Penting Diketahui, Ini Pengertian Tauhid Dan Pembagiannya
Pengertian Tauhid – Tauhid merupakan hal penting yang harus ada dan menempel dalam diri kita. Sebab tauhid merupakan syarat utama ibadah kita bisa diterima, dan tentu saja di selamatkan oleh Allah dari neraka-Nya yang ganas.
Saking begitu pentingnya tauhid, sehingga Allah mengutus para Rasul biar insan benar-benar bertauhid. Lantas apakah bersama-sama pengertian Tauhid itu ?
Pengertian Tauhid dalam Islam
Dilansir dari muslim.or.id tauhid secara bahas arab yaitu bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahiddu yang berarti mempunyai arti sesuatu satu saja. Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam Syarah Tsalatsatil Ushul, 39, menjelaskan bahwa makna ini tidaklah sempurna keculi jikalau diikuti dengan penampian.Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian gres menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).
Sementara secara istilah syar’i tauhid maknanya yaitu menimbulkan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).
Dari makna tersebut sanggup kita simpulkan bahwa banyak insan yang menyembah selain Allah, bisa jadi berupa malaikat, para Nabi dan Rasul, orang-orang sholeh bahkan hingga makhluk Allah lainnya. Ciri seseorang yang bertauhid dengan benar, yaitu hanya menimbulkan Allah saja yang menjadi sesembahannya.
Sejarah mencatat bahwa dahulu banyak orang-orang kafir yang menyembah brahala. Brahala biasanya selalu kita identikan dengan patung, namun ternyata brahala yaitu segala sesuatu yang dengannya seseorang hingga selingkuh Allah karenanya.
Tidak sedikit orang yang banting tulang dari pagi hingga sore hari, mereka mencari uang hingga melupakan untuk melaksanakan kewajibannya terhadap Allah, mirip meninggalkan sholat 5 waktu dan puasa wajib. Jika hal ini terjadi, berarti uang telah menjadi brahala bagi orang tersebut, sehingga ia hingga melupakan Allah sebagai satu-satunya Dzat pemberi dan pemilik rezeki.
Pembagian Tauhid Beserta Penjelasannya
Berdasarkan pengkajian terhadap dalil-talil tauhid yang telah dilakukan oleh para ulama,telah disimpulkan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga macam. Adapun pembagian tauhi yang dimaksud yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat. Untuk lebih jelasnya mari kita simak penjelasaanya berikut ini :
1.Tauhid Rububiyah
Pengertian tauhid Rububiyah yaitu mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah Ta’ala yaitu Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17).
Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta, contohnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memperlihatkan rizqi, Allah yang mendatangkan angin ribut dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di nyatakan dalam Al Qur’an:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ
“Segala puji bagi Allah yang telah membuat langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1)
Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin, maupun kafir, semenjak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“Sungguh jikalau kau bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah membuat mereka?’, pasti mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Az Zukhruf: 87)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“Sungguh jikalau kau bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah membuat langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?’, pasti mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Al Ankabut 61)
Oleh alasannya yaitu itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bernama Abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal saat Abdullah diberi nama demikian, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentunya belum lahir.
Adapun yang tidak mengimani rububiyah Allah yaitu kaum komunis atheis. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Orang-orang komunis tidak mengakui adanya Tuhan. Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang kafir jahiliyah” (Lihat Minhaj Firqotin Najiyyah)
Pertanyaan, jikalau orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah semenjak dahulu, kemudian apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka berlelah-lelah penuh penderitaan dan menerima banyak perlawanan dari kaum kafirin? Jawabannya, meski orang kafir jahilyyah beribadah kepada Allah mereka tidak bertauhid uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat.
2. Tauhid Uluhiyyah
Pengertian Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Dalilnya:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (Al Fatihah: 5)
Sedangkan makna ibadah yaitu semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan tanggapan kebaikan bila melakukannya.
Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain.
Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini juga inti dari anutan para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36)
Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: “Dari tiga cuilan tauhid ini yang paling ditekankan yaitu tauhid uluhiyah. Karena ini yaitu misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu yaitu biar hanya Allah saja yang disembah, dan biar penghambaan kepada selainNya ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah Ath Thahawiyah).
Perhatikanlah, sungguh gila jikalau ada sekelompok ummat Islam yang sangat bersemangat menegakkan syariat, berjihad dan memerangi orang kafir, namun mereka tidak mempunyai perhatian serius terhadap tauhid uluhiyyah. Padahal tujuan ditegakkan syariat, jihad yaitu untuk ditegakkan tauhid uluhiyyah. Mereka memerangi orang kafir alasannya yaitu orang kafir tersebut tidak bertauhid uluhiyyah, sedangkan mereka sendiri tidak perhatian terhadap tauhid uluhiyyah??
3. Pengertian Tauhid Al Asma’ was Sifat
Pengertian Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia memutuskan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan memutuskan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah memutuskan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul). Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180)
Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits perihal nama atau sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai contohnya kata ‘istiwa’ yang artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’.
Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana.
Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang bisa menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.
Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah tasybih dan tafwidh.
Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya. Padahal Allah berfirman yang artinya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang mirip Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Lagi Maha Melihat” (QS. Asy Syura: 11)
Kemudian tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan memutuskan maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata ‘Allah Ta’ala memang ber-istiwa di atas ‘Arsy namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada Allah’. Pemahaman ini tidak benar alasannya yaitu Allah Ta’ala telah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Qur’an dan Sunnah biar hamba-hambaNya mengetahui.
Dan Allah telah mengabarkannya dengan bahasa Arab yang terperinci dipahami. Maka jikalau kita berpemahaman tafwidh maka sama dengan menganggap perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Al Qur’an yaitu sia-sia alasannya yaitu tidak sanggup dipahami oleh hamba-Nya.
Pentingnya mempelajari tauhid
Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jikalau kita tanyakan kepada mereka, apa itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang sanggup menjawabnya.
Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan artis-artis atau pemain sepakbola saja begitu hafal dengan nama, hobi, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka sehari-hari. Di sisi lain seseorang mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya.
Ia tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia tidak mentauhidkan Allah dengan benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Wal’iyydzubillah. Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar, bahkan inilah ilmu yang paling utama.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Sesungguhnya ilmu tauhid yaitu ilmu yang paling mulia dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, alasannya yaitu merupakan ilmu perihal Allah Subhanahu wa Ta’ala, perihal nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya” (Syarh Ushulil Iman, 4).
0 Response to "Penting Diketahui, Ini Pengertian Tauhid Dan Pembagiannya"
Posting Komentar