iklan banner

✔ Laporan Pendahuluan / Lp Gagal Nafas (Respiratory Failure) Lengkap Dengan Konsep Askep Pinjaman Ventilator, Download Pdf Dan Doc

Teman-teman sejawat sekalian dimanapun berada, tak henti-hentinya kami selalu berusaha menyajikan laporan pendahuluan dengan banyak sekali bahasan, dengan tujuan sanggup membantu teman-teman sekalian.

Untuk kali ini kami bagikan laporan pendahuluan / LP gagal nafas (respiratory failure) lengkap dengan konsep askep pemberian ventilator, yang telah kami susun selengkap mungkin menurut beberapa refferensi terpercaya berupa buku-buku medis dan keperawatan dan juga lp terdahulu.

Laporan pendahuluan gagal nafas ini terdiri dari tinjauan teori dan konsep asuhan keperawatan pada pasien gagal nafas dengan pemberian ventilator.

Untuk mempermudah teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel yang bisa dipakai untuk mend0wnl0ad lp ini.

Laporan Pendahuluan Gagal Nafas (Respiratory failure)


Pengertian

Gagal nafas yaitu ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh problem ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)

Gagal nafas yaitu kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat menimbulkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001)

Gagal nafas terjadi bilamana  pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak sanggup memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga mengakibatkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)

Ventilator yaitu suatu alat yang dipakai untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempetahankan oksigenasi


Klasifikasi

1. Gagal nafas akut

Gagal nafas yang timbul pada pasien yang paru-parunya normal secara structural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul

2. Gagal ginjal kronis

Terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik menyerupai bronchitis kronik empisema dan penyakit paru hitam


Etiologi / Penyebab

1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas lantaran ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.

2. Kelainan neurologis primer

Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam sentra pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf menyerupai gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.

3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks

Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan perluasan paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau stress berat dan cedera dan sanggup mengakibatkan gagal nafas.

4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor sanggup menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang menimbulkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan verbal sanggup mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks  dan fraktur tulang iga sanggup terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest sanggup terjadi dan sanggup mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya yaitu untuk memperbaiki patologi yang mendasar

5. Penyakit akut paru

Pnemonia disebabkan oleh kuman dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru yaitu beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.


Patofisiologi

Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing memiliki pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut yaitu gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik yaitu terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik menyerupai bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel. 

Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi pemberian ventilator lantaran “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital yaitu ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).

Gagal nafas penyebab terpenting yaitu ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada masalah pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia memiliki kemampuan menekan sentra pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat lantaran terdapat biro menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan imbas dari analgetik opioid. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru sanggup mengarah ke gagal nafas akut.

Pathway gagal nafas

Tanda Dan Gejala

Tanda
Gagal nafas total
  • Aliran udara di mulut, hidung tidak sanggup didengar/dirasakan.
  • Pada gerakan nafas impulsif terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
  • Adanya kesulitasn inflasi parudalam perjuangan memperlihatkan ventilasi buatan
Gagal nafas parsial
  • Terdenganr bunyi nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
  • Ada retraksi dada

Gejala
  • Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
  • Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

Komplikasi
  1. Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder penggunaan ventilator (seperti, emfisema kutis dan pneumothoraks).
  2. Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan kardiak output, aritmia, perikarditis dan infark miokard akut.
  3. Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus paralitik , diare dan pneumoperitoneum. Stress ulcer sering timbul pada gagal napas.
  4. Polisitemia (dikarenakan hipoksemia yang usang sehingga sumsum tulang memproduksi eritrosit, dan terjadilah peningkatan eritrosit yang usianya kurang dari normal).
  5. Infeksi nosokomial: pneumonia, nanah saluran kemih, sepsis.
  6. Ginjal: gagal ginjal akut dan ketidaknormalan elektrolit asam basa.
  7. Nutrisi: malnutrisi dan komplikasi yang berafiliasi dengan pemberian nutrisi enteral dan parenteral. (Alvin Kosasih, 2008:34)

Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium
  1. Analisis gas darah (pH meningkat, HCO3 meningkat, PaCO2 meningkat, PaO2 menurun) dan kadar elektrolit (Kalium).
  2. Pemeriksaan darah lengkap : anemia bisa meneyebabkan hipoksia jaringan polisitemia bisa terjadi bila hipoksia tidak diobati dengan cepat.
  3. Fungsi ginjal dan hati : untuk mencari etiologi atau ientifikasi komplikasi yang berafiliasi dengan gagal nafas.
  4. Serum kreatinin kinase dan troponin : untuk menyingkirkan infark miocard akut

b. Radiologi
  1. Rontgen toraks membantu mengidentifikasi kemungkinan penyebab gagal nafas menyerupai atelectasis dan pneumonia.
  2. EKG dan Echocardiografi : jikalau gagal nafas akut disebabkan oleh cardiac
  3. Uji faal paru : sangat berkhasiat untuk penilaian gagal nafas kronik (volume tidal < 500ml, FVC (kapasitas vital paksa) menurun, ventilasi semenit (Ve) menurun (Lewis, 2011)

Penatalaksanaan medis
  • Pemberian oksigen yang adekuat dengan meningkatkan fraksi o2 akan memperbaikai PaO2 hingga sekitar 60-80 mmHg cukup untuk oksigenasi jaringan dan pencegahan hipertensi pulmonal akhir hipoksemia yang terjadi. Pemberian FiO2 < 40% memakai kanul nasal atau masker. Pemberian oksigen yang berlebihan akan memperberat keadaan hiperanue. Menurunkan kebutuhan oksigen dengan memperbaiki dan mengobati febris, agitasi, infeksi, sepsis dll usahakan Hb sekitar 10-12 g/dl.
  • Dapat dipakai tekanan konkret menyerupai CPAP, BiPAP dan PEEP. Perbaiki elektrolit, balance PH, barotrauma, nanah dan komplikasi iatrogenic. Gangguan pH dikoreksi pada hiperapnue akut dengan asidosis, perbaiki ventilasi alveolar dengan memperlihatkan pemberian ventilasi mekanis, memasang dan mempertahankan jalan nafas adekuat, mengatasi bronkospasmae dan mengontrol gagal jantung, demam dan sepsis.
  • Atasi atau cegah terjadinya atelectasis, overload cairan, bronkospasmae, secret trakeobronkial yang meningkat dan infeksi.
  • Kortikosteroid jangan dipakai secara rutin. Kortikosteroid methylprednisolone bisa dipakai bersama dengan bronkodilator ketika terjadi bronkospasmae dan inflamasi. Ketika penggunaan IV kortikosteroid memiliki reaksi onset cepat. Kortikosteroid dengan inhalasi memerlukan 4-5 hari untuk imbas optimal therapy dan tidak dipakai untuk gagal nafas akut. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan IV kortikosteroid , monitor tingkat kalium yang memperburuk hypokalemia yang disebabkan diuretic. Penggunaan jangka panjang mengakibatkan insufisiensi adrenalin
  • Perubahan posisi dari posisi tiduran menjadi posisi tegak meningkatkan volume paru yang ekuivalen dengan 5-12 cm H2O PEEP.
  • Drainase secret trakeobronkial yang kental dilakukan dengan pemberian mukolitik, hidrasi cukup, humidifikasi udara yang dihirup perkusi vibrasi dada dan latihan batuk efektif.
  • Pemberian antibiotic apabila timbul bronkospasmae
  • Bronkodilator diberikan apabila timbul bronkospasmae 
  • Penggunaan intubasi dan ventilator apabila terjjadi asidemia, hipoksemia dan disfungsi sirkulasi yang prospektif (Lewis, 2011)


Konsep Asuhan keperawatan

Dibawah ini merupakan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal nafas (Respiratory Failure) dengan terpasang nya Ventilator / ventilasi mekanik.

Pengkajian

1. Airway
  • Peningkatan sekresi pernapasan
  • Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
  • Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
  • Menggunakan otot komplemen pernapasan
  • Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
  • Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
  • Sakit kepala
  • Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
  • Papiledema
  • Penurunan haluaran urine

Pemeriksaan Fisik

(Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes)

1. Sirkulasi

Tanda : 
  • Takikardia, irama ireguler
  • S3S4/Irama gallop 
  • Daerah PMI bergeser ke tempat mediastinal
  • Hamman’s sign (bynui udara beriringan dengan denyut jantung membuktikan udara di mediastinum)
  • TD : hipertensi/hipotensi
2. Nyeri/Kenyamanan

Gejala :   nyeri pada satu sisi, nyeri tajam ketika napas dalam, sanggup menjalar ke leher, pundak dan  abdomen, serangan tiba-tiba ketika batuk
      
Tanda  :  Melindungi pecahan nyeri, sikap distraksi, ekspresi meringis

3. Pernapasan

Gejala  :  riwayat stress berat dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru , keganasan, “lapar udara”, batuk

Tanda :   takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak. Kulit : cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor

4. Keamanan

Gejala :  riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi/kemoterapi

5. Penyuluhan/pembelajaran
     
Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkulosis, kanker  


Diagnosa Keperawatan
  1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berafiliasi dengan peningkatan produksi sekret
  2. Gangguan pertukaran gas berafiliasi dengan sekresi tertahan,proses penyakit, pengesetan ventilator yang tidak tepat
  3. Ketidakefektifan rujukan nafas berafiliasi dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, peningkatan sekresi, obstruksi ETT.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan. 1. 

Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berafiliasi dengan peningkatan produksi sekret

Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan meningkatkan dan mempertahankan keefektifan  jalan nafas

Kriteria hasil :
  • Bunyi nafas bersih
  • Ronchi (-)
  • Tracheal tube bebas sumbatan

Intervensi
Rasional
1.Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam atau bila diperlukan
2.Lakukan penghisapan bila terdengar ronchi dengan cara :
a.Jelaskan pada klien ihwal tujuan dari tindakan penghisapan
b.Berikan oksigenasi dengan O2 100 % sebelum dilakukan penghisapan, minimal  4 – 5 x pernafasan
c.Perhatikan teknik aseptik, gunakan sarung tangan steril, kateter penghisap steril
d.Masukkan kateter ke dalam selang ETT dalam keadaan tidak menghisap, usang penghisapan tidak lebih 10 detik
e.Atur tekana penghisap tidak lebih 100-120 mmHg
f.Lakukan oksigenasi lagi dengan O2 100% sebelum melaksanakan penghisapan berikutnya
g.Lakukan penghisapan berulang-ulang hingga bunyi nafas bersih
3.Pertahankan suhu humidifier tetap hangat ( 35 – 37,8 C)
Mengevaluasi keefektifan bersihan jalan nafas


Meningkatkan pengertian sehingga memudahkan klien berpartisipasi
Memberi cadangan oksigen untuk menghindari hypoxia

Mencegah nanah nosokomial


Aspirasi usang sanggup mengakibatkan hypoksiakarena tindakan penghisapan akan mengeluarkan sekret dan oksigen
Tekana negatif yang berlebihan sanggup merusak mukosa jalan nafas
Memberikan cadangan oksigen dalam paru


Menjamin kefektifan jalan nafas

Membantu mengencerkan sekret


Diagnosa Keperawatan. 2

Diagnosa Keperawatan. 2

Gangguan pertukaran gas berafiliasi dengan sekresi tertahan,proses penyakit, pengesetan ventilator yang tidak tepat

Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan pertukaran gas yang kembali normal

Kriteria hasil :
  • Hasil analisa gas darah normal : PH (7,35 – 7,45), PO2 (80 – 100 mmHg), PCO2 ( 35 – 45 mmHg) dan BE ( -2 - +2)
  • Tidak cyanosis

Intervensi
Rasional
1.Cek analisa gas darah setiap 10 –30 mnt sehabis perubahan setting ventilator
2.Monitor hasil analisa gas darah atau oksimetri selama periode penyapihan
3.Pertahankan jalan nafas bebas dari sekresi
4.Monitpr tanda dan tanda-tanda hipoksia
Evaluasi keefektifan setting ventilator yang diberikan
Evaluasi kemampuan bernafas klien

Sekresi menghambat kelancaran udara nafas
Deteksi dini adanya kelainan

Diagnosa Keperawatan. 3

Ketidakefektifan rujukan nafas berafiliasi dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, peningkatan sekresi, obstruksi ETT

Tujuan : Klien akan mempertahankan rujukan nafas yang efektif

Kriteria hasil : 
  • Nafas sesuai dengan irama ventilator
  • Volume nafas adekuat
  • Alarm tidak berbunyi
Intervensi
Rasional
1.Lakukan investigasi ventilator tiap 1-2 jam
2.Evaluasi semua alarm dan tentukan penyebabnya
3.Pertahankan alat resusitasi manual (bag & mask) pada posisi tempat tidur sepanjang waktu
4.Monitor slang/cubbing ventilator dari terlepas, terlipat, bocor atau tersumbat
5.Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff
6.Masukkan penahan gigi (pada pemasangan ETT lewat oral)
7.Amankan slang ETT dengan fiksasi yang baik
8.Monitor bunyi nafas dan pergerakan ada secara teratur
Deteksi dini adanya kelainan atau gangguan fungsi ventilator
Bunyi alarm memperlihatkan adanya gangguan fungsi ventilator
Mempermudah melaksanakan pertolongan bila sewaktu-waktu ada gangguan fungsi ventilator
Mencegah berkurangnya aliran udara nafas

Mencegah berkurangnya aliran udara nafas

Mencegah tergigitnya slang ETT

Mencegah terlepasnya.tercabutnya slang ETT
Evaluasi keefektifan rujukan nafas


Daftar Pustaka
  • Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan,  Edisi 8, EGC, Jakarta
  • Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC, Jakarta
  • Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis, Philadelphia
  • Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan I, Universitas Airlangga, Surabaya
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan gagal nafas (respiratory failure) lengkap dengan askep pemberian ventilator pdf dan doc dibawah
  • Laporan pendahuluan gagal nafas (respiratory failure) Doc (Ambil File)
  • Laporan pendahuluan gagal nafas (respiratory failure) Pdf (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP gagal nafas (respiratory failure lengkap dengan konsep askep pemberian ventilator, d0wnl0ad pdf dan doc kami bagikan, biar bisa menjadi refferensi dan membantu teman-teman sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan berupa makalah, askep ataupun LP itu sendiri. Terima kasih.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com

0 Response to "✔ Laporan Pendahuluan / Lp Gagal Nafas (Respiratory Failure) Lengkap Dengan Konsep Askep Pinjaman Ventilator, Download Pdf Dan Doc"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel