam penelitian sejarah, duduk masalah tempat terjadinya suatu insiden merupakan duduk masalah yang sangat penting. Apabila insiden itu terjadi dalam beberapa dekade terdahulu, barangkali masih sanggup diketahui dengan jelas.
Seperti tempat dilaksanakannya upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, yaitu di depan rumah kediaman Bung karno Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (sekarang jalan Proklamasi, dan rumah Bung Karno menjadi Museum Proklamasi.
Baca juga : Monumen Nasional Jakarta Tugu bersejarah
Namun, bagaimana dengan tempat insiden yang telah terjadi pada masa lampau atau dalam kurun waktu ratusan tahun, bahkan hingga ribuan tahun? Dalam hal ini para hebat mengalami kesulitan, sehingga diharapkan penafsiran atau asumsi yang sudah tentu mendekati pada tahap kebenaran.
Misalnya, tempat sentra pemerintahan Kerajaan Tarumanegara. Hingga kini ini hebat sejarah belum sanggup memilih letak sentra pemerintahan kerajaan tersebut. Tetapi melalui perkiraan-perkiraan yang berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan, maka letak sentra pemerintahan berada di sekitar wilayah Bogor, Jawa Barat. Bahkan para hebat sejarah selalu mengalami kesulitan dalam memilih tempat terjadinya suatu insiden di masa lampau.
Latar belakang munculnya insiden sejarah
Latar belakang atau sebab-sebab terjadinya suatu insiden merupakan unsur terpenting dalam suatu insiden sejarah dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya. Latar belakang atau sebab-sebab itu akan mengungkapkan faktor-faktor yang mendorong munculnya insiden bersejarah.
Latar belakang sejarah yang mendorong terjadinya suatu insiden bukan hal yang muncul secara tiba-tiba melainkan telah mengalami suatu proses hingga munculnya insiden yang dimaksudkannya. Latar belakang itu menjadi penentu utama munculnya suatu insiden sejarah. Tanpa adanya latar belakang atau sebab-sebab tersebut, maka insiden bersejarah mustahil akan terjadi.
Peristiwa sejarah Perang Dunia 1 bermula dari terbunuhnya Pangeran Francis Ferdinand (Austria-Hungaria) pada tanggal 28 Juni 1914. Ia dibunuh oleh Gavrilo Princip seorang t*roris berkebangsaan Serbia. Namun begitu, para hebat beropini bahwa penyebab Perang Dunia I tidak hanya terbunuhnya Pangeran Francis Ferdinand, tetapi ada yang lebih jauh lagi, yakni terjadinya pujian nasionalisme di antara negara-negara Eropa, peningkatan yang tajam jumlah angkatan perang pada sejumlah negara-negara Eropa, perlombaan menerima daerah-daerah koloni, dan terbentuknya deretan aliansi kekuatan militer pada negara-negara Eropa.
Pengaruh dan akhir dari insiden sejarah
Suatu insiden sejarah yang telah terjadi dalam kehidupan masyarakat akan memperlihatkan efek dan akhir yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat tersebut. Peristiwa sejarah yang telah terjadi itu merupakan suatu insiden yang diinginkan oleh masyarakat atau suatu golongan dalam masyarakat bersangkutan.
Misalnya, insiden sejarah perihal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Peristiwa tersebut merupakan suatu insiden yang telah direncanakan dan diperjuangkan oleh seluruh bangsa Indonesia dalam membebaskan diri dari penindasan yang dilakukan oleh kaum penjajah. Bahkan semenjak awal kedatangan kaum penjajah ke wilayah Indonesia selalu disambut dengan banyak sekali perlawanan oleh bangsa Indonesia.
Peristiwa sejarah tersebut sanggup menimbulkan efek positif dan negatif bagi masyarakat atau bangsa tersebut menilai insiden itu. Pengaruh positif yang ditimbulkan oleh suatu insiden sejarah akan membawa perubahan-perubahan ke arah kemajuan atau kebaikan dari kehidupan masyarakat.
Misalnya insiden proklamasi kemerdekaan Indonesia membawa efek yang positif bagi bangsa Indonesia. Alasannya, semenjak proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dinyatakan telah terbebas dari segala bentuk penindasan dan penjajahan pihak asing. Berkat kemerdekaan itu bangsa Indonesia sanggup membuatkan diri untuk menjalani kehidupannya tanpa adanya tekanan dan penindasan dari kaum penguasa atau penjajah asing.
Sementara itu, efek negatif sanggup juga ditimbulkan oleh suatu insiden sejarah, lantaran suatu insiden yang telah terjadi itu menimbulkan timbulnya kegelisahan dan keresahan dalam kehidupan masyarakat atau bangsa bersangkutan.
Misalnya, jatuh bangunnya kabinet yang berkuasa atas pemerintahan negara Indonesia semenjak tahun 1945 hingga dengan tahun 1959. Pada masa ini tidak ada satu kabinetpun yang berhasil memerintah hingga batas waktu yang telah ditentukan, yaitu lima tahun, sesuai dengan perundangan yang berlaku. Bahkan lamanya setiap kabinet berkuasa tidak sanggup ditentukan, menyerupai ada kabinet yang berkuasa satu tahun, dua tahun, dan tiga tahun.
Baca juga : 7 kabinet masa Demokrasi Parlementer
Dengan kekuasaan menyerupai itu, masing-masing kabinet mustahil sanggup menuntaskan program-program yang telah dicanangkan pada awal kekuasaannya. Juga setiap kabinet yang berkuasa mustahil sanggup menuntaskan masalah-masalah negara dalam waktu singkat.
Oleh lantaran itu, pergantian kabinet yang tidak tentu batas waktunya tidak akan mungkin sanggup mempengaruhi kehidupan masyarakatnya, melainkan akan menambah terpuruknya kehidupan masyarakat tersebut.
Kesimpulan
Dengan demikian, baik buruknya akhir yang ditimbulkan oleh suatu insiden sejarah yang telah terjadi itu tergantung kepada latar belakang atau sebab-sebab terjadinya suatu insiden sejarah.
0 Response to "5 Prinsip Dasar Dalam Penelitian Sejarah Lisan"
Posting Komentar