iklan banner

Budidaya Ikan Beronang : (Siganus Sp)

 


1.       PENDAHULUAN

Dalam PJPT II, sub sektor perikanan semakin dituntut dalam mencukupi kebutuhan protein hewani dari ikan. Selama ini produksi perikanan maritim sebagian besar masih tergantung dari hasil pemungutan/penangkapan dari alam yang produksinya semakin menurun, dilain pihak dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk kebutuhan protein akan terus meningkat setiap tahun. Oleh lantaran itu produksi perikanan perlu digali dari 2 (dua) sumber yaitu penangkapan dan budidaya.

Salah satu komoditi ikan maritim yang potensial dan sudah sanggup dibudidayakan ialah ikan beronang (Siganus sp). Dari hasil penelitian ternyata komoditi beronang memiliki nilai yang menguntungkan sebagai berikut:

a.  Ikan beronang merupakan masakan yang lezat dan gurih dan disukai banyak orang sehingga pemasaran ikan ini cukup baik.

b.  Ikan ini umumnya "primary herbivor" yaitu pemakan plankton nabati tumbuhan dan juga memakan masakan buatan.

c.   Selama musim-musim tertentu benih beronang sanggup diperoleh dalam jumlah banyak.
d.  Ikan beronang memiliki toleransi besar terhadap salinitas dan suhu.
e.  Mempunyai daya penyesuaian yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat.

f.    Ikan ini sudah sanggup dipijahkan di dalam laboratorium sehingga prospek pembenihan dari hatchery cukup baik.

g.  Ikan beronang memiliki harga pasar yang cukup tinggi baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri, terutama yang ada telurnya selama tahun gres cina.

h.  Teknologi pembesaran ikan beronang sudah dikuasai.




Hal. 1/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


TTG BUDIDAYA PERIKANAN



Mengingat budidaya ikan beronang relatif gres dikenal masyarakat, maka petunjuk teknis ini diharapkan sanggup menjadi fatwa bagi yang berminat melaksanakan perjuangan budidaya beronang.




2.       BIOLOGI

1)  Diskripsi dan Taksonomi

Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda satu sama lain menyerupai di Pulau Sribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengah dengan nama biawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakan dengan sebutan samadar.

Ikan beronang termasuk famili Siginidae dengan tanda-tanda khusus sebagai berikut D XIII, 10 A VII, 9, P2 I, 3, 1, tubuhnya membujur dan memipih latural, dilindungi oleh sisik-sisik yang kecil, ekspresi kecil posisinya terminal. Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil. Punggungnya dilengkapi oleh sebuah duri yang tajam mengarah ke depan antara neural pertama dan biasanya tertanam di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi dengan kelenjar bisa/racun pada ujungnya.

Secara lengkap taksonomi ikan beronang ialah sebagai berikut.
Kelas:


-
Dada
:
Percipformes
-
Sub dada
:
Acanthuroidei
-
Famili
:
Siganidae
-
Genus
:
Siganus
-
Species
:
Siganus spp.

2)  Kebiasaan Makanan

Sesuai dengan morfologi dari gigi dan susukan pencernaannya yaitu mulutnya kecil, memiliki gigi seri pada masing-masing rahang, gigi geraham berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjang dan memiliki permukaan yang luas, ikan beronang termasuk pemakan tumbuh-tumbuhan, tetapi jikalau dibudidayakan ikan beronang bisa memakan masakan apa saja yang diberikan menyerupai pakan buatan.

3)  Penyebaran

Penyebaran ikan beronang ini cukup luas, tetapi penyebaran setiap species sangat terbatas menyerupai yang terdapat di LON LIPI kawasan penyebaran setiap species sebagai berikut:




Hal. 2/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


TTG BUDIDAYA PERIKANAN



a. Siganus guttatus penyebarannya di :

Sumatera
:
Bengkulu, Padang Deli;
Jawa
:  P. Seribu, Cirebon, Balay, Surabaya;
Kalimantan
:
Balik Papan;
Sulawesi
:  Ujung Pandang, Bajo, Manado, Selayar;
Maluku
:  Seram, P. Obo, Ternate, Ambon, dsb.
b. Siganus canaculatus penyebarannya di :
Sumatera
:
Padang;
Jawa
:  Ujung Kulon, Teluk Banten, P. Seribu;
Maluku
:
Ternate, Bacan.
c. Siganus vulpinus penyebarannya di :
Kalimantan
:
Birabirahan;
Sulawesi
:  Masalembo, Ujung Pandang, Manado;
Maluku
:  Ternate, Kajoa, Ambon, Seram;
Irian
:
Manokwari.
d. Sirganus virgatus penyebarannya di :
Sumatera
:  Pariaman, Padang, Bangka, Belitung;
Jawa
:
P. Seribu, Bawean;
Kalimtan
:
Sundakan;
Sulawesi
:
Ujung Pandang, Bajo.

e. Siganus corallinus penyebarannya di :
Sumatera;
Jawa;
Nusa Tenggara;
Sulawesi;
Maluku.

f.    Siganus chrysapilos penyebarannya di :

Jawa
:
P. Seribu;
Kalimantan
:
Sundakan;
Sulawesi
:  Ujung Pandang, Manado, Slayar;
Nusa Tenggara
:
Sumbawa;
Maluku
:  P. Obi, Roti, Ambon dan sekitarnya.
g. Siganus spinus penyebarannya di :
Sumatera
:  Bengkulu, Padang, Tapak Tuan;
Jawa
:  P. Serinu, Pacitan, Karang Bolong, Prigi;
Sulawesi
:
Ujung Pandang. Bajo, Manado;
Nusa Tenggara, Timor;
Bali;
Maluku dan sekitarnya.




Hal. 3/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id




TTG BUDIDAYA PERIKANAN
h. Siganus vermiculatus penyebarannya di :
Sumatera
:
Bengkulu, Padang, Sibolga, Nias;
Jawa
:
P. Seribu, Semarang;
Kalimantan
:
Balik Papan dan Sundakan;
Sulawesi
:
Ujung Pandang, Bulukumba, Manado, Sangihe;
Maluku
:
Halmahera, Morotai, Ternate, Bacan, Ambon;
Nusa Tenggara, Timor.

i.  Siganus puellus penyebarannya di :
Jawa
:
P. Seribu;
Sulawesi
:
Ujung Pandang;
Maluku dan sekitarnya.

j.  Siganus javus penyebarannya di :
Sumatera
:
Deli, Sibolga, Bengkulu, Bangka, Belitung;
Jawa
:
Jakarta, Cirebon, Semarang, Jepara, Surabaya,


Pasuruan, madura;
Kalimantan
:
Stagen, Balik Papan;
Sulawesi
:
Ujung Pandang, Bajo.
k. Siganus lineatus penyebarannya di :
Maluku
:
Ternate, Morotai, Ambon dan sekitarnya.


3.       TEKNOLOGI BUDAYA

1)  Persyaratan Lokasi Budidaya

Untuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya maritim secara optimal memerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang akan dikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan. Dalam hal ini, pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di maritim harus akan mempertimbangkan dari aspek teknis dan non teknis.

Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:

a.  Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari dampak angin/musim dan gelombang, hal ini untuk mengamankan/melindungi salinitas budidaya.

b.  Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 40 cm/detik, apabila kecepatan arus kurang menjadikan penyediaan air kurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang dan sebaliknya apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan ikan akan terganggu alasannya ialah energi yang didapatkan dari masakan banyak keluar untuk melawan arus.

c.   Lokasi harus bebas dari dampak pencemaran atau polusi baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.


Hal. 4/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


TTG BUDIDAYA PERIKANAN



d. Lokasi juga harus bebas dari hama yang mencakup antara lain ikan-ikan besar dan buas, binatang yang selain potensial sanggup mengganggu (predator).

e. Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan menyerupai :
-     Kadar garam berkisar antara 27 32 ppt.
-     Suhu air berkisar antara 28 320C.

-     O2 (oksigen) berkisar antara 7 8 ppm.
-     Nitrat 0,9 3,2 ppm dan phospat 0,2 0,5 ppm.

f.    Untuk mempermudah kelancaran acara yang berafiliasi dengan perjuangan budidaya yang mencakup sarana jalan, telpon, listrik, sumberdaya manusia, pakan, pasar, ketersediaan bimbingan harus dalam jumlah yang cukup memadai serta bahan-bahan untuk komoditi budidaya gampang diperoleh.

Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektor yang berkaitan dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam relasi dengan kepentingan sektor lain menyerupai pariwisata, pelayaran, dll.

2)  Sarana produksi

Metoda budidaya ikan beronang di maritim sanggup dilakukan dengan metoda Karamba Jaring Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat budidaya ikan yang terbuat dari materi jaring yang digantungkan pada kerangka (rakit) di laut.

a.   Desain Konstruksi Keramba Jaring Apung

Keramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung, kurungan, pelampung dan jangkar. Cara pembuatan masing-masing komponen tersebut ialah sebagai berikut:

-     Rakit Apung

Pembuatan rakit apung sanggup dilakukan di darat dengan terlebih dahulu menciptakan kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m. Kerangka ini berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari materi bambu atau kayu.

Setiap unit kerangka sanggup terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara ekonomi setiap unti dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan. Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi jangkar sebanyak 4 buah supaya tetap pada tempatnya atau tidak terbawa arus.








Hal. 5/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


TTG BUDIDAYA PERIKANAN


























Gambar 1. Kerangka Rakit

-     Kurungan

Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari materi polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring antara 0,75 1". Bentuk kurungan diubahsuaikan dengan bentuk kerangka rakit yaitu empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung yang telah siap dibentuk di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke empat sudut belahan atas pada setiap sudut kerangka. Pola pembuatan kurungan dan cara pengikatan sanggup dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 dan supaya kerangka jaring apung tetap terbentuk bujur sangkar, maka pada sudut belahan bawah jaring diberi pemberat.




















Gambar 2. Pola Pembuatan Kurungan Apung



Hal. 6/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


TTG BUDIDAYA PERIKANAN














Gambar 3. Cara Pengikatan Jaring















Gambar 4. Kurungan Telah Dipasang pada Rakit

-     Pelampung

Untuk mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jaga diharapkan pelampung. Pelampung sanggup dipakai drum plastik volume 200 liter. Dan untuk menahan rakit diharapkan pelampung sebanyak 12 buah. Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE) yang bergaris tengah 0,8 1,0 cm.





















Gambar 5. Penempatan dan Pemasangan Pelampung Pada Kerangka Rakit


Hal. 7/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


TTG BUDIDAYA PERIKANAN



-     Jangkar

Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya supaya tidak bergeser dari tempatnya jawaban dampak arus dan angin ataupun gelombang. Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah yang terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.






















Gambar 6 Pengaturan dan Pemasangan Jangkar

b.   Benih

-     Persyaratan Benih

Benih yang dipakai untuk budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi benih yang betul-betul sehat. Benih yang sakit akan terhambat pertumbuhannya dan lebih berbahaya lagi ialah penularannya ke ikan di dalam wadah budidaya.

Berdasarkan pengamatan visual secara umum benih yang sehat antara lain ialah :
*     Bentuk tubuh normal/tidak cacat/tidak sakit;
*     Gerakan ikan lincah;
*     Mempunyai respon yang tinggi terhadap pakan yang diberikan.

-     Penyediaan Benih

Sampai ketika ini benih ikan beronang yang dipakai dalam perjuangan budidaya berasal dari hasil penangkapan di alam. Benih ikan beronang sanggup diperoleh dalam jumlah besar pada ketika demam isu puncak benih.



Hal. 8/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


TTG BUDIDAYA PERIKANAN



Untuk setiap jenis beronang demam isu puncaknya akan berlainan setiap lokasi.

Penyediaan benih ikan beronang secara massal dari hatchery hingga ketika ini masih dalam pengkajian walaupun pemijahan untuk beberapa jenis sudah berhasil dilakukan.

-     Penanganan dan Transportasi Benih

Benih ikan beronan sangat peka terhadap perubahan lingkungan menyerupai suhu dan salinitas, sehingga penanganan benih ikan beronang sangat perlu dijaga hati-hati.

Pada ketika pemindahan benih dari suatu wadah ke wadah lain harus selalu diambil bersama airnya. Pemindahan benih sanggup dilakukan sehari sehabis pengumpulan dan cukup menawarkan istirahat bagi ikan dan untuk perlakuan selanjutnya disarankan untuk memakai seser yang tidak cekung untuk menghindarkan luka-luka di kulit jawaban persentuhan benih satu sama lain.

Pengangkutan benih ikan beronang untuk jarak bersahabat sanggup dipakai keramba dengan anyaman bambu yang halus dan diapungkan di air. Keramba diseret perlahan-lahan menuju tempat budidaya. Dan untuk jarak jauh sanggup dipakai kantong-kantong plastik atau periuk-periuk tanah.

Benih ikan beronang dengan perlakuan baik dan aklimasi yang cukup sanggup ditransportasi hingga maksimum 48 jam.

c.   Pakan

-     Persyaratan Pakan

Salah satu faktor yang sangat penting memilih pertumbuhan ikan yang dipelihara ialah faktor ketersediaan pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitas sehingga harus diperhatikan sebaik-baiknya yaitu harus memenuhi komposisi dan jumlah nutrient/zat masakan yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang diberikan sebaiknya yang masih gres (pellet) dan segar (ikan rucah).

-     Penanganan Pakan

Untuk menjaga kualitas pakan yang diberikan untuk budidaya ikan beronang perlu diperhatikan penanganan terhadap pakan yang digunakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pakan antara lain ialah tempat penyimpanan pakan harus higienis dan kering.


Hal. 9/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


TTG BUDIDAYA PERIKANAN






3)  Teknologi Budidaya

a.   Pola Produksi

Dalam perjuangan budidaya ikan maritim pengaturan contoh tanam perlu diubahsuaikan dengan ketersediaan menyerupai (benih, pakan) dan dampak dari demam isu serta ketersediaan pasar. Untuk itu dalam acara budidaya ikan di maritim setiap lokasi akan berbeda sesuai dengan kondisi setempat.

Dalam pengaturan contoh tanam yang berafiliasi daya serap pasar alternatif contoh tanam ialah setiap KK ialah melaksanakan penanaman pada 1 unit karamba jaring apung yang terdiri dari 4 buah jurungan dan penebaran benih sanggup dilakukan selang 3 hari - 1 ahad setiap KK atau tergantung dari daya serap pasar.

b.   Cara Penebaran Benih

Benih sebelum ditebarkan perlu diaklimasikan terlebih dulu, kemudian secara perlahan-lahan ditebarkan ke dalam wadah budidaya. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.

c.   Cara Pemberian Pakan

Jenis pakan yang dipakai pada budidaya ikan beronang ialah pellet kering dengan jumlah sebanyak 2% dari berat tubuh ikan setiap hari. Frekuensi dukungan pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari.

Konversi dukungan pakan dengan memakai pellet biasanya 1 : 4 yang berarti untuk memperoleh berat ikan 1 kg dibutuhkan pellet sebanyak 4 kg.

d.   Penanganan Hasil

Panen ikan beronang dilakukan sehabis masa pemeliharaan 4 6 bulan sehabis penebaran. Panen sanggup dilakukan dengan dua cara yaitu :

-     Panen sebagian, dilakukan dengan cara memanen ikan yang telah berukuran tertentu tergantung kebutuhan pasar dengan memakai serok/lampit/alat angkap.

-     Panen seluruhnya, dilakukan dengan cara memanen hasil budidaya sekaligus dengan cara menarik/mengangkat sebagian jaring ke arah suatu sudut sehingga akan terkumpul pada suatu tempat dan kemudian diambil dengan memakai serok/lambit/alat tangkap dengan

Hal. 10/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


TTG BUDIDAYA PERIKANAN



berhati-hati supaya ikan tidak mengalami luka/cacat. Panen sebaiknya dilakukan pada ketika udara sejuk.

4)  Manajemen Budidaya

Permasalahan yang sering ditemui pada pemeliharaan ikan di maritim dengan jaring apung ialah pengotoran/penempelan oleh organisme penempel pada sarana yang dipakai menyerupai kerangka, rakit, kurungan apung dan pelampung. Penempelan organisme tersebut akan mengganggu pertukaran air dan mengakibatkan kurungan bertambah berat.

Untuk menanggulangi organisme penempel ini maka perlu dilakukan pencucian terutama kurungan secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme penempel. Sedangkan untuk pencucian kurungan dilakukan dengan menyikat atau dengan memakai mesin semprot jaring.

5)  Hama dan Penyakit

a.   Hama

Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang maritim ialah berupa hewan/binatang atau pengganggu lainnya menyerupai burung dan lingsang. Hama sanggup menyerang dan menciptakan kerusakan pada kurungan ikan. Penanggulangan hama sanggup dilakukan dengan cara menutup belahan atas kurungan dengan jaring serta memagar/melingkari kurungan. Selain itu gangguan lantaran pencurian oleh insan perlu juga diwaspadai.

b.   Penyakit dan Pencegahannya

Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya diharapkan diagnosa tanda-tanda penyakit. Gejala penyakit untuk ikan yang dibudidayakan sanggup dilihat/diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut :

-     Ada kelainan tingkah laris : salah satu atau beberapa ikan keluar dari kelompoknya dan cara berenangnya miring atau "driving" (ikan yang berada di permukaan pribadi menuju dasar dengan cepat). Gejala demikian biasanya disebabkan oleh beberapa penyakit, antara lian : penyakit insang, penyakit sistem saraf otak, keracunan materi kimia logam berat, dan kekurangan vitamin.

-     Ikan tidak mau makan : perhatikan sudah berapa usang keadaan ini

terjadi, penyebabnya ialah : penyakit diabetes (oxydized fatty), kelebihan mineral yang berasal dari pakan dan kebosanan yang terjadi lantaran persediaan pakan sedikit.

-     Ada kelainan pada bentuk ikan : hal ini terjadi pada rangka ikan dan permukaan tubuh ikan.


Hal. 11/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


TTG BUDIDAYA PERIKANAN



-     Mata tidak normal : disebabkan oleh basil dan benalu tremotoda Giganea sp.

Untuk organ tubuh belahan dalam tanda-tanda penyakit sanggup terjadi pada :
Insang
:
Hilang beberapa bagian, disebabkan kekurangan darah dan


keracunan, atau benalu yang berupa ciliata dan monogenik.
Otak
:
Terjadi  pendarahan  dan  TBS,  disebabkan  oleh  parasit


Myxosporadia, Giganea sp, Streptococcus sp, dan Nocardia


sp.
Jantung
:
Menjadi tebal dan membesar, disebabkan oleh basil klas


Mycospradia, membran jantung membesar lantaran diserang


bakteri Streptococcud spp.
Hati
:
Membesar atau mengecil, warna hijau/kuning, disebabkan


oleh perubahan kadar lemak (fatty change liver desease).


Jamur yang berasal dari pakan yang tercemar dapat


menyebabkan hati mengalami pendarahan, keras, mudah


pecah.
Lambung :
Menjadi kembung,  luka dan berlobang,  disebabkan  oleh


parasit yang   termasuk klas Cestoda.
Usus
:
Luka,  pendarahan,  keluar  dari  anus  dan  vibriosis,


disebabkan oleh benalu dalam klas Nematoda, Trematoda,


Cestoda dan Acanthocephala.
Limpa
:
Menjadi besar/kecil dan kekurangan darah, disebabkan oleh


adanya penyakit di belahan lain.
Otot
:
Warna tidak jelas/putih, terjadi pendarahan, disebabkan oleh


bakteri Nacordia sp atau serangan benalu Microsporidae.

c.   Penanganan Ikan Sakit

Penanganan terhadap ikan sakit sanggup dibagi atas dua langkah yaitu :
-     Berdasarkan teknik budidaya :
Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain ialah :
*     Menghentikan dukungan pakan pada ikan;
*     Mengganti masakan dengan jenis lain;

*     Mengkelompokkan ikan menjadi kelompok-kelompok yang kepadatannya/ densitasnya rendah;

*     Bila mungkin ikan-ikan dipanen, daripada menjadi wabah bagi ikan yang lain.
-     Berdasarkan terapi kimia :
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini ialah :

*     Memeriksa kepekaan dari masing-masing obat yang akan digunakan;

*     Memeriksa batas takaran yang kondusif untuk masing-masing obat supaya tidak terjadi "over dosis";

*     Menjaga supaya obat tidak tercemar oleh bakteri;

*     Memperhatikan keterangan yang dikeluarkan oleh pabrik obat tersebut.

Hal. 12/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


TTG BUDIDAYA PERIKANAN




d. Cara Pemberian Obat

Cara dukungan obat yang akan dipakai sanggup ditentukan sendiri dengan memperhatikan bentuk obat, jumlah ikan yang terkena penyakit, kondisi dan sarana yang dimiliki di lapangan (tempat budidaya).

Ada beberapa cara dukungan obat yang sanggup digunakan, yaitu :
-     Ditenggelamkan dalam tempat budidaya;
-     Disebarkan pada permukaan;
-     Dicampurkan dalam pakan;
-     Dengan cara injeksi.

Pada ikan beronang biasanya banyak kedapatan benalu jenis monogenetik trematoda pada belahan insangnya, benalu ini sanggup dilepaskan dengan mengunakan "dipterex" (organoposfat, sinonim : Dylox, Masoten, Neguvon) dengan takaran sebesar 30 ppm selama 8 - 16 m enit dan 50 ppm selama 4 - 5 menit. Percobaan ini jadinya positif, dengan tingkat ajal ikan beronang hingga 0%.

Waktu dan takaran obat yang diberikan perlu diperhitungkan dengan hati-hati supaya tidak terjadi kelebihan takaran yang sanggup menjadikan ajal pada ikan. Oleh lantaran itu perlu diketahui berapa jumlah takaran yang digunakan. Di bawah ini diberikan beberapa takaran yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang.

Tabel 4. Dosis Dipterex yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang (Tanaka dan Basyari, 1982).

No.
Jenis Ikan
Panjang Total
Konsentrasi
Waktu


Rata-rata (cm)
Dipterex (ppm)
(menit)
1.
S. canaliculatus
3
30
39
2.
S. canaliculatus
8-12
50
9
3.
S. guttatus
3
30
49
4.
S. guttatus
5-8
50
9
5.
S. javus
3
50
4
6.
S. javus
3
30
28
7.
S. javus
9-11
50
9
8.
S. javus
15
30
15


e. Pencegahan penyakit

Untuk mencegah supaya ikan yang dibudidayakan tidak terkena penyakit sanggup dilakukan hal-hal sebagai berikut : - Menjaga kebersihan tempat budidaya;


Hal. 13/ 14
 




Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166 69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id


TTG BUDIDAYA PERIKANAN



-   Menjaga lingkungan/tidak tercemar oleh limbah industri dan bahan-bahan kimia pertanian;

-     Memeriksa jenis pakan yang akan diberikan dan hindarkan kontaminasi jamur;
-     Lakukan vaksinasi bagi ikan yang sehat.


4.       DAFTAR PUSTAKA

1)  Dana Kusumah, E., 1985, Beberapa Aspek Biologi Ikan Beronang (Siganus spp) Workshop Budidaya Laut 28 Oktober - 1 Nopember 1985 di Lampung. 10 pp.

2)  WASPADA, E, Hiroki, 1985. Percobaan Pemberian Pakan pada Pemeliharaan Benih Ikan Beronang, Workshop Budidaya Laut 28 Oktober - 1 Nopember. 68 - 73 p.

3)  Marto Sewajo, S., Burhanudin, Djamali, P. Sianipar. 1981. Ikan Beronang. Biolobi , Potensi dan Pengelolaannya. LON - LIPI. 45 p.

4)  Basyori, A., E. Dana Kusumah; Philip T. T, Pramu, S, Musthahal dan M. Isra. Budidaya Ikan Beronang (Siganus spp). Direktorat Jenderal Perikanan bekerjasama dengan IDRC, 39 p.

5)  Informasi Teknologi, BBL.


5.       SUMBER

Pedoman Teknis Budidaya Ikan Beronang, Direktorat Bina Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1997.


Sumber http://defantri.blogspot.com

0 Response to "Budidaya Ikan Beronang : (Siganus Sp)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel