iklan banner

Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya Dan Agama Kerajaan Majapahit

Jelaskan bagaimana kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan agama Kerajaan Majapahit? Pertanyaan tersebut merupakan fokus utama yang akan kita analisis pada pembahasan kali ini. Menurut para jago sejarah, Kerajaan Majapahit yaitu salah satu kerajaan yang bercorak Hindu Budha yang pernah bangun di Nusantara dan dianggap sebagai kermaharajaan terbesar dalam sejarah Indonesia. Pendapat para jago tersebut didasari oleh aneka macam sumber sejarah kerajaan Majapahit yang berhasil ditemukan, baik itu berasal dari dalam maupun luar negeri. Bukti atau sumber sejarah berdirinya kerajaan Majapahit berasal dari peninggalan berupa prasasti, candi, arca dan catatan-catatan sejarah lainnya.


Sumber sejarah tersebut memuat info yang sanggup dipakai untuk mengetahui bagaimana kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan agama di Kerajaan Majapahit. Berdasarkan sumber-sumber tersebut, sanggup diketahui bahwa kerajaan bercorak Hindu Budha ini bangun pada tahun 1293 hingga 1500 masehi. Sementara itu berdasar bukti yang sudah ditemukan, diketahui bila letak kerajaan Majapahit yaitu berada di Jawa Timur, namun lebih rinci lagi ternyata ibukota Majapahit beberapa kali mengalami perpindahan dari raja-raja yang pernah berkuasa pada masa itu.
 sosial budaya dan agama Kerajaan Majapahit Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Agama Kerajaan Majapahit
Masa kejayaan Kerajaan Majapahit berlangsung dikala dipimpin oleh raja Hayam Wuruk, yaitu pada tahun 1350 hingga 1389 masehi. Saat itu kehidupan rakyat di kerajaan Majapahit makmur dan sejahtera. Selain itu, wilayah kekuasaannya sangat luas, membentang dari Sumatera, Semenanjung Malaya, Jawa, Kalimantan, hingga ke Indonesia timur. Lalu bagaimana kehidupan politik, sosial, ekonomi kerajaan Majapahit? Berikut ini penjelasannya.

Kehidupan Politik Kerajaan Majapahit

Tokoh pendiri kerajaan Majapahit berjulukan Raden Wijaya, ia mendirikan kerajaan ini pada tahun 1293 masehi. Raden Wijaya lalu menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Kertajasa Jayawardhana. Namun masa pemerintahannya hanya berlangsung sebentar, lantaran sesudah 16 tahun memimpin ia lalu wafat.  Penggantinya berjulukan Kalagemet dengan gelar Sri Jayanegara.

Ia merupakan putera Raden Wijaya. Berkuasa dari tahun 1309 hingga 1328 masehi. Berakhirnya kekuasaaan Sri Jayanegara disebabkan lantaran dibunuh oleh seorang tabib yang mempunyai dendam. Kalagemet lalu digantikan oleh Tribuwanatunggadewi yang merupakan saudara perempuannya. 

Raja ketiga ini memerintah dari tahun 1328 hingga 1350. Pada masa pemerintahannya, muncul tokoh pemberani dan berpengaruh berjulukan Gajah Mada yang lalu diangkat menjadi Mahapatih Amangkubumi, lantaran berhasil meredam pemberontakan yang terjadi.

Tribuwanatunggadewi mempunyai seorang putera berjulukan Hayang Wuruk yang lalu menggantikannya sebagai raja pada tahun 1350. Dibawah pemerintahan Hayam Wuruk bersama patih Gajah Mada, kerajaan Majapahit mengalami puncak kejayaan dengan berhasil menaklukkan aneka macam kerajaan di Nusantara.

Kehidupan politik kerajaan Majapahit sudah teratur dengan baik. Majapahit menjalin relasi dengan kerajaan-kerajaan lain di luar Nusantara, menyerupai dengan kerajaan China, Champa, Siam dan Kamboja. Hal ini dibuktikan dari beberapa sumber yang menyebutkan bahwa pada tahun 1370 hingga 1381, kerajaan Majapahit telah mengirimkan beberapa kali utusan persahabatan ke kerajaan di China (Tiongkok).

Kekuasaan di kerajaan Majapahit bersifat teritorial dan desentralisasi, didukung dengan birokrasi yang rinci. Raja Majapahit dianggap sebagai penjelmaan yang kuasa tertinggi, maka mempunyai otoritas politik tertinggi sebagai penguasa. Seorang raja dibantu oleh pejabat-pejabat birokrasi.  

Berikut ini susunan pemerintahan dari pusat ke tempat di Kerajaan Majapahit :
  1. Bhumi (pusat kerajaan), dipimpin oleh Maharaja.
  2. Negara (provinsi), dipimpin oleh bhre (pangeran), rajya (gubernur), natha (tuan), adipati atau bhatara.
  3. Watek (Kabupaten), diperintah oleh Tumenggung
  4. Kuwu (lebih tinggi dari Kecamatan), diperintah oleh demang.
  5. Wanua (desa), dipimpin oleh thani.
  6. Kabuyutan (dusun kecil) atau padukuhan, dipimpin oleh kepala dukuh atau seorang buyut.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Majapahit

Bagaimana kehidupan ekonomi kerajaan Majapahit diketahui dalam beberapa isi prasasti yang berhasil ditemukan. Di dalam prasasti-prasasti disebutkan bergotong-royong masyarakat di kerajaan Majapahit telah mengenal mata pencaharian sebagai pengrajin emas, penjual minuman, tukang daging, dan pengrajin perak.

Jika kita analisis, kehidupan masyarakat di bidang ekonomi sudah mengalami perkembangan ke arah kemajuan, di mana mata pencaharian mulai bervariasi, tidak hanya mengandalkan bidang pertanian saja. Penduduk yang bermata pencaharian di luar pertanian semakin meningkat.

Berdasarkan catatan dari Wang Ta-Yuan (pedagang Tiongkok), ia menyebutkan bahwa komoditas ekspor di Pulau Jawa pada zaman kerajaan Majapahit mencakup kain, garam, lada dan burung abang tua. Sementara jenis barang yang diimpor menyerupai emas, perak, mutiara, sutera, perak, besi dan keramik.

Kemajuan kehidupan ekonomi di Kerajaan Majapahit tercermin pada mata uang yang sudah dipergunakan. Jenis mata uang yang berhasil dibentuk yaitu dari materi adonan perak, timah putih, timah hitam dan tembaga. Selain itu, menurut catatan biarawan Nasrani Roma berjulukan Odorico, ia menyebutkan bahwa dikala mengunjungi istana Jawa, ia melihat istana tersebut penuh dengan suplemen emas, perak dan permata.

Baca Juga : Kehidupan Ekonomi dan Politik Kerajaan Tarumanegara

Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Majapahit

Di dalam kehidupan sosial masyarakat kerajaan Majapahit mengenal sistem kasta menyerupai di India, lantaran kerajaan ini bercorak Hindu. Namun sistem kasta di kerajaan Majapahit hanya bersifat teoritis saja dalam kehidupan Istana. Seperti yang kita ketahui, terdapat empat kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisaya dan Sudra. 

Namun terdapat golongan lain di luar lapisan tersebut, yaitu Candala, Melccha, dan Tuccha. Golongan tersebut merupakan orang-orang terbawah dari lapisan sosial masyarakat di kerajaan Majapahit.  Brahmana yaitu kaum pendeta, kesatria merupakan keturunan raja atau pewaris raja, waisya terdiri dari pedagang dan orang-orang yang menggeluti bidang pertanian dan peternakan, sedangkan kaum Sudra yaitu budak.

Berdasarkan aspek kedudukan sosial dalam masyarakat di Kerajaan Majapahit, status perempuan lebih rendah dibandingkan dengan pria. Hal ini terlihat dari kewajiban perempuan hanya melayani suami, dilarang ikut campur dalam urusan apapun. Peraturan ini tertera dalam perundang-undangan di kerajaan Majapahit dengan tujuan pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan sanggup dihindari.

Kehidupan budaya kerajaan Majapahit berkembang pesat, terutama di bidang seni sastra. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sastra yang dihasilkan, menyerupai kitab Negarakretagama, Kitab Sutasoma, Kitab Kunjarakarna dan lain sebagainya. Kerajaan Majapahit juga meninggalkan banyak jejak sejarah kebudayaan berupa prasasti dan candi.

Kehidupan Agama Kerajaan Majapahit

Sudah disinggung diatas bergotong-royong kehidupan agama di kerajaan Majapahit yaitu Hindu dan Budha. Kedua agama ini saling bersandingan dan toleransi beragama pada dikala itu dijunjung tinggi. Hal ini dibuktikan pada masa raja Hayam Wuruk yang merupakan penganut Hindu Syiwa dan patihnya Gajah Mada beragama Budha. 

Kehidupan agama kerajaan Majapahit juga banyak disinggung dari kitab Sutasoma karangan Empu Tantular, salah satu kutipan isinya yaitu "Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa", kutipan tersebut hingga dikala ini juga dipakai sebagai semboyan bangsa Indonesia.

Baca Juga :
Demikian pembahasan mengenai Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Agama Kerajaan Majapahit. Semoga pembahasan kali ini bermanfaat dan berkhasiat bagi pembaca semua. Baca juga artikel menarik dan informatif lainnya seputar kerajaan-kerajaan Hindu Budha maupun kesultanan Islam di Nusantara. Terimakasih.

Sumber Referensi :
  1. Muljana, Slamet. 2005. Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. halaman 63.
  2. Poesponegoro, M.D. Notosusanto, N. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka. Halaman 420-451.
  3. Wikipedia.

Sumber http://sumbersejarah1.blogspot.com

0 Response to "Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya Dan Agama Kerajaan Majapahit"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel