iklan banner

✔ Langkah-Langkah Penelitian Sejarah

1.Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani,  heuriskein, artinya menemukan. Heuristik, maksudnya yaitu tahap untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber banyak sekali data semoga sanggup mengetahui segala bentuk insiden atau insiden sejarah  masa lampau yang relevan dengan topik/judul penelitian.

Untuk melacak sumber tersebut, sejarawan harus sanggup mencari di banyak sekali dokumen baik melalui metode kepustakaan atau arsip nasional. Sejarawan sanggup juga mengunjungi situs sejarah atau melaksanakan wawancara untuk melengkapi data sehingga diperoleh data yang baik dan lengkap, serta sanggup menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran. Masa lampau yang begitu banyak periode dan banyak bagian-bagiannya (seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya) mempunyai sumber data yang juga beraneka ragam sehingga perlu adanya pembagian terstruktur mengenai data dari banyaknya sumber tersebut.

Dokumen-dokumen yang berhasil dihimpun merupakan data yang sangat berharga Dokumen sanggup menjadi dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa lampau.

Menurut sifatnya ada dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. 
  1. Sumber primer yaitu sumber yang dibentuk pada ketika insiden terjadi, menyerupai dokumen laporan kolonial. Sumber primer dibentuk oleh tangan pertama.
  2. sumber sekunder merupakan sumber yang memakai sumber primer sebagai sumber utamanya. Jadi, dibentuk oleh tangan atau pihak kedua.Contohnya, buku, skripsi, dan tesis
Jika kita mendapat sumber tertulis, kita akan mendapat sumber tertulis sezaman dan setempat yang mempunyai kadar kebenaran yang relatif tinggi, serta sumber tertulis tidak sezaman dan tidak setempat yang memerlukan kejelian para penelitinya. Dari sumber yang ditemukan itu, sejarawan melaksanakan penelitian. 

Tanpa adanya sumber sejarah, sejarawan akan mengalami kesulitan menemukan jejak-jejak sejarah dalam kehidupan manusia. Untuk sumber lisan, pemilihan sumber didasarkan pada pelaku atau saksi mata suatu kejadian. Narasumber verbal yang hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan insiden tidak bisa dijadikan narasumber lisan.


2.Verifikasi

Verifikasi yaitu penilaian terhadap sumber-sumber sejarah. Verifikasi dalam sejarah mempunyai arti investigasi terhadap kebenaran laporan wacana suatu insiden sejarah.

Penilaian terhadap sumber-sumber sejarah menyangkut aspek ekstern dan intern. 

  1. Aspek ekstern mempersoalkan apakah sumber itu orisinil atau palsu sehingga sejarawan harus bisa menguji wacana keakuratan dokumen sejarah tersebut, misalnya, waktu pembuatan dokumen, bahan, atau materi dokumen. 
  2. Aspek intern mempersoalkan apakah isi yang terdapat dalam sumber itu sanggup memperlihatkan informasi yang diperlukan. Dalam hal ini,aspek intern berupa proses analisis terhadap suatu dokumen.
Aspek ekstern harus sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

a.Apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehendaki (autentitas)?
b.Apakah sumber itu orisinil atau turunan (orisinalitas)?
c.Apakah sumber itu masih utuh atau sudah diubah (soal integritas)?

Setelah ada kepastian bahwa sumber itu merupakan sumber yang benar diharapkan dalam bentuk orisinil dan masih utuh, maka dilakukan kritik intern.

Kritik intern dilakukan untuk mengambarkan bahwa informasi yang terkandung di dalam sumber itu sanggup dipercaya, dengan evaluasi intrinsik terhadap sumber dan dengan membandingkan kesaksian-kesaksian banyak sekali sumber.

Langkah pertama dalam penilain intrinsik yaitu memilih sifat sumber itu (apakah resmi/formal atau tidak resmi/informal). Dalam penelitian sejarah, sumber tidak resmi/informal dinilai lebih berharga daripada sumber resmi alasannya yaitu sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca orang banyak (untuk kalangan bebas) sehingga isinya bersifat apa adanya, terus terang, tidak banyak yang disembunyikan, dan objektif.

Langkah kedua dalam evaluasi intrinsik yaitu menyoroti penulis sumber tersebut alasannya yaitu ia yang memperlihatkan informasi yang dibutuhkan. Pembuatan sumber harus dipastikan bahwa kesaksiannya sanggup dipercaya. Untuk itu, harus bisa memperlihatkan kesaksian yang benar dan harus sanggup menjelaskan mengapa ia menutupi (merahasiakan) suatu peristiwa, atau sebaliknya melebih-lebihkan lantaran ia berkepentingan di dalamnya.

Langkah ketiga dalam evaluasi intrinsik yaitu membandingkan  kesaksian dari banyak sekali sumber dengan menjajarkan kesaksian para saksi yang tidak berafiliasi satu dan yang lain (independent witness) sehingga informasi yang diperoleh objektif. Contohnya yaitu terjadinya insiden Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.

Sumber-sumber yang diakui kebenarannya lewat verifikasi atau kritik, baik intern maupun ekstern, menjadi fakta. Fakta yaitu keterangan wacana sumber yang dianggap benar oleh sejarawan atau peneliti sejarah. Fakta bisa saja diartikan sebagai sumber-sumber yang terpilih.


3.Interpretasi

Interpretasi yaitu menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut menjadi satu kesatuan yang serasi dan masuk akal. Interpretasi dalam sejarah sanggup juga diartikan sebagai penafsiran suatu insiden atau memperlihatkan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa. 

Sejarah sebagai suatu insiden sanggup diungkap kembali oleh para sejarawan melalui banyak sekali sumber, baik berbentuk data, dokumen perpustakaan, buku, berkunjung ke situs-situs sejarah atau wawancara, sehingga sanggup terkumpul dan mendukung dalam proses interpretasi.

Dengan demikian, sesudah kritik selesai maka langkah berikutnya yaitu melaksanakan interpretasi atau penafsiran dan analisis terhadap data yang diperoleh dari banyak sekali sumber.

Interpretasi dalam sejarah yaitu penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta sejarah, dan merangkai suatu fakta dalam kesatuan yang masuk akal. Penafsiran fakta harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks insiden sehingga banyak sekali fakta yang lepas satu sama lainnya sanggup disusun dan dihubungkan menjadi satu kesatuan yang masuk akal.

Bagi kalangan akademis, semoga sanggup menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang objektif, harus dihindari penafsiran yang semena-mena lantaran biasanya cenderung bersifat subjektif. Selain itu, interpretasi harus bersifat deskriptif sehingga para akademisi juga dituntut untuk mencari landasan interpretasi yang mereka gunakan. 

Proses interpretasi juga harus bersifat selektif alasannya yaitu mustahil semua fakta dimasukkan ke dalam kisah sejarah, sehingga harus dipilih yang relevan dengan topik yang ada dan mendukung kebenaran sejarah.

4.Historiografi

Historiografi yaitu penulisan sejarah.
Historiografi merupakan tahap terakhir dari acara penelitian untuk penulisan sejarah. Menulis kisah sejarah bukanlah sekadar menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian, melainkan juga memberikan suatu pikiran melalui interpretasi sejarah menurut fakta hasil penelitian. Untuk itu, menulis sejarah memerlukan kecakapan dan kemahiran. 

Historiografi merupakan rekaman wacana segala sesuatu yang dicatat sebagai materi pelajaran wacana sikap yang baik. Sesudah memilih judul, mengumpulkan bahan-bahan atau sumber serta melaksanakan kritik dan seleksi, maka mulailah menuliskan kisah sejarah.

Ada tiga bentuk penulisan sejarah menurut ruang dan waktu.

a.Penulisan sejarah tradisional
Kebanyakan karya ini besar lengan berkuasa dalam hal genealogi, tetapi tidak besar lengan berkuasa dalam hal kronologi dan detail biografis. Tekanannya penggunaan sejarah sebagai materi pengajaran agama. Adanya  kingship (konsep mengenai raja), pertimbangan kosmologis, & antropologis lebih diutamakan daripada keterangan dari alasannya yaitu akibat.

b.Penulisan sejarah kolonial
Penulisan ini mempunyai ciri nederlandosentris (eropasentris), tekanannya pada aspek politik dan ekonomi serta bersifat institusional.
c.Penulisan sejarah nasional
Penulisannya memakai metode ilmiah secara terampil dan bertujuan untuk kepentingan nasionalisme.



Sumber http://sejarah10-jt.blogspot.com

0 Response to "✔ Langkah-Langkah Penelitian Sejarah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel