✔ Laporan Pendahuluan / Lp Fraktur Humerus / Patah Tulang Lengan, Download Doc Dan Pdf.
Kami bagikan laporan pendahuluan / lp fraktur humerus / patah tulang lengan pdf dan doc yaitu sebuah kiprah keperawatan yang berbentuk makalah perihal keadaan patah tulang lengan yang disebabkan oleh aneka macam macam hal.
Laporan pendahuluan fraktur humerus ini telah kami buat dan susun berdasarkan sumber refferensi terpercaya mulai dari tinjauan teori hingga konsep askep, yang mana kami sertakan refferensinya di daftar pustaka pecahan selesai artikel dan juga kami sertakan pathway fraktur humerus.
Untuk memudahkan sahabat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan laporan pendahuluan / lp fraktur humerus ini kami sediakan dalam format dan doc yang sanggup pribadi did0wnl0ad diakhir artikel melalui link tautan yang kami sediakan.
Laporan Pendahuluan fraktur humerus
Pengertian
Fraktur Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000).
Sedangkan berdasarkan Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur ialah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang tiba lebih besar dari yang sanggup diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensen’s Medical Surgical Nursing.
Berdasarkan pengertian fraktur diatas maka Fraktur Humerus ialah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan atau syok pribadi maupun tidak pribadi (De Jong, 2010).
Fraktur batang humerus tertutup ialah terputusnya hubungan tulang batang humerus tanpa disertai luka terbuka fragmen tulang yang disebabkan oleh cidera dari syok lngsung atau tidak pribadi yang mengenai lengan atas, dan kondisi fraktur patologis akhir metastasis pada tulang humerus. (Muttaqin, 2011 ).
Klasifikasi
Klasifikai diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang terbagi atas :
- Fraktur Suprakondilar Humerus
- Fraktur Interkondiler Humerus
- Fraktur Batang Humerus
- Fraktur Kolum Humerus
Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
- Tipe Ekstensi : Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
- Tipe Fleksi : Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)
Penampikan fraktur sanggup sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang simpel , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur.
- Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur higienis (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
- Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar lantaran adanya perlukaan kulit.
b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
1. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang ibarat terlihat pada foto.
2. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
- Hair Line Fraktur (patah retak rambut)
- Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
- Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.
- Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akhir syok angulasi atau langsung.
- Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akhir syok angulasijuga.
- Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan syok rotasi.
- Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi lantaran syok aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
- Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan lantaran syok tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.
d. Berdasarkan jumlah garis patah.
- Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
- Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
- Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
- Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.
- Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas: Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping), Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut), Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh), Fraktur Kelelahan: fraktur akhir tekanan yang berulang-ulang, dan Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan lantaran proses patologis tulang.
Pada fraktur tertutup ada penjabaran tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
- Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
- Tingkat 1: fraktur dengan erosi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
- Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak pecahan dalam dan pembengkakan.
- Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan bahaya sindroma kompartement.
Anatomi Dan Fisiologi
a. Struktur Tulang
Tulang sangat majemuk baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas susukan utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan ibarat lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan selesai dari sistem Haversian, yang didalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat ibarat spon tapi berpengaruh sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana kalau dalam proses fraktur bisa menimbulkan Fat Embolism Syndrom (FES).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit ialah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast ialah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibuat oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang menimbulkan tulang keras.sedangkan fatwa darah dalam tulang antara 200 – 400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang (Black,J.M,et al,1993 dan Ignatavicius, Donna. D,1995).
b. Tulang Panjang
Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bulat dan sering menahan beban berat (Ignatavicius, Donna. D, 1995). Tulang panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya tendon dan mensugesti kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi dari ujung tulang dan mempermudah pergerakan, lantaran tulang rawan sisinya halus dan licin. Diafisis ialah pecahan utama dari tulang panjang yang menunjukkan struktural tulang. Metafisis merupakan pecahan yang melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan tempat pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan epilog tulang sedang rongga medula (marrow) ialah pusat dari diafisis (Black, J.M, et al, 1993)
c. Tulang Humerus
Tulang humerus terbagi menjadi tiga pecahan yaitu kaput (ujung atas), korpus, dan ujung bawah.
1. Kaput
Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang menciptakan sendi dengan rongga glenoid dari skapla dan merupakan pecahan dari banguan sendi bahu. Dibawahnya terdapat pecahan yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah benjolan, yaitu Tuberositas Mayor dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus intertuberkularis) yang menciptakan tendon dari otot bisep. Dibawah tuberositas terdapat leher chirurgis yang gampang terjadi fraktur.
2. Korpus
Sebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih. Disebelah lateral batang, tepat diatas pertengahan disebut tuberositas deltoideus (karena mendapatkan insersi otot deltoid). Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang, batang, dari sebelah medial ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis atau saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah spiralis atau radialis.
3. Ujung Bawah
Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi dibuat bersama tulang lengan bawah. Trokhlea yang terlatidak di sisi sebelah dalam berbentuk gelendong-benang tempat persendian dengan ulna dan disebelah luar etrdapat kapitulum yang bersendi dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat epikondil yaitu epikondil lateral dan medial. (Pearce, Evelyn C, 1997)
d. Fungsi Tulang
- Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
- Tempat mlekatnya otot.
- Melindungi organ penting.
- Tempat pembuatan sel darah.
- Tempat penyimpanan garam mineral. (Ignatavicius, Donna D, 1993)
Etiologi
1. Kekerasan langsung
Kekerasan pribadi menimbulkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak pribadi menimbulkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya ialah pecahan yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akhir tarikan otot
Patah tulang akhir tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan sanggup berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. (Oswari E, 1993)
Faktor-faktor yang mensugesti fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang sanggup menimbulkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang memilih daya tahan untuk timbulnya fraktur ibarat kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang. (Ignatavicius, Donna D, 1995)
Patofisiologi
Tulang bersifat ringkih namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang tiba lebih besar dari yang sanggup diserap tulang, maka terjadilah syok pada tulang yang menimbulkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi lantaran kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke pecahan tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993)
Pathway fraktur humerus
Tanda dan gejala
Menurut Lukman & Ningsih (2012) tanda dan tanda-tanda fraktur ialah sebagai berikut:
1. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah berat hingga fragmen tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk memanimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Kehilangan fungsi
Setelah terjadi fraktur , Bagian-bagian yang mengalami tak sanggup digunakan dan cenderung bergerak secara tidak almiah (Gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid ibarat normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menimbulkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstrimitas yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstrimitas normal. Ekstrimitas tak sanggup berfungsi dengan baik lantaran fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pemendekan ekstrimitas
Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekkan tulang yang sebenarnya lantaran kontraksi otot yang menempel diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain hingga 2,5-5 cm (1-2 inci)
4. Krepitus
Saat ekstrimitas diperiksa dengan tangan,teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akhir goresan antara fragmen satu dengan lainny. Uji krepitus sanggup menimbulkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
5. Pembengkakan lokal dan perubahan warna
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akhir syok dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa gres terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.
Pemeriksaan diagnostik
Menurut (Rosyidi, 2013) investigasi penunjang yang dilakukan sebagai berikut:
- Rontgen: Menentukan lokasi atau luasnya Fraktur atau trauma, dan jenis fraktur.
- Scan tulang, tomogram, CT SCAN/MRI: menunjukkan tingkat keparahan fraktur, juga sanggup untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
- Arteriogram:dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.
- Pemeriksaan darah lengkap:Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multiple trauma).Peningkatan jumlah SDP ialah proses stress normal setelah trauma.
- Kreatinin: syok otot meningkat beban kreatinin untuk klien ginjal.
- Profil koagulasi: perubahan sanggup terjadi pada kehilangan darah, tranfusi multiple atau cidera hati.
Komplikasi fraktur
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri lantaran syok bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis pecahan distal, hematoma yang lebar, dan hambar pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi lantaran terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu lantaran tekanan dari luar ibarat gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) ialah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi lantaran sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke fatwa darah dan menimbulkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan badan rusak bila ada syok pada jaringan. Pada syok orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga lantaran penggunaan materi lain dalam pembedahan ibarat pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi lantaran fatwa darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi lantaran kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menimbulkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan lantaran fatwa darah yang kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.(Black, J.M, et al, 1993)
Penatalaksanaan medis
Menurut Muttaqin (2011) tindakan untuk fraktur batang humerus, meliputi penaganganan di Rumah Sakit yaitu :
1. Gips mengantung (hanging cast). Fraktur tersebut tidak membutuhkan reduksi yang tepat atau imobilisasi, beratnya lengan beserta gips luarnya biasanya cukup untuk menarik fragmen sehingga berjajar. Gips mengantung dipasang dari pundak hingga pergelangan tangan dengan siku yang berfleksi 90 derajat dan pecahan lengan bawah tergantung pada kain gendongan yang melingkar pada leher klien. Gips ini sanggup diganti setelah 2-3 ahad dengan gips yang pendek (dari bahu kesiku) atau suatu penahan polipropilen fungsional yang digunakan selama 6 ahad selanjutnya. Pergelangan tangan dan jari diberi latihan semenjak awal. Latihan pundak dengan pemberat dimulai dalam seminggu, tetapi abduksi aktif ditunda hingga fraktur telah menyatu.
2. Traksi, pilihan lainnya, fraktur sanggup dipertahankan tereduksi dengan fiksator luar dan memulai pembebanan dini (pembebanan membantu penyembuhan).Traksi yang digunakan ialah double skin traction.
3. Tindakan operatif dengan pemasangan plate dan screw atau pin dengan adanya indikasi operasi, yaitu terjadi lesi nervus radialis setelah dilakukan reposisi (jepitan nervus radialis), non-union, dan klien yang segera ingin kembali bekerja secara aktif. Terapi operatif terdiri dari:
- Reposisi terbuka, fiksasi interna (open reduction internal fixation) ORIF ialah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. Fungsi orif untuk mempertahankan posisi fragmen tulang biar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa intra medullari nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur tranversal.
- Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti dengan fiksasi eksterna (open reduction eksternal fixation) OREF ialah metode alternatif administrasi fraktur dengan fiksasi eksternal biasanya pada ekstrimitas dan untuk fraktur lama.
Fase Penyembuhan fraktur tulang humerus
Tulang bisa beregenerasi sama ibarat jaringan badan yang lain. Fraktur merangsang badan untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang gres diantara ujung patahan tulang. Tulang gres dibuat oleh acara sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar tempat fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler gres dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang gres yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur hingga selesai, tergantung frakturnya.
3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang mempunyai potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada
permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 ahad setelah fraktur menyatu.
4. Stadium Empat-Konsolidasi
Bila acara osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang menjelma lamellar. Sistem ini kini cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini ialah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang berpengaruh untuk membawa beban yang normal.
5. Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan garang ini dibuat ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan hasilnya dibuat struktur yang ibarat dengan normalnya. (Black, J.M, et al, 1993 dan Apley, A.Graham,1993)
Dampak Masalah
Ditinjau dari anatomi dan patofisiologi diatas, problem klien yang mungkin timbul terjadi merupakan respon terhadap klien terhadap enyakitnya. Akibat fraktur terrutama pada fraktur hunerus akan menimbulkan dampak baik terhadap klien sendiri maupun keada keluarganya.
a. Terhadap Klien
1. Bio
Pada klien fraktur ini terjadi perubahan pada pecahan tubuhnya yang terkena trauma, peningkatan metabolisme lantaran digunakan untuk penyembuhan tulang, terjadi perubahan asupan nutrisi melebihi kebutuhan biasanya terutama kalsium dan zat besi
2. Psiko
Klien akan mencicipi cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari fraktur, perubahan gaya hidup, kehilangan kiprah baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat, dampak dari hospitalisasi rawat inap dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang gres serta tuakutnya terjadi keganjilan pada dirinya.
3. Sosio
Klien akan kehilangan kiprahnya dalam keluarga dan dalam masyarakat lantaran harus menjalani perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan ketidakmampuan dalam melaksanakan kegiatan ibarat kebutuhannya sendiri ibarat biasanya.
4. Spiritual
Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan lantaran rasa nyeri dan ketidakmampuannya.
b. Terhadap Keluarga
Masalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota keluarganya terkena fraktur ialah timbulnya kecemasan akan keadaan klien, apakah nanti akan timbul keganjilan atau akan sembuh total. Koping yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga, untuk itu kiprah perawat disini sangat vital dalam menunjukkan klarifikasi terhadap keluarga. Selain tiu, keluarga harus bisa menanggung semua biaya perawatan dan operasi klien. Hal ini tentunya menambah beban bagi keluarga.
Masalah-masalah diatas timbul ketika klien masuk rumah sakit, sedang problem juga bisa timbul ketika klien pulang dan tentunya keluarga harus bisa merawat, memenuhi kebutuhan klien. Hal ini tentunya menambah beban bagi keluarga dan bisa menimbulkan konflik dalam keluarga.
Konsep Asuhan Keperawatan
Di dalam menunjukkan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diharapkan kecermatan dan ketelitian perihal masalah-masalah klien sehingga sanggup menunjukkan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Pengumpulan Data
Anamnesa
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur ialah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap perihal rasa nyeri klien digunakan:
- Provoking Incident: apakah ada kejadian yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
- Quality of Pain: ibarat apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah ibarat terbakar, berdenyut, atau menusuk.
- Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
- Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mensugesti kemampuan fungsinya.
- Time: berapa usang nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah jelek pada malam hari atau siang hari. (Ignatavicius, Donna D, 1995)
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk memilih alasannya ialah dari fraktur, yang nantinya membantu dalam menciptakan planning tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan pecahan badan mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa usang tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu ibarat kanker tulang dan penyakit paget’s yang menimbulkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang bekerjasama dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, ibarat diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).
6. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan kiprah klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).
7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
- Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya keganjilan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga mencakup kebiasaan hidup klien ibarat penggunaan obat steroid yang sanggup mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melaksanakan olahraga atau tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995).
- Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya ibarat kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap rujukan nutrisi klien bisa membantu memilih penyebab problem muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi problem muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
- Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada rujukan eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta amis feces pada rujukan eliminasi alvi. Sedangkan pada rujukan eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua rujukan ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 1991)
- Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini sanggup mengganggu rujukan dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E, 1999).
- Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji ialah bentuk acara klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).
- Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan kiprah dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap (Ignatavicius, Donna D, 1995).
- Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan keganjilan akhir frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melaksanakan acara secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995).
- Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada pecahan distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akhir fraktur (Ignatavicius, Donna D, 1995).
- Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melaksanakan hubungan secual lantaran harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, usang perkawinannya (Ignatavicius, Donna D, 1995).
- Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas perihal keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul keganjilan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D, 1995).
- Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak sanggup melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan lantaran nyeri dan keterbatasan gerak klien (Ignatavicius, Donna D, 1995).
2. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu investigasi umum (status generalisata) untuk mendapatkan citra umum dan investigasi setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk sanggup melaksanakan total care lantaran ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya menunjukkan tempat yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
a. Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
1. Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat ialah tanda-tanda, seperti:
- Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien.
- Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
- Tanda-tanda vital tidak normal lantaran ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
2. Secara sistemik dari kepala hingga kelamin
- Sistem Integumen : Terdapat erytema, suhu sekitar tempat syok meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
- Kepala : Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
- Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
- Muka : Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
- Mata : Tidak ada gangguan ibarat konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)
- Telinga : Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
- Hidung : Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
- Mulut dan Faring : Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa verbal tidak pucat.
- Thoraks : Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
- Paru : Inspeksi, Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang bekerjasama dengan paru, palpasi ; Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama, Perkusi ; Suara ketok sonor, tak ada erdup atau bunyi embel-embel lainnya, Auskultasi ; Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau bunyi embel-embel lainnya ibarat stridor dan ronchi.
- Jantung, Inspeksi ; Tidak tampak iktus jantung, Palpasi ; Nadi meningkat, iktus tidak teraba, Auskultasi ; Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
- Abdomen, Inspeksi ; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia, Palpasi ; Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba, Perkusi ; Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan, Auskultasi ; Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
- Inguinal-Genetalia-Anus : Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
3. Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta pecahan distal terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:
Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang sanggup dilihat antara lain:
- Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan ibarat bekas operasi).
- Cape au lait spot (birth mark).
- Fistulae.
- Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
- Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).
- Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
- Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan investigasi yang menunjukkan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah:
- Perubahan suhu disekitar syok (hangat) dan kelembaban kulit.
- Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar persendian.
- Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal,tengah, atau distal).
Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau menempel pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.
Move (pergeraka terutama lingkup gerak)
Setelah melaksanakan investigasi feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, biar sanggup mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini memilih apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat ialah gerakan aktif dan pasif.(Reksoprodjo, Soelarto, 1995)
Diagnosa Keperawatan
Menurut Muttaqin (2011) Diagnosa keperawatan yang muncul pada fraktur yaitu:
- Nyeri yang bekerjasama dengan kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang.
- Resiko tinggi sindrom kompartemen yang bekerjasama dengan terjebaknya pembuluh darah , saraf, dan jaringan lunak lainnya akhir pembengkakan.
- Hambatan mobilitas fisik yang berhubugan dengan respon nyeri, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang.
- Resiko tinggi infeksi yang bekerjasama dengan port de entrée luka fraktur terbuka, luka pasca-bedah
- Resiko tinggi syok yang bekerjasama dengan ketidakmampuan menggerakkan tungkai atas, penurunan kekuatan otot, dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
- Ansietas bekerjasama dengan krisis situasional (rencana tindakan pembedahan)
Intervensi Keperawatan
Menurut Muttaqin (2011) intervensi keperawatan yang muncul pada fraktur yaitu:
Diagnosa 1
Nyeri yang bekerjasama dengan kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang
Tujuan:Dalam waktu 1x24 jam,nyeri berkurang atau teradaptasi
Kriteria Hasil:Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau sanggup diadaptasi, sanggup mengidentifikasi acara yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi
Intervensi:
- Kaji nyeri dengan skala 0-5. Rasional: Nyeri merupakan respon subjektif yang sanggup dikaji dengan memakai skala nyeri.klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera
- Pantau keluhan nyeri local, apakah disertai pembengkakan. Rasional: Deteksi dini untuk mengetahui adanya tanda sindrom kompartemen
- Lakukan administrasi nyeri keperawatan:atur posisi imobilisasi pada paha. Rasional: Imobilisasi yang adekuat sanggup mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha
- Manajemen lingkungan:Lingkungan tenang,batasi pengunjung,dan istirahatkan klien. Rasional:Lingkungan damai akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada diruangan. Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer.
- Lakukan administrasi nyeri: ajarkan teknik relaksasi napas dalam ketika nyeri muncul. Rasional:meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder akhir iskemia
- Lakukan administrasi nyeri: ajarkan teknik distraksi pada ketika nyeri. Rasional:Distraksi (pengalihan perhatian) sanggup menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang sanggup memblok reseftor nyeri biar tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri
- Lakukan administrasi sentuhan. Rasional:manajemen sentuhan pada ketika nyeri berupa sentuhan pemberian psikologis sanggup membantu menurunkan nyeri, masase ringan sanggup meningkatkan fatwa darah dan membantu suplai darah dan oksigen kearea nyeri
- Pemberian analgesik. Rasional:Aanalgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
- Pemasangan traksi skeletal. Rasional: penarikan dengan traksi skeletal sanggup mengurangi pergerakan fragmen tulang yang sanggup menekan jaringan saraf sehingga sanggup menurunkan respon nyeri
- Operasi untuk pemasangan fiksasi interna (ORIF) dan fiksasi eksterna (OREF). Rasional:intervensi medis berupa stabilisasi dengan melaksanakan fiksasi pada tulang yang patah akan sanggup menurunkan stimulus nyeri akhir cedera jarinagan lunak,kompresi saraf dan pergerakan fragmen tulang
Diagnosa 2
Resiko tinggi sindrom kompartemen yang bekerjasama dengan terjebaknya pembuluh darah ,saraf,dan jaringan lunak lainnya akhir pembengkakan.
Tujuan:Dalam waktu 1x24 jam, risiko sindrom kompartemen tidak terjadi
Kriteria hasil: klien tidak mengeluh nyeri local hebat,skala nyeri 0-1,CRT <3 detik,akral pada sisi lesi hangat ,nadi pada sisi lesi sama dengan sisi yang sehat.
Intervensi:
- Pantau pulsasi nadi,perpusi perifer,dan CRT pada sisi lesi setiap jam. Rasional:Perubahan nadi,Perfusi,dan meningkatnya CRT pada sisi lesi mengambarkan tanda awal tidak baiknya sistem vaskuler akhir pembengkakan.
- Pantau status nyeri setiap jam. Rasional:Keluhan nyeri local andal pada klien fraktur disertai pembengkakan merupakan peringatan pada perawat perihal tanda-tanda sindrom kompartemen
- Kaji dan bebaskan apabila ada pecahan pembebatan yang berpengaruh pada pecahan proksimal. Rasional:Pembebatan merupakan stimulus yang sanggup meningkatkan respon penjepitan pada pembuluh darah dan jaringan lunak lainnya sehingga harus dibebaskan
- Debridemen dan fasiotomi. Rasional:intervensi untuk menurunkan dan menghilangkan respon penjepitan pada pecahan proksimal
Diagnosa 3
Hambatan mobilitas fisik yang bekerjasama dengan respon nyeri,kerusakan neuromuskuloskeletal,pergerakan fragmen tulang
Tujuan:Dalam waktu 1x24 jam, klien bisa melaksanakan aktivutas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil: klien sanggup ikut serta dalam agenda latihan , tidak terjadi kontraktur sendi, klien mengambarkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi:
- Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan .kaji secara teratur fungsi motorik. Rasional: mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melaksanakan aktivitas
- Atur posisi imobilisasi pada lengan dengan kain bergantung setelah dilakukan reduksi tertutup. Rasional: imobilisasi yang adekuat sanggup mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada lengan atas
- Lakukan pemasangan gips spalk atau gips sirkulir. Rasional: fiksasi tertutup dengan gips mengurangi pergerakan fragmen tulang sehingga sanggup mengurangi respon atau stimulus nyeri dan sanggup meningkatkan mobilitas
- Ajarkan latihan rentang gerak semenjak dini. Rasional: dengan mempraktikkan latihan aktif pada pundak ,siku, dan jari semenjak dini setelah terjadi perbaikan fragmen tulang,sendi-sendi pada lengan tidak mengalami kontraktur
- Lakukan support system. Rasional: pemberian psikologis sanggup menunjukkan motivasi pada klien untuk melaksanakan mobilisasi sesuai batas toleransi
Diagnosa 4
Resiko tinggi infeksi yang bekerjasama dengan port de entrée luka fraktur tertutup,luka pasca-bedah.
Tujuan :Dalam waktu 10x24 jam,risiko infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:Tidak ada tanda dan tanda-tanda infeksi, pengangkatan jahitan paska bedah ORIF sanggup dilakukan pada hari ke 10
Intervensi:
- Kaji faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya infeksi yang masuk ke port de entrée. Rasional:Faktor port de entrée fraktur femur ialah luka terbuka dari fraktur, luka pasca bedah sisi luka dari traksi tulang, setiap sisi besi pada fiksasi eksterna .faktor-faktor ini harus dipantau oleh perawat dan dilakukan perawatan luka steril
- Lakukan administrasi keperawatan:lakukan perawatan luka steril pada hari ke-2 pasca bedah ORIF atau apabila kasa terlihat kotor. Rasional:perawatan luka steril dilakukan idealnya pada hari ke 2 dan perawatan selanjutnya tidak setiap hari.biasanya dilakukan setiap 2 hari sekali atau apabila kasa terlihat kotor,dapat dilakukan setiap hari
- Lakukan administrasi keperawatan: lakukan perawatan luka secara steril pada luka pasca bedah ORIF dengan iodin providum dan dibersihkan dengan alcohol 70% dengan teknik swabbing dari arah dalam keluar. Rasional:teknik swabbing secara steril sanggup membersihkan sisa nekrotik,debris,dan sanggup mengurangi kontaminasi kuman
- Lakukan administrasi keperawatan: Desinfeksi tempat pemasangan fiksasi eksterna dengan iodin providum dan dibilas dengan alcohol 70%. Rasional:desinfeksi dengan iodin providum sanggup menghilangkan bakteri pada sekitar logam yang masuk ke kulit pada fiksasi eksterna .pembersihan iodin providum dengan alcohol sanggup mengurangi dampak iritasi pada kulit sehingga sanggup meningkatkan pertumbuhan jaringan
- Tutup luka ORIF dengan kasa gulung. Rasional: menghindari kontak dengan udara luar
- Pantau kondisi luka.apabila kasa terlihat kotor atau ada sisa perdarahan pasca bedah segera lakukan ganti balutan. Rasional:kasa yang kotor akhir sisa perdarahan pasca bedah merupakan stimulus yang sanggup meningkatkan risiko infeksi
- Pantau /batasi kunjungan. Rasional:mengurangi risiko kontak infeksi dari orang lain
- Tingkatkan asupan nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein. Rasional:meningkatkan imunitas badan secara umum dan membantu menurunkan risiko infeksi
- Beri antibiotic sesuai indikasi. Rasional:satu atau beberapa agens diberikan yang bergantung pada sifat pathogen dan infeksi yang terjadi
Diagnosa 5
Resiko tinggi syok yang bekerjasama dengan ketidakmampuan menggerakkan lengan, penurunan kekuatan otot, dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam , klien mengenal faktor yang meningkatkan risiko syok atau cedera , baik cedera dini maupun cedera lanjut , dan klien kooperatif untuk ikut serta dalam menghindari risiko trauma
Kriteria hasil: Secara subjektif,klien bisa mengulang kembali faktor-faktor yang menimbulkan syok dan terlihat melaksanakan kegiatan intervensi menghindari trauma
Intervensi:
- Kaji tingkat pengetahuan klien perihal faktor yang berisiko menimbulkan syok pada fraktur humerus tertutup. Rasional: sebagai data dasar untuk melaksanakan intervensi sesuai dengan tingkat pengetahuan yang klien miliki
- Lakukan administrasi fiksasi eksterna: Atur posisi fiksasi eksterna. Rasional: posisi yang ideal pada fiksasi eksterna sanggup menghindari risiko syok .biasanya dengan meletakan bantal pada lipat siku tangan sanggup meningkatkan rasa nyaman klien
- Lakukan manajeman fiksasi eksterna: Anjurkan klien untuk tidak memaksimalkan gerak tangan yang masih terpasang OREF. Rasional; Penyembuhan penyambungan tulang pada fraktur humerus tertutup biar sanggup menahan berat badan sanggup mencapai 3 bulan sehingga sebelum waktu tersebut klien dianjurkan untuk memakai alat bantu ,apabila melaksanakan mobilisasi guna menghindari fraktur berulang atau terjadinya delayed union,malunion,dan non-union akhir fragmen tulang yang sering bergeser
- Lakukan administrasi fiksasi eksterna: fiksasi eksterna jaringan ditutup dengan selimut. Rasional:ketidaktahuan akan adanya fiksasi eksterna sanggup meningkatkan risiko cedera
- Lakukan administrasi fiksasi eksterna: Beri penumpul pada pecahan logam yang tajam. Rasional: untuk mengurangi respon cedera jaringan lunak pada sisi yang sehat akhir tergores pecahan tajam dari fiksasi ekstern
- Lakukan pemberian psikologis. Rasional:pengaturan posisi kadang menunjukkan stimulus nyeri sehingga klien sering malas untuk melaksanakan fleksi telapak tangan
- Kolaborasi pemberian antibiotik. Rasional: antibiotik sanggup menurunkan invasi bakteri yang sanggup meningkatkan risiko cedera jaringan lunak
Diagnosa 6
Ansietas bekerjasama dengan krisis situasional(rencana tindakan pembedahan)
Tujuan:Dalam 1x24 jam perawatan, ansietas sanggup berkurang
Kriteria Hasil:Klien bisa mengidentifikasi dan mengungkapkan dan mengambarkan teknik untuk mengontrol cemas
Intervensi:
- Kaji tingkat kecemasan klien. Rasional:kecemasan yang berlebihan sanggup menimbulkan stres yang berlebihan
- Observasi tanda-tanda vital. Rasional:mengetahui keadaan umum klien
- Informasikan klien atau keluarga terdekat perihal kiprah perawat advokat,perawat intra operasi. Rasional:mengembangkan rasa percaya diri klien sehingga menurunkan rasa takut
- Identifikasi penyebab rasa takut pra operasi. Rasional:rasa takut yang berlebihan akan menimbulkan stress yang berlebihan
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. Rasional:mengurangi ansietas dan menciptakan lebih rileks
- Kaji respon verbal klien setelah dilakukan intervensi distraksi dan relaksasi. Rasional:mengetahui rasa takut yang berlebihan
- Validasi sumber rasa takut,berikan informasi yang akurat dan aktual. Rasional:mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu klien menghadapi nya secara realistis
- Beri tahu klien kemungkinan dilakukannya anestesi umum atau spinal. Rasional:mengurangi ansietas atau rasa takut bahwa mungkin klien sadar ketika dilakukan prosedur
Daftar Pustaka
- Apley, A. Graham , Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta, 1995.
- Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A Nursing Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company, 1995.
- Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.
- Dudley, Hugh AF, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II, FKUGM, 1986.
- Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 1991.
- Henderson, M.A, Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta, 1992.
- Hudak and Gallo, Keperawatan Kritis, Volume I EGC, Jakarta, 1994.
- Ignatavicius, Donna D, Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, W.B. Saunder Company, 1995.
- Keliat, Budi Anna, Proses Perawatan, EGC, Jakarta, 1994.
- Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta, 1996.
- Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI, Jakarta, 2000.
- Oswari, E, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.
- Price, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta 1997.
- Reksoprodjo, Soelarto, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI/RSCM, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.
- Tucker, Susan Martin, Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta, 1998.
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan / lp fraktur humerus / patah tulang lengan pdf dan doc, dibawah.
- Laporan pendahuluan fraktur humerus doc, (Ambil File)
- Laporan pendahuluan fraktur humerus pdf, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / lp fraktur humerus / patah tulang lengan, d0wnl0ad doc dan pdf. kami bagikan semoga bisa membantu teman-teman sejawat sekalian. Terima kasih.
0 Response to "✔ Laporan Pendahuluan / Lp Fraktur Humerus / Patah Tulang Lengan, Download Doc Dan Pdf."
Posting Komentar