iklan banner

Sapu Tangan Kuning - Sweet Story

"Hikz..." Air mataku netes waktu baca 3/4 kisah ini. Nggak cuma satu, tapi puluhan sapu tangan kuning ada si sana. Gila nggak sih selama 15 tahun si istri nunggu si suami sendiri. T_T. Terus juga, nggak kebayang, si suami tega bakalan bilang ke istrinya semoga istrinya boleh nikah lagi. Adanya juga suami minta istrinya jenguk ke penjara seminggu sekali, malah minta setiap hari. Iya nggak? Yang ngerasa suami ngaku. Ahahaha. :P .

Nahh.... Apalagi, mereka masih pasangan baru, gres bahagia-bahagianya pesta pernikahan, si suami masih belum puas-puasan sama si istri (Lhooo??? Ahahaha :P). Hmmm... Jempol kaki sama tangan deh buat pasangan kayak mereka. Pasangan antara 'suami yang pengertian, sama istri yang sabar + setia'. Semoga saya sanggup jadi istri yang kayak gitu (Bukan istri yang ditinggal suami ke penjara lhoo, tapi istri yang setia) :D. Amin. 

Sapu Tangan Kuning
Ada pasangan muda yang gres saja memasuki hari-hari senang perkawinan mereka. Namun sayang, suami muda itu secara tidak sengaja terlibat dalam masalah kecelakaan kemudian lintas yang menyebabkan maut sebuah keluarga. Ia sama sekali tidak mengerti mengapa ia begitu teledor menyetir mobilnya, sehingga ia menewaskan sebuah keluarga, suami istri dan seorang anaknya pada hari naas itu. Ia merasa begitu bersalah, sehingga ia tidak berusaha untuk membela dirinya di dalam pengadilan perkaranya. Ia sungguh pasrah, juga ketika pengadilan menjatuhkan eksekusi 15 tahun penjara. Ia pasrah menerima. Demikian juga ketika eksekusi penjaranya dipindahkan ke kawasan yang jauh, jauh ke tanah seberapa ia tetap pasrah menerima.
Pada ketika berpisah dengan istrinya, dengan rasa sedih yang mendalam tetapi nrimo ia berkata bahwa eksekusi penjara 15 tahun yaitu rentang waktu yang sangat lama. Oleh lantaran itu, ia rela jikalau pada suatu awktu istrinya mendapatkan teman hidup yang lain, jikalau itu sanggup membahagiakan hidupnya. Ia sangat mengasihi istrinya. Namun cintanya tidak egoistis. Ia menghendaki istrinya hidup bahagia, termasuk jikalau untuk istrinya terpaksa harus mendapatkan laki-laki lain. Waktu ia berkata demikian, istrinya hanya membisu seribu bahasa. Mungkin ketiadaan kata-kata yang sanggup melukiskan perasaan hatinya. Hanya air matanya yang deras mengalir setidaknya sanggup mengungkapkan isi hatinya....
Demikianlah mereka berpisah. Suami muda itu berangkat ke kawasan hukumannya dan mulai menjalani tahun-tahun hukumannya dengan tabah. Tahun demi tahun ia lewati dengan pasrah dan selama itu ia tidak mengirim kabar informasi apa pun kepada istrinya, semoga ia tidak mensugesti suasana batin istrinya jikalau istrinya mau mengambil keputusan untuk menjalani hidupnya yang gres dengan laki-laki lain.
Tahun-tahun terus berlalu...
Akhirnya tahun-tahun hukumannya berakhir. Ia kini bebas! Namun, ke mana kini beliau harus pergi? Pulang kepada istrinya? Barangkali beliau sudah menikah dengan laki-laki lain dan hidup berbahagia. Apakah ia mau mengganggu kebahagiaan istrinya? Sesudah usang ia berpikir, kesudahannya ia menulis surat. Dalam surat itu, ia menulis bahwa kini ia sudah bebas. Namun, ia merasa ragu apakah istrinya sudah menikah lagi atau belum menikah lagi dan masih menunggu kepulangannya, tentu saja ia akan pulang...
Dalam surat itu ia meminta semoga istrinya memberi suatu tanda untuknya. Di depan rumah mereka ada sebatang pohon oak yang cukup tinggi dan rindang. Ia meminta semoga istrinya mengikat sebuah sapu tangan kuning di salah satu cabang pohon oak itu jikalau ia tidak menikah dan tetap menanti kepulangannya. Namun, jikalau sudah menikah lagi, ia tidak perlu diberi tanda apa pun. Ia akan berjalan terus dan tidak akan mengganggu kebahagiaan istrinya.
Pada hari yang direncanakan, ia turun di pelabuhan dan menantikan remang senja untuk pergi secara belakang layar ke rumah, kawasan beliau pernah tinggal bersama istrinya. Ketika mendekati rumah itu, rasanya ia tak sanggup untuk menengok ke pohon oak itu. Apakah ada sehelai sapu tangan kuning terikat di salah satu cabang pohon oak itu? Apakah mungkin sama sekali tidak ada sapu tangan?
Ia mengumpulkan segala kekuatannya, mengangkat kepalanya dan menatap lurus-lurus ke pohon oak itu! Apa yang dilihatnya?
Ia hampir tidak percaya! Ia bukan hanya melihat selembar sapu tangan kuning, tetapi puluhan sapu tangan kuning yang terikat hampir pada setiap dahan pohon oak itu.

Sumber : Buku Pendidikan Agama Kristen Kelas 3B Penerbit Kanisius

Sumber http://radirablog.blogspot.com

0 Response to "Sapu Tangan Kuning - Sweet Story"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel