Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) |
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal |
|
Pita Merah terlipat yakni simbol solidaritas orang-orang yang positif terinfeksi virus HIV dan AIDS. |
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau
Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat
AIDS) yakni sekumpulan tanda-tanda dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul lantaran rusaknya sistem kekebalan tubuh insan jawaban infeksi virus HIV;atau infeksi virus-virus lain yang menyerupai yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri berjulukan
Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun gampang terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada sanggup memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak pribadi antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, menyerupai darah, air mani, cairan v@gin@, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan sanggup terjadi melalui hubungan intim (v@gin@l, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya beropini bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah mengakibatkan janjkematian lebih dari 25 juta orang semenjak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah mengakibatkan janjkematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya yakni anak-anak.Sepertiga dari jumlah janjkematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya insan di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya sanggup mengurangi tingkat janjkematian dan parahnya infeksi HIV, namun kanal terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang eksekusi sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat
orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Gejala dan komplikasi Berbagai tanda-tanda AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut jawaban infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker menyerupai sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS mempunyai tanda-tanda infeksi sistemik; menyerupai demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.
Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
Gejala-gejala utama AIDS.
Penyakit paru-paru utama
HIV yang gres memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit sesudah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron.
AIDS merupakan bentuk terparah atas jawaban infeksi HIV. HIV yakni retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, menyerupai sel T CD4
+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4
+ secara pribadi dan tidak langsung, padahal sel T CD4
+ diharapkan semoga sistem kekebalan tubuh sanggup berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4
+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan karenanya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul tanda-tanda infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan menyidik jumlah sel T CD4
+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan hingga sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup sesudah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua ahad hingga 20 tahun. Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.
Orang bau tanah umumnya mempunyai kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya menyerupai tuberkulosis, juga sanggup mempercepat perkembangan penyakit ini.
Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan kiprah penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. HIV mempunyai beberapa variasi genetik dan aneka macam bentuk yang berbeda, yang akan mengakibatkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula.Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan sanggup memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.
Penularan secual Penularan (transmisi) HIV secara secual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan v@gin@ atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa ekspresi pasangannya. Hubungan secual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan secual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan sec anal lebih besar daripada risiko hubungan sec biasa dan sec oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko lantaran HIV sanggup masuk melalui sec oral reseptif maupun insertif.
Kekerasan secual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV lantaran pelindung umumnya tidak dipakai dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga v@gin@ yang memudahkan transmisi HIV.
Penyakit menular secual meningkatkan risiko penularan HIV lantaran sanggup mengakibatkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal jawaban adanya borok alat kelamin, dan juga lantaran adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada semen dan sekresi v@gin@l. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara memperlihatkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS jawaban adanya borok alat kelamin menyerupai yang disebabkan oleh sifilis dan/atau
chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular secual menyerupai kencing nanah, infeksi
chlamydia, dan trikomoniasis yang mengakibatkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan secual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada aneka macam tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak sanggup dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.
Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 lantaran perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba v@gin@l, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit secual.
Orang yang terinfeksi dengan HIV masih sanggup terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.
Kontaminasi patogen melalui darah Poster CDC tahun 1989, yang mengetengahkan ancaman AIDS sehubungan dengan pemakaian narkoba.
Jalur penularan ini terutama bekerjasama dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik (
syringe) yang mengandung darah yang terkotori oleh organisme biologis penyebab penyakit (patogen), tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi gres HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu bacokan dengan jarum yang dipakai orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150.
Post-exposure prophylaxis dengan obat anti-HIV sanggup lebih jauh mengurangi risiko itu.
Pekerja akomodasi kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini sanggup juga terjadi pada orang yang memberi dan mendapatkan rajah dan tindik tubuh. Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara maupun Asia lantaran sedikitnya sumber daya dan training yang tidak mencukupi. WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada akomodasi kesehatan yang tidak aman.
Oleh lantaran itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum dalam problem ini, mendorong negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan HIV melalui akomodasi kesehatan.
Resiko penularan HIV pada peserta transfusi darah sangat kecil di negara maju. Di negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun demikian, berdasarkan WHO, lebih banyak didominasi populasi dunia tidak mempunyai kanal terhadap darah yang kondusif dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi".
Penularan masa perinatal Transmisi HIV dari ibu ke anak sanggup terjadi melalui rahim (
in utero) selama masa
perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan ketika persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan yakni sebesar 25%. Namun demikian, jikalau sang ibu mempunyai kanal terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%.Sejumlah faktor sanggup memengaruhi risiko infeksi, terutama beban virus pada ibu ketika persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4%.
Diagnosis Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi AIDS, menyerupai definisi Bangui dan definisi World Health Organization ihwal AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem tersebut sesungguhnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, lantaran definisi yang dipakai tidak sensitif ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi HIV dipakai dengan menggunakan data klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju dipakai sistem pembagian terstruktur mengenai Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.
Sistem tahapan infeksi WHO Sampai ketika ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jikalau gagal, perawatan antiretrovirus secara pribadi sesudah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP). PEP mempunyai jadwal empat ahad takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga mempunyai imbas samping yang tidak menyenangkan menyerupai diare, tidak lezat badan, mual, dan lelah.
Abacavir – Nucleoside analog reverse transcriptase inhibitor (NARTI atau NRTI)
Terapi antivirus
Penanganan infeksi HIV terkini yakni terapi antiretrovirus yang sangat aktif (
highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART). Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV semenjak tahun 1996, yaitu sesudah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor.Pilihan terbaik HAART ketika ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua macam (atau "kelas") materi antiretrovirus. Kombinasi yang umum dipakai yakni
nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan
protease inhibitor, atau dengan
non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV lebih cepat perkembangannya pada bawah umur daripada pada orang dewasa, maka rekomendasi perawatannya pun lebih bernafsu untuk bawah umur daripada untuk orang dewasa.
Di negara-negara berkembang yang menyediakan perawatan HAART, seorang dokter akan mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatan berkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien, ketika menentukan waktu memulai perawatan awal.
Perawatan HAART memungkinkan stabilnya tanda-tanda dan viremia (banyaknya jumlah virus dalam darah) pada pasien, tetapi ia tidak menyembuhkannya dari HIV ataupun menghilangkan gejalanya. HIV-1 dalam tingkat yang tinggi sering resisten terhadap HAART dan gejalanya kembali sesudah perawatan dihentikan.
Lagi pula, diharapkan waktu lebih dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan infeksi HIV dengan menggunakan HAART.
Meskipun demikian, banyak pengidap HIV mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka, sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat janjkematian (mortalitas) lantaran HIV.
Tanpa perawatan HAART, berubahnya infeksi HIV menjadi AIDS terjadi dengan kecepatan rata-rata (median) antara sembilan hingga sepuluh tahun, dan selanjutnya waktu bertahan sesudah terserang AIDS hanyalah 9.2 bulan.
Penerapan HAART dianggap meningkatkan waktu bertahan pasien selama 4 hingga 12 tahun.
Bagi beberapa pasien lainnya, yang jumlahnya mungkin lebih dari lima puluh persen, perawatan HAART memperlihatkan hasil jauh dari optimal. Hal ini lantaran adanya imbas samping/dampak pengobatan tidak bisa ditolerir, terapi antiretrovirus sebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi HIV tertentu yang resisten obat. Ketidaktaatan dan ketidakteraturan dalam menerapkan terapi antiretrovirus yakni alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh manfaat dari penerapan HAART.
Terdapat bermacam-macam alasan atas perilaku tidak taat dan tidak teratur untuk penerapan HAART tersebut. Isyu-isyu psikososial yang utama ialah kurangnya kanal atas akomodasi kesehatan, kurangnya donasi sosial, penyakit kejiwaan, serta penyalahgunaan obat. Perawatan HAART juga kompleks, lantaran adanya bermacam-macam kombinasi jumlah pil, frekuensi dosis, pembatasan makan, dan lain-lain yang harus dijalankan secara rutin .
Berbagai imbas samping yang juga menjadikan keengganan untuk teratur dalam penerapan HAART, antara lain lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatan risiko sistem kardiovaskular, dan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
Obat anti-retrovirus berharga mahal, dan lebih banyak didominasi individu terinfeksi di dunia tidaklah mempunyai kanal terhadap pengobatan dan perawatan untuk HIV dan AIDS tersebut.
Penanganan eksperimental dan saran
Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai untuk menahan epidemik global (pandemik) lantaran biaya vaksin lebih murah dari biaya pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang bisa mengadakannya dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian.
Namun sesudah lebih dari 20 tahun penelitian, HIV-1 tetap merupakan sasaran yang sulit bagi vaksin.
Beragam penelitian untuk meningkatkan perawatan termasuk perjuangan mengurangi imbas samping obat, penyederhanaan kombinasi obat-obatan untuk memudahkan pemakaian, dan penentuan urutan kombinasi pengobatan terbaik untuk menghadapi adanya resistensi obat. Beberapa penelitian pertanda bahwa langkah-langkah pencegahan infeksi oportunistik sanggup menjadi bermanfaat ketika menangani pasien dengan infeksi HIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankan untuk pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalam berisiko terinfeksi.Pasien yang mengalami pemfokusan daya tahan tubuh yang besar juga disarankan mendapatkan terapi pencegahan (
propilaktik) untuk pneumonia pneumosistis, demikian juga pasien toksoplasmosis dan kriptokokus meningitis yang akan banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi propilaktik tersebut.
Pengobatan alternatif
Berbagai bentuk pengobatan alternatif dipakai untuk menangani tanda-tanda atau mengubah arah perkembangan penyakit. Akupunktur telah dipakai untuk mengatasi beberapa gejala, contohnya kelainan syaraf tepi (
peripheral neuropathy) menyerupai kaki kram, kesemutan atau nyeri; namun tidak menyembuhkan infeksi HIV.
Tes-tes uji acak klinis terhadap imbas obat-obatan jamu memperlihatkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa tanaman-tanaman obat tersebut mempunyai dampak pada perkembangan penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberi bermacam-macam imbas samping negatif yang serius.
Beberapa data memperlihatkan bahwa perhiasan multivitamin dan mineral kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa, meskipun tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat janjkematian (mortalitas) akan berkurang pada orang-orang yang mempunyai status nutrisi yang baik.
Suplemen vitamin A pada bawah umur kemungkinan juga mempunyai beberapa manfaat.
Pemakaian selenium dengan takaran rutin harian sanggup menurunkan beban tekanan virus HIV melalui terjadinya peningkatan pada jumlah CD4. Selenium sanggup dipakai sebagai terapi pendamping terhadap aneka macam penanganan antivirus yang standar, tetapi tidak sanggup dipakai sendiri untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas.
Penyelidikan terakhir memperlihatkan bahwa terapi pengobatan alteratif mempunyai hanya sedikit imbas terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini, namun sanggup meningkatkan kualitas hidup individu yang mengidap AIDS. Manfaat-manfaat psikologis dari bermacam-macam terapi alternatif tersebut sesungguhnya yakni manfaat paling penting dari pemakaiannya.
Namun oleh penelitian yang mengungkapkan adanya simtoma hipotiroksinemia pada penderita AIDS yang terserang virus HIV-1, beberapa pakar menyarankan terapi dengan asupan hormon tiroksin. Hormon tiroksin dikenal sanggup meningkatkan laju metabolisme basal sel eukariota dan memperbaiki gradien pH pada mitokondria.
Meratanya HIV diantara orang pintar balig cukup akal per negara pada final tahun 2005.
██ 15–50% ██ 5–15% ██ 1–5% Epidemiologi
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa semenjak pertama kali diakui tahun 1981, menciptakan AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun gres saja, kanal perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup di tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak.Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar semenjak tahun 1981.
Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi, dengan asumsi 21,6 hingga 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV. Dua juta [1,5&-3,0 juta] dari mereka yakni bawah umur yang usianya lebih rendah dari 15 tahun. Lebih dari 64% dari semua orang yang hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per empat (76%) dari semua perempuan hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, terdapat 12.0 juta [10.6-13.6 juta] anak yatim/piatu AIDS hidup di Afrika Sub Sahara.Asia Selatan dan Asia Tenggara yakni terburuk kedua yang terinfeksi dengan besar 15%. 500.000 bawah umur mati di region ini lantaran AIDS. Dua-tiga infeksi HIV/AIDS di Asia muncul di India, dengawn asumsi 5.7 juta infeksi (perkiraan 3.4 - 9.4 juta) (0.9% dari populasi), melewati asumsi di Afrika Selatan yang sebesar 5.5 juta (4.9-6.1 juta) (11.9% dari populasi) infeksi, menciptakan negara ini dengan jumlah terbesar infeksi HIV di dunia.
Di 35 negara di Afrika dengan perataan terbesar, impian hidup normal sebesar 48.3 tahun - 6.5 tahun sedikit daripada akan menjadi tanpa penyakit.
Sejarah
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh
Pneumocystis jirovecii) pada lima pria homosecual di Los Angeles.
Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi insan yakni HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih gampang masuk kedalam tubuh. HIV-1 yakni sumber dari lebih banyak didominasi infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat.
Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse
Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan.HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey (
Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun.
Banyak mahir beropini bahwa HIV masuk ke dalam tubuh insan jawaban kontak dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging. Teori yang lebih kontroversial yang dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa epidemik AIDS dimulai pada final tahun 1950-an di Kongo Belgia sebagai jawaban dari penelitian Hilary Koprowski terhadap vaksin polio.Namun demikian, komunitas ilmiah umumnya beropini bahwa skenario tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang ada.
Sosial dan budaya
Ryan White sebagai model poster HIV. Ia dikeluarkan dari sekolah dengan alasan terinfeksi HIV.
Stigma
Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat di aneka macam belahan dunia terhadap pengidap AIDS terdapat dalam aneka macam cara, antara lain tindakan-tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran atas orang yang diduga terinfeksi HIV; diwajibkannya uji coba HIV tanpa menerima persetujuan terlebih dahulu atau proteksi kerahasiaannya; dan penerapan karantina terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV.Kekerasan atau ketakutan atas kekerasan, telah mencegah banyak orang untuk melaksanakan tes HIV, menyidik bagaimana hasil tes mereka, atau berusaha untuk memperoleh perawatan; sehingga mungkin mengubah suatu sakit kronis yang sanggup dikendalikan menjadi "hukuman mati" dan menjadikan meluasnya penyebaran HIV.
Stigma AIDS lebih jauh sanggup dibagi menjadi tiga kategori:
- Stigma instrumental AIDS - yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-hal yang bekerjasama dengan penyakit mematikan dan menular.
- Stigma simbolis AIDS - yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan perilaku terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap bekerjasama dengan penyakit tersebut.
- Stigma kesopanan AIDS - yaitu eksekusi sosial atas orang yang bekerjasama dengan informasi HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.
Stigma AIDS sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama yang bekerjasama dengan homosecualitas, bisecualitas, pelacuran, dan penggunaan narkoba melalui suntikan.
Di banyak negara maju, terdapat penghubungan antara AIDS dengan homosecualitas atau bisecualitas, yang berkorelasi dengan tingkat prasangka secual yang lebih tinggi, contohnya sikap-sikap anti homosecual.
Demikian pula terdapat anggapan adanya hubungan antara AIDS dengan hubungan secual antar laki-laki, termasuk bila hubungan terjadi antara pasangan yang belum terinfeksi.
Dampak ekonomi
Perubahan angka impian hidup di beberapa negara di Afrika. Botswana Zimbabwe Kenya Afrika Selatan Uganda
Dampak ekonomi
HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan jumlah insan dengan kemampuan produksi (human capital). Tanpa nutrisi yang baik, akomodasi kesehatan dan obat yang ada di negara-negara berkembang, orang di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak hanya tidak sanggup bekerja, tetapi juga akan membutuhkan akomodasi kesehatan yang memadai. Ramalan bahwa hal ini akan mengakibatkan runtuhnya ekonomi dan hubungan di daerah. Di kawasan yang terinfeksi berat, epidemik telah meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh kakek dan neneknya yang telah tua.
Semakin tingginya tingkat janjkematian (mortalitas) di suatu kawasan akan mengakibatkan mengecilnya populasi pekerja dan mereka yang berketerampilan. Para pekerja yang lebih sedikit ini akan didominasi anak muda, dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih sedikit sehingga produktivitas akan berkurang. Meningkatnya cuti pekerja untuk melihat anggota keluarga yang sakit atau cuti lantaran sakit juga akan mengurangi produktivitas. Mortalitas yang meningkat juga akan melemahkan prosedur produksi dan investasi sumberdaya insan (human capital) pada masyarakat, yaitu jawaban hilangnya pendapatan dan meninggalnya para orang tua. Karena AIDS mengakibatkan meninggalnya banyak orang pintar balig cukup akal muda, ia melemahkan populasi pembayar pajak, mengurangi dana publik menyerupai pendidikan dan akomodasi kesehatan lain yang tidak bekerjasama dengan AIDS. Ini memperlihatkan tekanan pada keuangan negara dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Efek melambatnya pertumbuhan jumlah wajib pajak akan semakin terasakan bila terjadi peningkatan pengeluaran untuk penanganan orang sakit, training (untuk menggantikan pekerja yang sakit), penggantian biaya sakit, serta perawatan yatim piatu korban AIDS. Hal ini terutama mungkin sekali terjadi jikalau peningkatan tajam mortalitas orang pintar balig cukup akal mengakibatkan berpindahnya tanggung-jawab dan penyalahan, dari keluarga kepada pemerintah, untuk menangani para anak yatim piatu tersebut.
Pada tingkat rumah tangga, AIDS mengakibatkan hilangnya pendapatan dan meningkatkan pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Berkurangnya pendapatan mengakibatkan berkurangnya pengeluaran, dan terdapat juga imbas pengalihan dari pengeluaran pendidikan menuju pengeluaran kesehatan dan penguburan. Penelitian di Pantai Gading memperlihatkan bahwa rumah tanggal dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan biaya dua kali lebih banyak untuk perawatan medis daripada untuk pengeluaran rumah tangga lainnya.
Penyangkalan atas AIDS
Sekelompok kecil aktivis, diantaranya termasuk beberapa ilmuwan yang tidak meneliti AIDS, mempertanyakan ihwal adanya hubungan antara HIV dan AIDS,
keberadaan HIV itu sendiri,
serta kebenaran atas percobaan dan metode perawatan yang dipakai untuk menanganinya. Klaim mereka telah diperiksa dan secara luas ditolak oleh komunitas ilmiah,
walaupun terus saja disebarkan melalui Internet dan sempat mempunyai imbas politik di Afrika Selatan melalui mantan presiden Thabo Mbeki, yang mengakibatkan pemerintahnya disalahkan atas respon yang tidak efektif terhadap epidemik AIDS di negara tersebut.
*sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS*
0 Response to "Acquired Immunodeficiency Syndrome (Aids)"
Posting Komentar