iklan banner

✔ Migrasi Ras Proto Melayu Dan Deutro Melayu

Proses Migrasi Ras Proto Melayu dan Deutro Melayu ke Indonesia

Sejarawan Belanda Van Heine menyampaikan bahwa semenjak 2000 SM yang bersamaan dengan zaman Neolitikum hingga dengan tahun 500 SM yang bersamaan dengan zaman perunggu mengalirlah gelombang perpindahan penduduk dari Asia ke pulau-pulau sebelah selatan daratan Asia ke Indonesia. Sekitar tahun 1500 SM, mereka terdesak dari Campa kemudian pindah ke Kampuchea dan melanjutkan perjalanan ke Semenanjung Malaka.

Sementara itu, bangsa yang lainnya masuk ke pulau-pulau di sebelah selatan Asia tersebut, yakni Austronesia (austro artinya selatan, nesos artinya pulau). Bangsa yang mendiami tempat Austronesia disebut bangsa Austronesia. Bangsa Austronesia mendiami tempat sangat luas, mencakup pulau-pulau yang membentang dari Madagaskar (sebelah barat) hingga Pulau Paskah (sebelah timur) dan Taiwan (sebelah utara) hingga Selandia Baru (sebelah selatan).

Pendapat Van Heine Geldern ini diperkuat dengan inovasi peralatan insan purba berupa beliung kerikil yang berbentuk persegi di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi di bab barat. Beliung menyerupai itu juga banyak ditemukan di Asia, yakni di Malaysia, Birma (Myanmar), Vietnam, Kampuchea, dan terutama di tempat Yunan (daerah Cina Selatan).

Orang-orang Austronesia yang memasuki wilayah Nusantara dan kemudian menetap di Nusantara tersebut menerima sebutan bangsa Melayu Austronesia atau bangsa Melayu Indonesia. Mereka yang masuk ke tempat Aceh menjadi suku Aceh, yang masuk ke tempat Kalimantan disebut suku Dayak, yang ke Jawa Barat disebut suku Sunda, yang masuk ke Sulawesi disebut suku Bugis dan Tanah Toraja, dan mereka yang masuk ke tempat Jambi disebut suku Kubu (Lubu).

Bangsa Melayu sanggup dibedakan menjadi dua, yakni bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda.
1.Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu)
Bangsa Melayu Tua ialah orang-orang Austronesia dari Asia (Yunan) yang pertama kali ke Nusantara pada sekitar 1500 SM. Mereka tiba ke Nusantara melalui dua jalan.

a.Jalan barat dari Yunan (Cina Selatan) melalui Selat Malaka (Malaysia) masuk ke Sumatra masuk ke Jawa. Mereka membawa alat berupa kapak persegi.

b.Jalan utara (timur) dari Yunan melalui Formosa (Taiwan) masuk ke Filipina kemudian ke Sulawesi kemudian masuk ke Irian. Mereka membawa alat kapak lonjong.

Bangsa Melayu Tua ini mempunyai kebudayaan kerikil alasannya ialah alat-alatnya terbuat dari kerikil yang sudah maju, yakni sudah dihaluskan, berbeda dengan insan purba yang alatnya masih bergairah dan sederhana. Hasil budaya mereka dikenal dengan kapak persegi yang banyak ditemukan di Indonesia, menyerupai Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Adapun kapak lonjong banyak dipakai mereka yang melalui jalan utara, yakni Sulawesi dan Irian. 
Menurut penelitian Von Heekern, di Kalumpang, Sulawesi Utara telah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong yang dibawa orang Austronesia yang tiba dari arah utara Indonesia melalui Formosa (Taiwan), Filipina, dan Sulawesi.

2.Bangsa Melayu Muda (Deutero Melayu)
Bangsa Melayu Muda yang disebut juga Deutero Melayu tiba dari tempat Yunan (Cina Selatan) sekitar 500 SM. Mereka masuk ke Nusantara melalui jalan barat saja.

Bangsa Melayu Muda berhasil mendesak dan bercampur dengan bangsa Proto Melayu. Bangsa Deutero Melayu masuk melalui Teluk Tonkin (Yunan) ke Vietnam, kemudian ke Semenanjung Malaka, terus ke Sumatra, dan balasannya masuk ke Jawa.

Bangsa Deutero Melayu mempunyai kebudayaan yang lebih maju dibandingkan dengan Proto Melayu. Mereka sudah sanggup menciptakan barang-barang dari perunggu dan besi.

Hasil budayanya yang populer ialah kapak corong, kapak sepatu, dan nekara. Selain kebudayaan logam, bangsa Deutero Melayu juga membuatkan kebudayaan Megalitikum, yaitu kebudayaan yang menghasilkan bangunan yang terbuat dari kerikil besar. Hasil-hasil kebudayaan Megalitikum, misalnya, menhir (tugu batu), dolmen (meja batu), sarkofagus (keranda mayat), kubur batu, dan punden berundak. 
Suku bangsa Indonesia yang termasuk keturunan Melayu Muda (Deutero Melayu) ialah suku Jawa, Melayu, dan Bugis. Sebelum kelompok bangsa Melayu memasuki Nusantara, bergotong-royong telah ada kelompok-kelompok insan yang lebih dahulu tinggal di wilayah tersebut. Mereka termasuk bangsa primitif dengan budayanya yang masih sangat sederhana. 
Mereka yang termasuk bangsa primitif ialah sebagai berikut.

1.Manusia Pleistosin (purba)
Kehidupan insan purba ini selalu berpindah tempat dengan kemampuan yang sangat terbatas. Demikian pula kebudayaannya sehingga corak kehidupan insan purba ini tidak sanggup diikuti kembali, kecuali beberapa aspek saja. Misalnya, teknologinya yang masih sangat sederhana (teknologi paleolitik).

2.Suku Wedoid
Sisa-sisa suku Wedoid hingga kini masih ada, misalnya, suku Sakai di Siak serta suku Kubu di perbatasan Jambi dan Palembang. Mereka hidup dari meramu (mengumpulkan hasil hutan) dan berkebudayaan sederhana. Mereka juga sulit sekali mengikuti keadaan dengan masyarakat modern.

3.Suku Negroid
Di Indonesia sudah tidak terdapat lagi sisa-sisa kehidupan suku Negroid. Akan tetapi, di pedalaman Malaysia dan Filipina keturunan suku Negroid masih ada. Suku yang termasuk ras Negroid, misalnya, suku Semang di Semenanjung Malaysia dan suku Negrito di Filipina. Mereka balasannya terdesak oleh orang-orang Melayu Modern sehingga hanya menempati tempat pedalaman terisolir.

Menurut Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia, yakni Yunan. Mereka tiba melalui dua gelombang dan dua jalan.

Gelombang Melayu Tua (Proto Melayu) 1500 SM melalui dua jalan. 
a) Jalan barat melalui Yunan –Malaka – Sumatra – Jawa, alat yang dibawa kapak persegi. 
b) Jalan Utara melewati Yunan– Formosa–Jepang– Filipina– Sulawesi Utara– Papua, alat yang dibawa kapak lonjong.

Melayu Muda (Deutero Melayu) 500 SM merupakan kedatangan gelombang II melalui jalan barat.


Sumber http://sejarah10-jt.blogspot.com

0 Response to "✔ Migrasi Ras Proto Melayu Dan Deutro Melayu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel