iklan banner

Bahagia Itu Pilihan Bukan Warisan



Bahagia yakni tujuan utama semua manusia, bahkan hal itupun tergambar betul dalam Do’a Sapu Jagad. Apapun yang dilakukan insan hakikatnya yakni untuk meraih kebahagiaan, sampai tak jarang aneka macam cara dilakukan sampai tak peduli salah atau benar, baik atau jelek  semua pilihan itu tetap dilakukan demi sebuah kata kebahagiaan.

Salahnya persepsi insan menggambarkan kunci kebahagiaan menciptakan jalan yang ditempuhpun jadi salah pula. Seseorang yang menggambarkan kebahagiaan dengan tumpukan harta benda semata, akhirnya rela melaksanakan segala cara untuk sanggup menumpuk harta itu sebanyak-banyaknya. Begitupun orang yang menganggap kebahagiaan itu bersumber dari jabatan dan perempuan ia akan melaksanakan aneka macam cara untuk bisa meraih jalan kebahagiaan yang ia pikirkan tersebut.

Tuntunan Do’a Sapu Jagad setidaknya telah bisa mengajarkan arti kebahagiaan yang sesungguhnya, yaitu bahwa kebahagiaan yang kita inginkan harus diraih dengan jalan yang baik semoga kita bisa selalu senang Dunia dan Akhirat. Kebahagiaan yang terfokus hanya pada satu alam baik Dunia atau Akhirat saja maka tak jarang akhirnya mengorbankan saah satu kebahagiaan di alam yang satunya.

Mungkin akan lebih baik jikalau seseorang fokus akan kebahagiaan Akhiratnya saja, daripada orang yang hanya memikirkan kebahagiaan Dunianya. Hal ini dikarenakan hati akan senantiasa damai, dan jalan hidupun akan selalu ditempuh dengan cara-cara yang baik, sampai akhirnya kebahagiaan Duniapun  akan ikut diraih karenanya.

Namun demikian, kehidupan Akhirat yang belum terlihat mata menciptakan banyak orang akhirnya tidak terlalu memikirkan  alam tersebut. Dunia yang sedang dihunipun akhirnya membuatnya hanya terfokus untuk kebahagiaan dialam tersebut, hasilnya yakni ia takan memperhitungkan lagi halal haram, syurga atau neraka. Salah satu dampaknya yakni semakin bermunculanlah para penjahat menyerupai para koruptor itu.

Syukur Adalah Kunci Kebahagiaan

Lawan Syukur yakni Kufur, itulah senjata utama syaitan menciptakan gundah hati insan sampai akhirnya ia tak bisa lagi mensyukuri aneka macam nikmat Tuhan sebagai sumber kebahagiaan.

Kufur telah bisa menimbulkan banyak insan terus diliputi perasaan kekurangan, sampai akhirnya ia membandingkan aneka macam kekurangan yang dirasakannya dengan kelebihan yang dimiliki oleh orang lain. Dampaknya yakni perasaan hati yang selalu sempit, angan-angan panjang dan keresahan batin.

Kebenaran anutan Agama yang mengajarkan bahwa Nikmat Allah akan ditambah jikalau kita bersyukur dan justru akan berkurang jikalau kita kufur harus selalu kita jadikan cukup bekal. Coba kita renungkan jikalau kita pandai bersyukur, selain hati tentram dan pikiran tenang tentu inipun akan berdampak pada produktifitas kerja kita.

Dengan syukur hati dan pikiran kita akan senantiasa jernih, sampai akhirnya akan selalu dipermudah dalam segala urusan kita, satu diantaranya dalam hal bekerja dan berkarya.

Sebaliknya dengan kufur hati akan senantiasa sempit, pikiran akan selalu buntu menutupi karya dan produktifitas terbaik. Bahkan lebih dari itu kufur akan gampang menyerang badan kita, menjadikannya penyakit lahir maupun batin. Dampaknya yakni harta yang sudah adapun akhirnya bukan justru bertambah namun justru akhirnya berkurang alasannya harus dipakai untuk membeli obat resep dokter, atau sekedar foya-foya dengan alasan refreshing menghilangkan penatnya pikiran.

Lihatlah yang dibawah Kita

Agama menganjurkan kita untuk melihat keatas untuk urusan ibadah. Dengan melihat orang-orang yang jauh lebih baik amal ibadahnya dengan kita maka akan memotifasi kita untuk akhirnya semakin ulet memperbaiki diri dan ibadah. 

Selain itu Islam juga mengajarkan kepada kita untuk melihat orang-orang yang berada dibawah kita untuk urusan dunia ini, dengan kita melihat orang-orang yang dibawah maka rasa syukur dan kebahagiaanpun akan gampang kita raih.

Saat syaitan menarik hati kita untuk kufur terhadap nikmat Allah, maka ketika itupulalah cara terbaiknya yakni dengan melihat orang-orang yang nasibnya kurang baik dibanding kita.

Contonya ketika kita berjalan kaki, jikalau kita melihat mereka yang memakai sepeda motor atau kendaraan beroda empat glamor hasilnya yakni kita akan menggerutu pada nasib dan Tuhan. Sebaliknya jikalau kita ingat pada orang-orang yang tidak bisa berjalan alasannya tidak mempunyai kaki yang tepat maka ketika itupula kita akan tersenyum senang menjalani hari.

Saat kita tinggal dirumah yang sederhanapun kita akan gampang menggerutu nasib jikalau kita terus membandingkannya dengan mereka yang mempunyai rumah megah, namun tidak jikalau kita membandingkan dengan mereka yang rumahnya reod bahkan harus tinggal di kolong jembatan alasannya tidak mempunyai rumah sama sekali.

Cara terbaik meraih rasa syukur sebagai jalan kebahagiaan memang dengan membandingkan urusan dunia ini dengan orang-orang yang berada dibawah kita.

Saat kita duka alasannya kita terlahir bukan dari anak orang kaya, maka ingatlah dengan belum dewasa yatim fiatu  yang tak jarang selain  tak mempunyai ayah ibu dan sanak family, namun diantara mereka juga banyak yang tak mengetahui siapa identitas kedua orangtua mereka sebenarnya.

Saat kita duka alasannya tidak bisa mengenyam pendidikan yang tinggi, ingatlah dengan orang-orang yang selain tidak bisa sekolah merekapun  harus menanggung beban alasannya harus mencari sesuap nasi.

Saat kita duka alasannya pekerjaan kita tak menghasikan pendapatan yang besar, selalu ingatlah diluar sana banyak sekali pengangguran yang pusing dan lelah alasannya kesana kemari belum juga mendapat pekerjaan.

Saat kita duka alasannya cinta yang ditolak, bersyukrlah alasannya kita masih bisa mencicipi indahnya jatuh cinta.
Saat kita bersedih tinggal di Negara dengan kasus korupsi yang tinggi, bersyukurlah alasannya kita tinggal di Negara yang aman, bahkan di zaman ketika dimana Bangsa kita sudah tidak di jajah lagi.

Bahagia itu pilihan kawan, tergantung bagaimana kita menentukan  cara pandang kita terhadap aneka macam hal yang kita alami dalam kehidupan ini.
Jika kita melihat kegagalan sebagai ilmu yang berarti, dan sebagai kerikil loncatan menuju gerbang keberhasilan, maka ketika itu pula kegagaan akan kita hadapi dengan penuh kebahagiaan.

Namun sebaliknya jikalau kegagalan kita lihat sebagai bentuk ketidak adilan Tuhan, materi untuk menciptakan diri pesimis, maka ketika itulah kebahagiaan akan menjauh.
Bahagia itu pilihan pikiran kita, bukan warisan dari apapun dan siapapun.
So…. jikalau kita ingin bahagia, maka pilihlah kebahagiaan itu dengan menentukan pikiran dan perilaku baik yang mengarah kepadanya.

Salam Kepedulian 

Detatang - Kamal



Sumber http://inspirasi-dttg.blogspot.com

0 Response to "Bahagia Itu Pilihan Bukan Warisan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel