iklan banner

Bekerja Itu Ibadah, Rezeki Urusan Allah


Tiada yang tahu dimana kita akan menemukan rezeki kita. Siti Hjar, Istri dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Tatkala Allah perintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkannya bersama Si kecil Ismail disebuah padang tandus. Dihari-hari awal, ketika bekal masih cukup galau tak menyambanginya. Namun ketika bekal semakin menipis, Ismail kecil mulai menangis lantaran kekurangan asi, diapun berdiri.
     Tak sedikitpun merutuki nasib. Tak menyalahkan apapun dan siapapun. Dia mulai berlari mencari mencari sumber air  Dilakukan segala hal yang ia sanggup untuk mendapat air. Berulangkali rute Sofa-Marwah ditempuhnya dengan berlari. Meski lelah, ia tak berhenti berprasangka baik kepada Allah. Tak pernah terbayangkan kalau ternyata air zam-zam malah muncul dibalik kaki Ismail kecil.
    Selama ini kita salah pemahaman, kita memaknai rezeki sebagai hasil dari bekerja, hasil kerja keras kita, hasil kita banting tulang, peras keringat. Itu sebabnya kita berlomba-lomba mencari pekerjaan, lomba-lomba buka usaha, lomba-lomba menghabiskan sebagian besar waktu dan umur produktif kita hanya untuk menyibukan diri mencari rezeki Ilahi. Padahal rezeki itu dari Allah bukan dari hasil kita bekerja. Bekerja itu hanya ikhtiar, proses mendapat rezeki, tapi sanggup tidaknya, tetap Allah yang tentukan.
   Maka tak heran kadang kita sudah bekerja keras tapi malah kadang tak mendapat hasil yang sesuai harapan, tak sanggup rezeki, kita bilang kita sudah melaksanakan analisa kelayakan perjuangan tapi di lapangan toh perjuangan kita malah merugi. Melakukan kerjasama dengan pihak yang terpercaya, malah uang kita dibawa kabur. Bukan untung yang didapat tapi buntung!

    Bolehkah tidak Bekerja ?  
    Kalau rezeki itu yakni urusan-Nya jadi boleh dong kita leha-leha tinggal menunggu jatuhnya rezeki dari langit? Ini juga pemahaman yang salah. Allah memang penentu rezeki kita tapi kepantasan untuk mendapatkannya ditentukan oleh kita sendiri. Ibadah, amal saleh, kebaikan yakni cara kita memantaskan diri di hadapan-Nya, semoga Allah ridha dengan amal ibadah kita dan berkenan memutuskan ajakan kita, termasuk dalam hal rezeki.
   Kerja itu ibadah. Lewat pekerjaan yang kita lakukan kita jadi bermanfaat bagi banyak orang. Dokter menolong mengobati orang sakit, memberi resep, memperlihatkan obat, melaksanakan penanganan medis padanya. Dari jasanya sebagai dokter ia mendapat uang yang dibayarkan pasien. Apakah uang itu rezeki yang didapatkan dari hasil bekerja mengobati pasien? Bukan !
   Siapa yang menyembuhkan penyakit? 
Bukan dokter,suster,obat,tindakan medis, tapi Allah.
Melakukan pengobatan itu yakni ikhtiar mencari kesembuhan sambil terus berdoa memohon kesembuhan dari-Nya. Kaprikornus dokter tidak menyembuhkan dan orang tidak membayarnya untuk menyembuhkannya. Dokter menolong orang lantaran ia punya ilmunya (dia pernah berguru dan lebih paham hal ikhwal penyakit dibanding orang awam). Mengapa dokter menolong orang? Karena ia menginginkan ridha Allah pada setiap perbuatannya, yang nantinya akan dipertanggung jawabkan di alam abadi kelak. Jika dari perbuatan itu ia diberi rezeki itulah bonus dari Allah.
   Rezeki yang diterima seorang dokter yakni kegembiraan ketika melihat impian terpancar dari wajah pasiennya, impian akan kesembuhan dari penyakit. Rona senang terpancar dari pasien yang tadinya terbaring lemah lantaran sakit menjadi berpengaruh beraktivitas kembali. Dokter itu merasa senang dengan membahagiakan orang lain. Dia memudahkan jalan pasiennya menuju kesembuhan. Amal kebaikan yang dilakukan dokter itulah yang memudahkan rezekinya masuk . Allah menyukai hamba-hamba-Nya yang berbuat baik.

Bekerja Itu Ibadah, Rezeki Itu Urusan Allah
Pasang iklan disini


   Seperti dongeng Siti Hajar mencari rezeki dengan melaksanakan ikhtiar berlari, ternyata Allah berikan rezeki dari daerah yang tidak terduga. Demikianlah Allah memperlihatkan rezeki bagi orang yang bertaqwa dari jalan yang tidak terduga, tidak selalu melalui jalan ikhtiarnya, dimana daerah rezeki itu berada terserah Allah. Tugas kita hanya beribadah dan bekerja sesuai dengan isyarat Allah.
   Antara bekerja dan rezeki, bukanlah dua hal yang selalu harus menjadi aturan alasannya yakni akibat, lantaran rezeki kadang perlu kita tafakuri. Rasulullah pernah bersabda bahwa “Sesungguhnya rezeki itu akan mencari seseorang dn bergerak lebih cepat dari pada ajalnya.”
   Imam Al Ghazali pernah mengucapkan bahwa sanggup jadi engkau tidak tahu dimana rezekimu, namun rezekimu tahu dimana engkau. Jika rezeki itu ada dilangit maka Allah akan turunkan, kalau rezeki itu berada didalam bumi maka Allah akan perintahkan untuk muncul supaya berjumpa dengan kita.
   Rezeki itu punya perjalanannya dan perjalanan rezeki menuju kita terkadang lebih dahsyat. Sebagai pola sederhana yakni bagaimana Allah kirimkan makanan sebagai rezeki seekor cicak, semua yang dimakan cicak yakni hewan yang terbang, sedangkan cicak hanya sanggup melekat di dinding. Namun ketika Allah sudah perintahkan rezeki itu mendekat, maka dengan cepat mendekat.
   Maka sudah terang bahwa rezeki itu sudah dijamin oleh Allah, sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan, yang perlu dikhawatirkan yakni pertanyaan atas rezeki itu sendiri. Rezeki yang Allah berikan kepada kita itu dipakai untuk apa. Kaprikornus yang terpenting bukan punya apa, namun kita harus mempunyai balasan ketika rezeki Allah itu dating, buat apa ?
Semoga kita sanggup menjawabnya kelak.
By.
BaitulMal FKAM edisi 103 April 2017/1438 H




Sumber http://inspirasi-dttg.blogspot.com

0 Response to "Bekerja Itu Ibadah, Rezeki Urusan Allah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel