iklan banner

Mahasiswa Umus Bercerita : 5 Tahun Berjuang Demi Sanggup Kuliah, Sehabis Sanggup Almamater Di Bakar, Ini Alasannya Yaitu



Melihat kawan-kawan berjuang hati saya begitu senang melihatnya, ini bukan problem semoga kita populer atau apa. Namun bahagianya saya alasannya ialah ternyata saya benar-benar mempunyai soudara di kampus. Bagi saya mempunyai sepuluh sahabat p0juang lebih berharga dari pada ratusan sahabat yang lebih menentukan mendekati penguasa hanya demi laba keduniaan.

Tahukah kalian kawan, hati saya bergetar ketika melihat video usaha kalian di Facebook. Bahkan semua tubuh terasa mengigil, dan mata tak terasa berlinang ketika saya dengar kalian menyanyikan lagu mengheningkan cipta.

Saya sempat berfikir jiwa p0juang itu mulai hilang, namun sesudah melihat agresi kalian saya gres sadar pemilik jiwa p0juang itu masih banyak, dan ternyata ada disekitar saya sendiri.

Saya memang tak dapat ikut berjuang bersama kalian dua hari itu, tapi perlu kalian tahu saya terus memantau usaha kalian. Berbagai cara saya lakukan semoga dapat ada ditengah-tengah kalian, namun kehendak-Nya menentukan saya tetap di Kamal.




Hari ini saya ambil jas almamater yang selama lima tahun saya perjuangkan untuk memakainya. Lima tahun bukan waktu yang sebentar, banyak air mata, rasa sakit dan usaha saya untuk kesannya dapat mengenakan jas almamater pujian tersebut.

Saya masih ingat ketika Ospek pernah bercerita sejarah saya pada kalian semua. 2008 sesudah kelulusan SMK, saya bekerja di Jakarta semoga dapat kuliah. Hampir menjadi mahasiswa BSI (Bina Sarana Informatika) namun gagal , harus pulang alasannya ialah sakit dan orangtua tak merestui.

Sayapun pernah bekerja di Bandung, dengan tujuan dapat kuliah di TDC Bandung, tapi semua itu gagal, alasannya ialah ternyata mengumpulkan uang untuk biaya hidup saja susah, apalagi kalau untuk biaya kuliah.

Pun demikian ketika saya jadi sales, atau jadi pedagang bakso di Cirebon, tujuan utamanya cuma satu, semoga dapat melanjutkan kuliah. Namun ternyata sekali lagi Allah mengajarkan pada saya untuk lebih menghargai jasa dan usaha orangtua saya, alasannya ialah ternyata mengumpulkan uang itu SUSAH.

Saya pria mitra tapi jujur saya sering menangis saking inginnya saya kuliah. Setiap melihat mahasiswa mengenakan jas almamaternya hati ini terasa sakit, rasanya ingin sekali dapat menyerupai mereka. Terlebih ketika beberapa kali mahasiswa dari sebuah Universitas melaksanakan aktivitas KKN di Desa saya, saya hanya dapat teriak mengadu kepada Tuhan, sembari mengeluarkan penatnya tekanan didada.

Alhamdulillah penderitaan panjang tersebut mulai berakhir, alasannya ialah pada tahun 2013, ketika saya bekerja di Firna Gelass Indonesia, saya melihat UMUS Brebes di internet. Akhirnya saya pulang, meninggalkan honor saya yang mulai besar. Sayapun rela menjual Mega Pro yang saya miliki demi menambah biaya untuk biaya hidup, dan kuliah tentunya.

Bekerja sambil kuliah dari awal hingga sekarang ialah rutinitas saya, menyadarkan saya betapa perih dan susahnya orangtua kita membiayai pendidikan kita selama ini.

Perih rasanya kalau ingat itu, namun hari ini mitra dengan sadar dan tanpa paksaan saya tunjukan pada kalian akan makna sebuah usaha dan solidaritas. Jas almamater pujian yang saya tunggu bertahun-tahun untuk dimiliki, hari ini rela saya bakar semua demi perjuangan.



Saya paham betul pihak warek dan yayasan menganggap agresi kita hanya main-main, hanya gertakan semata. 

Meski kita sama-sama tahu mitra agresi kita sudah menjadi sentra perhatian Nasional, bahkan dari sumber terpercaya kita tahu KOPERTIS 6 JATENG mewakili KEMENRISTEK –DIKTI niscaya tiba ke UMUS  untuk memediasi kita dengan pihak kampus dan yayasan. Namun rasanya hal itu belum cukup untuk membuktikan pada mereka akan kesungguhan apa yang kita ucapkan.

Saya mewakili kalian semua kawan, dengan tegas menyatakan agresi kita bukanlah lawakan belaka. Terimakasih satu persatu dari kalian sudah saling mengingatkan untuk kita tidak pernah berubah haluan dan pendirian. 

Saya yakin pa Muhadi masih ingat, ketika saya dan kawan-kawan berkunjung ke rumahnya untuk meminta kepastian terkait akreditasi, kala itu saya katakan pada dia saya dan kawan-kawan akan mundur kalau kampus tidak segera diakreditasi.
Saya tidak suudzon  pa  Muhadi menganggap agresi kita main-main, namun saya yakin ada yang menghipnotis dia untuk menganggap agresi kita hanya gertakan.

Jika dia membaca goresan pena ini, saya ingin sampaikan ini pada dia :

Pa Muhadi yang saya hormati, terimaksih telah banyak menginpirasi kami selama ini. Pertemuan kita dulu telah menawarkan keuatan gres dalam diri saya. Setidaknya semenjak pertemuan itu semakin menyadarkan saya, bahwa sukses itu bukan alasannya ialah gelar atau Ijazah, terlebih ketika itupun bapa bertanya apakah saya tidak ingin jadi pengusaha.

Pertanyaan bapa menyadarkan dan membuka fikiran saya akan besarnya peluang sukses dari wirausaha, Karena buktinya pa Muhadi yang lulusan MTS saja dapat mempunyai banyak perusahaan, karyawan sarjana, bahkan Dokotor dan Profesor, dari hasil wiraswasta.

Oleh alasannya ialah itu saya dan kawan-kawan yang semester final tentu tidak takut untuk mundur dari UMUS, alasannya ialah selama di kampuspun kami sering dididik untuk jadi seorang pengusaha. Usia saya yang 28 tahun saja berani, apalagi teman-teman saya yang usianya lebih belia, jalan mereka lebih mulus untuk meraih kesuksesan atau sekedar pindah kampus.” 

Semoga dia membaca, atau kalau tidak akan ada yang memberikan pesan singkat saya tersebut.

Padahal kalau pa Muhadi mau mendengarkan kami, gotong royong agresi ini salah satunya ialah lambang kepedulian kami padanya,bahkan kami berkunjung ke rumah dia kala itupun, selain alasannya ialah ingin kepastian ratifikasi juga alasannya ialah sangat sayang beliau. 

Selain mahasiswa banyak staf dan dosen yang curhat pada saya, akan ketidak nyamanan yang ditimbulkan oleh wakil rektor yang berdasarkan mereka ialah soudara pa Muhadi sendiri. Saya sangat yakin alasannya ialah relasi darah inilah yang kesannya menyebabkan 2 rektor tak nyaman menjabat di UMUS. 

Perlu bapak ketahui, semua Rektor UMUS ialah orang-orang berkualitas, begitupun Dekan, Kaprodi, Dosen dan semua setaff. Mereka paham betul bagaimana caranya menciptakan orang lain nyaman bersamanya.

Buktinya saya pernah curhat problem langsung dengan Kaprodi PGSD hingga malam diruangannya, saya dan teman-teman juga pernah berkunjung dan bermain di rumah pa Dekan. Lebih dari itu saya pernah ngobrol berdua dengan rektor di teras kelas, dialog yang hangat dan sangat kekeluargaan.

Ikatan kami semua warga UMUS lebih berpengaruh dibanding ikatan darah pa, kami semua peduli sama UMUS dan engkau.

Namun demikian kalau bapak lebih menentukan percaya pada soudara bapa dibanding kami, maka itu ialah hak bapak, itu ialah pilihan bapak. Bapak bebas memilih, dan kamipun akan tetap pada pilihan kami.

Bagi dosen dan staf kami mahasiswa berharap untuk tidak menjadi orang-orang yang pengecut untuk pertanda sebuah kebenaran. Mari berjuang bersama kami untuk membebaskan UMUS dari penghalang kemajuannya.

Melalui goresan pena ini sayapun ingin mengucapkan banyak terimakasih pada teman-teman seperjuangan yaitu mahasiswa UMUS. Semoga agresi kita dapat diketahui oleh seluruh mahasiswa di Indonesia, dan menjadi wangsit akan besarnya kekuatan persatuan dan kesatuan, bahkan lebih dari itu wangsit perjuangan.

Buktikan pada Indonesia bahwa fungsi mahasiswa sebagai biro perubahan itu masih berlaku.

Jika usaha kita membuahkan hasil kawan, bersyukurlah alasannya ialah berarti kita telah menciptakan sejarah yang Insya Allah sangat bermanfaat untuk generasi sesudah kita. Namun kalau usaha kita justru tidak ada artinya sama sekali, tetaplah besar hati alasannya ialah kita tetap mewariskan keberanian para p0juang kita dahulu dalam memperjuangkan haknya. Karena tanpa jiwa menyerupai itu maka bukan hal yang tidak mungkin kalau hingga ketika ini kita masih berada dalam kekuasaan para penjajah.

Semoga Allah selalu mempermudah segala urusanmu kawan, diberikan rizki dari jalan yang tak terduga semoga engkau semakin percaya akan kekuasaan yang mutlak hanya milik-Nya.

Salam usaha kawan….

Semoga goresan pena ini dapat mempunyai kegunaan untuk suatu perubahan yang lebih baik.

Hormat saya

Detatang – Mahasiswa PGSD semester 8 
NIM : 862061300034. 









Sumber http://inspirasi-dttg.blogspot.com

0 Response to "Mahasiswa Umus Bercerita : 5 Tahun Berjuang Demi Sanggup Kuliah, Sehabis Sanggup Almamater Di Bakar, Ini Alasannya Yaitu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel