Pra Sejarah Angka Nol
Di balik ketenaran Leonardo Fibonnacci sebagai seorang matematikawan aljabar siapa sangka jikalau pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Al Khawarizmi. Al Khawarizmi yang dikenal sebagai tokoh yang dilakirkan di Khiva, salah satu kawasan di Irak sekitar tahun 780 M. Tidak sedikit mahir matematika dan orang yang mempelajari matematika mengakibatkan Al Khawarizmi sebagai bahan tumpuan dalam mendalami matematika.
Bernama lengkap Muhammad bin Musa Al Khawarizmi yang kemudian dikenal sebagai penemu angka nol. Bisa dibayangkan jikalau dunia ini tanpa angka nol. Selain jasa ia menemukan angka nol beberapa sumbangsih ia juga terkenal dalam hal ilmu ukur sudut dengan menggunakan fungsi sinus dan tangen, persamaan linear, persamaan kuadrat dan kalkulasi integral (calculus integral). Sebagai tambahan, tabel ukur sudut atau tabel sinus dan tangen dari Alkhawarizmi sampai kini menjadi rujukan dalam trigonometri.
Sebagai spesialis geografi, Al-Khawarizmi menulis Kitab Surat Al Ard. Isi buku teresbut memamaparkan dengan rinci bagian-bagian bumi. Seorang penerjemah karya Al Khawarizmi ke dalam bahasa latin, CA Nallino menungkapkan bahwa belum ada orang Eropa yang bisa menandingi karya ia ( Al Khawarizmi). Baca : Kilas Matematikawan dari Negeri Arab.
Sistem mencacah, berdasarkan Karl Absolom seorang arkeolog menemukan sebuah potongan tulang binatang yang berumur 30000 tahun. Di sana ditemukan sebuah penghitungan sederhana. Ini artinya insan telah melaksanakan hitungan semenjak 30000 tahun yang silam. Pertama kali insan mengenal sistem hitungan yang serderhana ialah satu dan banyak. Jumlah diekspresikan jikalau tidak satu ya banyak. Selanjutnya menjelma satu, dua atau banyak. Di jaman kini masih terdapat yang memakai sistem hitungan ini ialah ialah suku Indian Sirriona di negara Bolivia dan orang Yanoama di negara Brasil. Selanjutnya perkembangan hitungan berdasarkan para mahir ada pada Suku Bacairi dan Baroro. Sistem hitungan suku ini dikenal dengan ‘satu’, ‘dua’, ‘dua dan satu’, ‘dua dan dua’, ‘dua dan dua dan satu’. Sistem tersebut ibarat dengan sistem bilangan biner. Artinya basis hitungan mereka memakai sistem basis dua. Penulisan ini masih dipakai kini dalam aplikasi komputasi komputer dan pemograman. Terakhir gres dikenalah sistem bilangan basis sepuluh sebagaimana yang kita gunakan kini ini.
Pada jaman Yunani kuno juga dipakai sistem perhitungan berbasis lima. Hal ini didasarkan pada jumlah pada satu tangan. Kaprikornus ketika orang Yunani kuno menyebut 6, maka dia akan menyebutnya 5-1 (lima- satu). Ketika mengekspresikan 8 maka akan disebut sebagai 5-3 ( lima-tiga). Jika pada basis sepuluh maka pengulangan angka 1 dimulai pada bilangan sebelas. Pada ketika tersebut memang belum diperlukan angka nol. Makanya mereka masih berfikiran angka nol tersebut belu terlalu penting.
Kembali menyidik ke zaman kuno di daratan Asia. Babilonia, mereka telah mempunyai sistem hitungan berbasis 60. Artinya mereka mempunyai 59 simbol angka. Sebagai perbandingan, ketika memakai basis 10 ibarat ketika kini kita butuh 9 simbol. Dengan sistem ibarat itu terinspirasi penemuan alat bantu hitung ibarat abax soroban dikenal di Jepang, suan-pan dinegara China, s’choty dikenal di Rusia, coulbadi dikenal di Turki, kini kita mengenalnya dengan sempoa.
Dari sejarah sejarah kuno di atas terlihat mereka belum mengenal angka nol. Karena dirasa belum menjadi sebuah kebutuhan. Maka terang sehabis perkembangannya dalam sistem komputasi yang lebih kompleks diperlukan adanya angka nol (marthayunanda). Baca: Sistem Numerasi Yunani Kuno. Sumber http://www.marthamatika.com/
Angka Nol |
Mengenal Al Khawarizmi
Dilahirkan di kota Khiva, AlKhawarimi dikenal berdomisili di Qutrubulli yaiu kawasan sebeleh barat kota Baghdad. Al Khawarizmi dikenal menguasai georafi, sejarah dan ilmu musik. Tentu saja dalam matematika namanya sudah bukan kalimat abnormal lagi. Buah pikirannya tercurah dalam bentuk buku ibarat Kitabul Jama wat Tafriq dan Hisab al-Jabar wal Muqabla. Buku buku tersebut yang kemudian di Eropa dijadikan sebagai tumpuan ilmiah ilmuwan terkenal lainnya ibarat Leonardo Fibonacce dan Jacob Florence.Bernama lengkap Muhammad bin Musa Al Khawarizmi yang kemudian dikenal sebagai penemu angka nol. Bisa dibayangkan jikalau dunia ini tanpa angka nol. Selain jasa ia menemukan angka nol beberapa sumbangsih ia juga terkenal dalam hal ilmu ukur sudut dengan menggunakan fungsi sinus dan tangen, persamaan linear, persamaan kuadrat dan kalkulasi integral (calculus integral). Sebagai tambahan, tabel ukur sudut atau tabel sinus dan tangen dari Alkhawarizmi sampai kini menjadi rujukan dalam trigonometri.
Sebagai spesialis geografi, Al-Khawarizmi menulis Kitab Surat Al Ard. Isi buku teresbut memamaparkan dengan rinci bagian-bagian bumi. Seorang penerjemah karya Al Khawarizmi ke dalam bahasa latin, CA Nallino menungkapkan bahwa belum ada orang Eropa yang bisa menandingi karya ia ( Al Khawarizmi). Baca : Kilas Matematikawan dari Negeri Arab.
Bukti Angka Nol Belum Ada sebelum Al Khawarizmi
Pada awalnya memang angka nol dirasa tidak begitu penting perannya. Karena sangat jarang dipakai pada kehidupan sederhana. Misalkan, aku mempunyai nol pacar. Kata tidak memilik lebih cocok dipakai sebagai pengganti angka nol. Namun dalam perkembangan ilmu pengetahuan, ternyata angka nol mempunyai suatu tugas tersendiri. Terutama dalam bentuk penulisan.Sistem mencacah, berdasarkan Karl Absolom seorang arkeolog menemukan sebuah potongan tulang binatang yang berumur 30000 tahun. Di sana ditemukan sebuah penghitungan sederhana. Ini artinya insan telah melaksanakan hitungan semenjak 30000 tahun yang silam. Pertama kali insan mengenal sistem hitungan yang serderhana ialah satu dan banyak. Jumlah diekspresikan jikalau tidak satu ya banyak. Selanjutnya menjelma satu, dua atau banyak. Di jaman kini masih terdapat yang memakai sistem hitungan ini ialah ialah suku Indian Sirriona di negara Bolivia dan orang Yanoama di negara Brasil. Selanjutnya perkembangan hitungan berdasarkan para mahir ada pada Suku Bacairi dan Baroro. Sistem hitungan suku ini dikenal dengan ‘satu’, ‘dua’, ‘dua dan satu’, ‘dua dan dua’, ‘dua dan dua dan satu’. Sistem tersebut ibarat dengan sistem bilangan biner. Artinya basis hitungan mereka memakai sistem basis dua. Penulisan ini masih dipakai kini dalam aplikasi komputasi komputer dan pemograman. Terakhir gres dikenalah sistem bilangan basis sepuluh sebagaimana yang kita gunakan kini ini.
Pada jaman Yunani kuno juga dipakai sistem perhitungan berbasis lima. Hal ini didasarkan pada jumlah pada satu tangan. Kaprikornus ketika orang Yunani kuno menyebut 6, maka dia akan menyebutnya 5-1 (lima- satu). Ketika mengekspresikan 8 maka akan disebut sebagai 5-3 ( lima-tiga). Jika pada basis sepuluh maka pengulangan angka 1 dimulai pada bilangan sebelas. Pada ketika tersebut memang belum diperlukan angka nol. Makanya mereka masih berfikiran angka nol tersebut belu terlalu penting.
Kembali menyidik ke zaman kuno di daratan Asia. Babilonia, mereka telah mempunyai sistem hitungan berbasis 60. Artinya mereka mempunyai 59 simbol angka. Sebagai perbandingan, ketika memakai basis 10 ibarat ketika kini kita butuh 9 simbol. Dengan sistem ibarat itu terinspirasi penemuan alat bantu hitung ibarat abax soroban dikenal di Jepang, suan-pan dinegara China, s’choty dikenal di Rusia, coulbadi dikenal di Turki, kini kita mengenalnya dengan sempoa.
Dari sejarah sejarah kuno di atas terlihat mereka belum mengenal angka nol. Karena dirasa belum menjadi sebuah kebutuhan. Maka terang sehabis perkembangannya dalam sistem komputasi yang lebih kompleks diperlukan adanya angka nol (marthayunanda). Baca: Sistem Numerasi Yunani Kuno. Sumber http://www.marthamatika.com/
0 Response to "Pra Sejarah Angka Nol"
Posting Komentar