Teori Ksatria : Pengertian, Tokoh Pencetus, Kelebihan Dan Kelemahannya
Teori Ksatria yaitu salah satu teori yang menyatakan atau beropini wacana masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia. Apakah teori ksatria merupakan teori masuknya Hindu Budha yang paling benar? Untuk menandakan kebenaran tersebut, tentu kita harus membandingkan dengan pendapat-pendapat dari tokoh penggagas lainnya menurut bukti dan fakta nyata, alasannya yaitu setiap teori juga mempunyai kelebihan dan kelemahannya.
Terdapat 5 teori masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia. Teori-teori yang dimaksud mencakup teori waisya, teori ksatria, teori brahmana, teori arus balik/nasional dan teori sudra. Masing-masing teori dicetuskan oleh tokoh yang berbeda-beda, pendapat mengenai proses masuknnya Hindu Budha di Indonesia juga tidak sama.
Setiap teori mempunyai suara dan bukti yang berbeda, namun seluruh teori mempunyai kelebihan dan kelemahan. Sebagai contoh, teori arus balik memiliki kelebihan yakni adanya bukti kasatmata berupa peninggalan berupa prasasti Nalanda. Contoh lainnya mengenai kelemahan dari teori brahmana, yaitu seorang brahmana mempunyai aturan-aturan yang ketat salah satunya dihentikan menyeberangi lautan.
Lalu, apa yang dimaksud dengan teori ksatria? bagaimana bunyinya dan apa saja buktinya? Langsung saja berikut ini penjelasannya secara lengkap beserta tokoh pendukung serta kelebihan dan kelemahannya.
Pengertian Teori Ksatria
Bunyi teori ksatria menyatakan bahwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia dibawa oleh golongan ksatria yang kalah dalam perang di India. Para ksatria-ksatria tersebut kemudian lari ke Indonesia sebagai tempat persinggahan.
Dari pengertian teori ksatria tersebut, dijelaskan bahwa asal permintaan Hindu Budha berasal dari golongan ksatria. Berdasarkan kasta dalam agama Hindu, golongan ksatria menempati posisi kasta kedua dibawah golongan brahmana atau para pendeta.
Lalu siapa saja yang termasuk golongan ksatria? Jika kita pahami dari namanya, golongan ini mungkin hanya terdiri dari para tentara. Namun sebenarnya tidak hanya tentara saja, melainkan terdiri dari para raja dan bangsawan. Itulah ketiga golongan yang termasuk dalam kasta ksatria.
Kaprikornus sanggup kita analisis bahwa golongan kstaria yang dimaksud dalam teori ksatria bukan hanya para tentara, melainkan raja dan aristokrat juga ikut terlibat dalam proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia.
Baca Juga : Teori Waisya Masuknya Hindu di Indonesia
Baca Juga : Teori Waisya Masuknya Hindu di Indonesia
Tokoh Pencetus Teori Ksatria
Lalu siapa tokoh penggagas teori ksatria? hipotesis teori ksatria didukung oleh tokoh berjulukan C.C. Breg. Memiliki nama lengkap Cornelis Christiaan Berg, ia merupakan laki-laki keturunan Belanda yang lahir di Bandung pada tanggal 7 Februari 1934.
Selain mendukung teori ksatria, CC Berg juga bahagia meneliti sejarah Indonesia. Salah satu karyanya yakni buku wacana "Sejarah Jawa". Dalam buku tersebut, ia memberi tafsiran gres wacana sejarah jawa kuno. Namun ia mengalami kegagalan, alasannya yaitu pemikirannya terlalu intelektualis dan selalu berprasangka jelek terhadap orang Indonesia.
Selain CC Berg, beberapa tokoh pendukung teori ksatria lainnya yaitu menyerupai Mookerji, dan L. Moens.
Kelebihan Teori Ksatria
Terdapat beberapa kelebihan teori ksatria yang sanggup menguatkan pendapat mengenai proses masuknya Hindu Budha di Indonesia. Pertama, golongan kstaria mempunyai semangat berpetualang untuk menaklukkan kawasan lain.Kedua, menurut pendapat dari CC Berg, yakni para ksatria turut terlibat konflik di Indonesia. Mereka mendukung salah salah satu pihak, dan apabila berhasil memenangkan peperangan maka akan mendapatkan hadiah. Contohnya menyerupai dinikahkan dengan seorang putri kerajaan dan sebagainya.
Ketiga, L. Moens beropini bahwa para ksatria melarikan diri dari peperangan yang berlangsung di India. Mereka kemudian mendirikan kerajaan gres di Indonesia pada kurun ke 5.
Baca Juga : Teori Sudra Masuknya Hindu di Indonesia
Kelemahan Teori Ksatria
Selain kelebihan yang sudah disebutkan diatas, teori ksatria juga mempunyai kelemahan. Adapun beberapa kelemahan teori ksatria yaitu sebagai berikut :
- Golongan ksatria tidak menguasai bahas Sansekerta dan abjad Pallawa, sementara beberapa peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu Budha memuat isi memakai bahasa dan abjad tersebut.
- Tidak terdapat bukti tertulis bergotong-royong telah terjadi tindakan kolonialisme yang dilakukan oleh para ksatria dari India.
- Tidak ditemukan bukti peninggalan prasasti yang menggambarkan penaklukan kerajaan di Indonesia oleh kerajaan-kerajaan yang berasal dari India.
Baca Juga :
- 4 Teori Masuknya Islam di Indonesia
- Saluran Penyebaran Islam di Indonesia
Demikian pembahasan mengenai Teori Ksatria masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia mencakup pengertian, tokoh pencetus, kelebihan dan kelemahannya. Semoga bermanfaat dan berkhasiat bagi pembaca semua, baca juga artikel menarik dan informatif seputar masuknya Hindu Budha dan Islam di Indonesia.

0 Response to "Teori Ksatria : Pengertian, Tokoh Pencetus, Kelebihan Dan Kelemahannya"
Posting Komentar