iklan banner

Meski Guru Honorer Gajinya Kecil, Anda Niscaya Dapat Sukses, Ini Buktinya !

Gb. Klikmania.net

Guru honorer atau biasa disebut juga dengan GTT (Guru Tidak Tetap), guru bantu, dan guru kontrak, merupakan sebuah profesi yang lebih banyak didominasi disandang oleh seluruh guru di Indonesia.

Guru honorer merupakan sebuah tahapan pengabdian, yang niscaya dialami oleh semua guru, sebelum balasannya bisa diangkat menjadi guru PNS (Pegawai Negeri Sipil).

Nasib guru honorer

Dari dulu hingga kini nasib guru honorer selalu ramai diperbincangkan, hal ini dikarenakan pendapatan mereka yang sangat tidak manusiawi. Sekarang, setidaknya seseorang harus menempuh pendidikan selama 16 tahun, untuk kemudian bisa menjadi seorang guru honorer profesional.

Dalam waktu tersebut tentu biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit, lebih dari cukup untuk membuka sebuah usaha gres yang bonafit tentunya..

Sebagai orang yang terjun eksklusif menjadi guru honorer, tentu penulis hapal betul bagaimana perasaan menjadi guru honorer itu. Beberapa orang mengatakan, menjadi guru honorer itu ibarat hendak memakan simalakama. Setelah direnungkan ternyata kata itu sangat sempurna untuk menggambarkan nasib guru honorer.

Ditengah kebutuhan yang begitu tinggi, disaat harga kebutuhan pokok semakin membutuhkan banyak rupiah, pendapatan yang didapat oleh guru honorer justru kurang dari kata wajar. Sangat jauh dari UMK (Upah Minimum Kota), atau UMP (Upah Minimum Provinsi).

UMK dan UMP, yang merupakan standarisasi upah seorang pekerja. Salah satunya dilandasi oleh harga kebutuhan pokok diwilayah tersebut, itu saja bisa kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup seorang pekerja, apalagi jikalau kurang dari itu.

Gaji guru honorer


Guru honorer yang diberikan gaji dengan nominal Rp.300.000 atau bahkan kurang dari itu, rasanya sangat tidak manusiawi. Rp.10.000/hari bahkan kurang, rasanya hanya cukup untuk membeli sarapan pagi, bahkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin, bagi guru honorer yang daerah kerjanya sangat jauh dari kediamannya.

Penulis yang tinggal di desa sering mempunyai mitra guru honorer, yang jarak tempuh dari rumahnya ke sekolah sangat jauh. Hal ini mereka lakukan alasannya diwilayahnya belum ada lowongan guru honorer, oleh alasannya itu meski jauh mereka rela bekerja sebagai guru honorer tersebut.

Lalu bagaimana jikalau guru honorer tersebut sudah berkeluarga atau bahkan punya anak ? Dari mana mereka bisa mencukupi kebutuhan keluarganya, kalau bukan dari bayaran pekerjaannya ?

Melihat fakta tersebut rasanya tidak salah, jikalau kita katakan bayaran mereka sangat tidak manusiawi. Namun kendati demikian, buktinya mereka hingga ketika ini masih banyak yang berprofesi sebagai guru honorer. Inilah bukti konkret mereka ibarat hendak memakan buah si malakama.

Seorang guru honorer tidak semuanya bekerja dengan panggilan hati, lebih banyak didominasi justru alasannya harapannya bisa menjadi salah satu PNS. Faktanya Indonesia senantiasa kekurangan guru, namun pemerintahnya seolah selalu menyampaikan ketidak mampuanya untuk membayar guru dengan layak, apalagi untuk mengangkat mereka menjadi PNS.

Ditengah cita-cita mereka yang tiada pasti, setiap tahun jumlah guru honorer semakin bertambah. Hal ini masuk akal alasannya ternyata jurusan keguruan meski dengan fakta demikian, ternyata masih sangat banyak diminati.

Sebagai sarjana yang mengambil jurusan keguruan, tentu kebanyakan berfikir tidak punya pilihan lain selain menjadi guru honorer. Seakan mereka telah mempersiapkan jiwa raga, untuk ikut berperang dalam cita-cita ketidak pastian, yang tak tahu hingga kapan nasib guru honorer akan ibarat itu.

Hingga balasannya banyak yang usianya hingga menua, mereka tetap dalam ketidak pastian pengangkatan. Bahkan senantiasa mempunyai banyak tentangan yang selalu bertambah setiap waktunya. Bersaing untuk bisa diangkat menjadi PNS, yang tak tahu kapan itu bisa di realisasikan.

Bukti Seorang Guru Honorer Bisa Sukses

Sumber : http://www.mpr.go.id

Rakim,S.Pd ialah salah satu guru honorer SD, yang sudah mengabdikan dirinya di SDN Karangbokong 03 lebih dari sepuluh tahun. Pria yang lahir di Brebes, 07 Februari 1985 tersebut, sudah menjadi guru semenjak sekitar tahun 2004 lalu. Semenjak bujangan hingga kini beliau sudah berkeluarga, dan mempunyai seorang anak, namun gejala dirinya bisa diangkat menjadi PNS belum juga muncul.

Jika dirinya terus berpangku tangan dan berharap pada PNS semata, tentu beliau hingga ketika ini masih hidup dalam kesusahan. Terus menerus dalam angan ketidak pastian, membiarkan anak dan istri ikut larut dalam ketidak mampuan. Gaji yang didapat dari sekolah selama bertahun-tahun hanya cukup untuk membeli kebutuhan rokoknya setiap hari.

Ya, Rakim,S.Pd merupakan salah satu perokok aktif, namun kendati beliau seorang guru honorer, beliau tak pernah pusing untuk membeli sebungkus rokok setiap harinya. Pria berusia 32 tahun tersebut kini telah mempunyai sebuah rumah mewah, warung klontong, satu unit kendaraan beroda empat dan dua motor, bahkan ditahun ini dirinya telah membuka sebuah minimarket.

Lalu bagaimana Rakim,S.Pd guru honorer dengan bayaran rendah bisa mempunyai aset sebanyak itu ?

Atas dasar itulah goresan pena ini dibuat, dengan sejarah kesuksesannya, penulis sangat berharap para guru honorer bisa mengikuti jejaknya, untuk sukses sedini mungkin tanpa harus menunggu hingga menjadi PNS, yang tak tahu apakah itu bisa terwujud atau hanya angan semata?

Berikut beberapa hal yang penulis amati dari sosok Rakim,S.Pd. semoga bisa memotivasi kawan-kawan semua, khusunya para guru honorer.

Guru Honorer Pemilik Warung Kelontong

Bus rombongan PGRI diambil dari FB Rakim,S.Pd


Sebagai guru honorer Rakim,S.Pd juga niscaya pernah mencicipi pahitnya usaha sulit, bagaimana memperjuangkan diri untuk bisa diangkat menjadi PNS, atau bahkan menikmati panas dan berjubelnya manusia, ketika harus berdemonstrasi memperjuangkan haknya pada pemerintah.

Namun demikian, disaat yang lain terlalu fokus pada nasib pekerjaannya, dirinya justru lebih fokus untuk merintis sebuah usaha. Menurut pengamatan penulis, seorang guru honorer tersebut memulai usahanya, dengan menciptakan warung kelontong.

Sedikitnya jumlah warung di wilayahnya, telah menciptakan warung tersebut di gandrungi banyak pembeli. Alhasil warungnya perlahan-lahan berkembang, semakin lengkap dan menghasilkan omset yang lumayan.

Dalam kesibukannya sebagai guru honorer, disamping membuka sebuah usaha klontong, dirinyapun mempunyai usaha sampingan lain. Selain menjadi anggota BPD di Desanya, dirinya juga menjadi juragan cabe. Banyak para petani yang menjual cabai padanya, selain harganya relative lebih mahal, pembayarannyapun selalu kontan.

Dirinya mengaku dalam sehari bisa mendapatkan keuntungan ratusan ribu, dari usaha jual beli cabai ini. Sehingga tak ayal dirinyapun pernah mengungkapkan, bahwa uang dari pendapatannya sebagai guru honorer tidak pernah diberikan pada istrinya.

Tentu saja, alasannya uang tersebut ia kelola untuk berbagi usahanya. Uang sebulan yang bisa ia dapatkan selama sehari dari jualan cabai , tentu istri tak akan komplain meski uang hasil bulanan tersebut tak diberikan padanya.

Selain Guru Honorer Diapun Petani yang Handal

Bawang dan Mobil milik Rakim,S.Pd


Didesa umumnya seorang guru itu selain mengajar ia juga berkebun. Hal ini juga dilakukan oleh Rakim,S.Pd, selain banyak sekali usaha yang dimilikinya dirinya juga berkebun bawang merah.

Alhasil satu unit kendaraan beroda empat kolam terbuka yang dimilikinya, selain dipakai untuk mencari penumpang, dan belanja untuk kebutuhan warungnya, ia juga dipakai untuk mengangkut bawang merah ataupun cabe.

Sebagai petani yang berprofesi sebagai guru dan pekerjaan lain, tentu beliau harus arif mengatur waktu. Setelah pulang dari sekolah, selain bekerja untuk pekerjaannya yang sudah disebutkan tadi, dirinya juga sewaktu-waktu harus ke kebun bawangnya. Baik untuk menyemprot pestisida ataupun pekerjaan mengerjakan pekerjaan lain, yang umumnya dikerjakan para petani dikebun.

Pasang surut, rugi atau menghasilkan dalam dunia pertanian ialah bumbu. Sebagai seorang petani tentu harus menyadari itu. Menurutnya selama kita masih terus berusaha setiap kegagalan niscaya akan diganti dengan banyak sekali keberhasilan.

Seperti isu terkini ini misalnya, hampir semua petani di Brebes menjerit. Mereka dihadapkan pada banyaknya hama ulat, dan rendahnya harga bawang merah.

Namun demikian mengalah bukan pilihan, selama tanah masih ada dan nyawa masih dikandung badan, para petani tetap semangat berkarya, menyongsong hari yang cerah, membuka lembaran gres demi mengganti rugi menjadi untung tadi.

Putri Mart Sebagai Bukti Kesuksesan Guru Honorer Ini

Putrimart mart milik Rakim,S.Pd

Belum usang ini Rakim,S.Pd, mendirikan sebuah mini market yang ia beri nama Putri Mart. Nama tersebut diambil dari nama putri pertamanya, Putri Mutia W.

Seperti biasa, mini market yang didirikannya selalu ramai pembeli. Menyediakan barang dagangan yang lengkap, menciptakan banyak konsumen lebih menentukan belanja ditempatnya, padahal kini warung diwilayahnya mulai banyak.

Setelah Putri Mart didirikan tentu penghasilan diapun semakin bertambah, tak ayal anaknyapun dalam sehari bisa menabung paling kecil sebesar Rp.50.000,00 hingga Rp.200.000,00.

Rakim,S.Pd dan putrinya serta data tabungan anaknya tersebut

Sebagai guru yang mengajar anaknya, tentu penulis hapal betul bagaimana anaknya menabung setiap harinya. Jika dikalkulasikan rata-rata seratus ribu dirinya menabung perharinya. Jumlah yang sangat besar bagi seorang anak guru honorer tentunya.

Motivasi dari Kisah Rakim,S.Pd

Rakim S.Pd, seorang guru honorer yang telah mengabdi belasan tahun, telah membuktikan kepada kita semua akan pentingnya berusaha. Sebagaimana para pakar finansial yang menyampaikan jangan pernah mempunyai satu sumber penghasilan, itu sangat sempurna untuk menggambarkan sejarah kesuksesannya ini.

Sebagai guru honorer, jikalau kita hanya mengandalkan pendapatan bulanan tentu kita takan bisa bertahan hidup. Anak kita akan merengek, menangis meminta dibelikan mainan, baju baru, atau sekedar jajan. Sebagai guru yang berpenghasilan rendah, kita hanya bisa mengelus dada, mengusap air mata di pipi anak, bahkan di pipi kita sendiri.

Kita takan mungkin bisa mencukupi kebutuhan hidup, jikalau kita hanya mengandalkan pendapatan dari guru honorer. Kita takan bisa menikah, mengurus anak dengan baik, bahkan membeli beras sekalipun.

Oleh alasannya itu ketika kita tetapkan untuk menjadi seorang guru, carilah pula secepatnya cara mencari penghasilan dengan usaha lain. Agar kita bisa tetap makan, semoga kita bisa tetap membeli baju, semoga kita tetap bisa membeli sepatu yang setiap beberapa bulan sekali bisa sobek, atau semoga kita bisa membawa istri atau anak kita berobat ketika mereka sakit.

Jangan terlena pada cita-cita semu, cita-cita yang tak pasti! Tidak ada jaminan kita bisa jadi PNS, bahkan tak ada jaminan kita bisa hidup hingga jadi PNS. Waktu kita ialah sekarang, bukan esok apalagi nanti.

Waktu sekaranglah penentu kehidupan kita esok hari dan nanti. Waktu sekaranglah penentu kita bisa membeli beras, atau hanya menumpuk hutang di warung.

Bergegaslah mitra ! Bergegaslah untuk berusaha !
Karena kau bukan hanya diwajibkan mendidik dan mengajar bawah umur Bangsa, namun kamupun harus menghidupi dirimu dan juga keluargamu.



Menjadi seorang wirausaha ketika kita menjadi guru honorer ialah sebuah tuntutan financial. Meskipun kita sadar menjadi guru bukanlah hanya untuk sekedar materi, namun lebih dari itu untuk urasan ibadah. Menjadi guru ialah sebuah bentuk dedikasi konkret pada Tuhan, yang akan memberi efek besar bagi kehidupan kita di alam setelah kematian.

Namun demikian, kitapun tak bisa memungkiri bahwa mencari nafkah untuk keluarga ialah wajib. Memberikan kecukupan harta pada keluarga, hingga kita bisa bederma dengan harta tersebut, tentu itu lebih baik dimata Tuhan dan manusia. Oleh alasannya itu wirausahalah jawabannya.

Dengan modal yang minimpun, penulis yang juga berprofesi sebagai guru honorer bisa membuka usaha. Bahkan dari usaha ini, terkadang penulis bisa menghasilkan keuntungan higienis hingga Rp.500.000,00/hari. Tentu sangat jauh jikalau dibandingkan pedapatan penulis sebagai guru honorer, Rp.300.000,00 namun harus menunggu satu bulan.

Namun demikian, ibadahlah satu-satunya alasan yang menguatkan penulis, untuk tetap bekerja dan berkarya demi anak bangsa.

Bagi teman yang berprofesi sebagai guru honorer, berikut penulis berikan beberapa usaha alternative, semoga tetap bisa menghidupi keluarga meski masih tetap berprofesi sebagai guru honorer.


Penulis sangat merekomendasikan teman yang berprofesi sebagai guru honorer, untuk juga berprofesi sebagai seorang penulis. Sobat bisa menulis untuk kemudian dikirimkan ke media cetak atau bahkan media online.

Banyak situs-situs yang bisa mendapatkan goresan pena dan membayarnya dengan rupiah, puluhan hingga ratusan ribu, silahkan teman bisa cari di google.

Bahkan situs yang teman sedang bukapun sekarang, Klikmania.net, bisa mendapatkan goresan pena sobat, dan dibayar puluhan ribu rupiah tentunya.

Jika rata-rata teman bisa menulis satu buah goresan pena saja dalam sehari, kemudian dibayar Rp.50.000,00 maka dalam sebulan teman sudah mempunyai Rp.1.500.000,00, apalagi jikalau dalam sehari teman bisa menciptakan dua, tiga tulisan, tentu teman bisa hitung sendiri hasilnya.

Enaknya lagi jadi penulis, teman bisa melaksanakan pekerjaan ini kapan saja, terutama jikalau ada waktu luang. Bisa ketika jam istirahat, setelah sholat shubuh, malam hari, pulang dari sekolah dan lainnya.

Menulis ialah pekerjaan ringan dan menghasilkan, dan sesuai bidang teman tentunya. Hal ini dikarenakan menulis dan membaca merupakan bab dasar dalam dunian pendidikan.

2. Membuka Warung Klontong

Membuka warung klontong juga sangat cocok untuk para guru honorer, hal ini dikarenakan selain pekerjaannya santai juga bisa dikerjakan ketika pulang sekolah.

3. Membuka percetakan

Dunia pendidikan sangat bersahabat kaitannya dengan dunia percetakan. Terlebih ketika ini, jadwal BOS (Bantuan Oprasional Sekolah), selalu menuntut pembuatan laporan setiap triwulannya.

Hal ini pertanda bahwa sekolah telah ikut berperan dalama meramaikan usaha percetakan. Untuk membuka usaha percetakan setidaknya teman membutuhkan dana awal sekitar 6 juta.


4. Kaprikornus Petani

Bagi yang tinggal di desa, penulis juga menganjurkan pekerjaan ini. Banyaknya areal persawahan, telah menciptakan banyak guru honorer mempunyai peluang besar untuk bisa jadi petani.

Untuk mengurus sawah atau tanamannya, teman tidak usah bingung. Sobat bisa menyuruh orang untuk bekerja dengn system bagi hasil, dengan demikian kita tidak perlu repot lagi untuk ke kebun. Kaprikornus status teman sebagai petani, tidak akan mengganggu proses berjalannya pendidikan, bukan ?

Nah demikianlah, beberapa usaha yang penulis rekomendasikan untuk teman yang berprofesi sebagi guru honorer. Tentu masih banyak lagi jenis usaha lain, yang semuanya itu harus diubahsuaikan dengan lingkungan dimana daerah tinggal, dan profesi teman sebagai guru honorer tentunya.

Jangan mengalah kawan, tetaplah berbaik sangka pada Allah. Semoga dengan teman tetap menjadi guru honorer rezeki teman akan dimudahkan, alasannya hakikatnya rizki itu mutlak hanya dari Allah, bukan dari pekerjaan atau hal lainnya.

Semoga goresan pena ini bisa berkhasiat dan menginspirasi . . .

Salam Kepedulian





Sumber http://inspirasi-dttg.blogspot.com

0 Response to "Meski Guru Honorer Gajinya Kecil, Anda Niscaya Dapat Sukses, Ini Buktinya !"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel