Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Respirasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal yakni faktor yang berasal dari dalam materi (buah dan sayur), mencakup tingkat perkembangan organ, komposisi kimia jaringan, ukuran produk, pelapisan alami, dan jenis jaringan). Faktor eksternal yakni faktor yang berasal dari lingkungan sekeliling bahan, mencakup suhu, etilen, ketersediaan oksigen, karbon dioksida, dan luka pada bahan.
Laju respirasi lebih cepat kalau suhu penyimpanan tinggi, umur panen muda, ukuran buah lebih besar, adanya luka pada buah dan kandungan gula awal yang tinggi pada produk (Winarno dan Aman, 1981). Metode yang umum dipakai untuk menurunkan laju respirasi buah-buahan segar yakni pengontrolan suhu ruang penyimpanan. Menurut Kays (1991), untuk beberapa produk hasil pertanian, dengan kenaikan suhu penyimpanan sebesar 10 0C akan menimbulkan naiknya laju respirasi sebesar 2 hingga 2.5 kali, tetapi di atas suhu 35 0C laju respirasi akan menurun alasannya yakni acara enzim terganggu yang menimbulkan terhambatnya difusi oksigen.
Pengontrolan suhu untuk mengendalikan laju respirasi produk hasil pertanian sangat penting artinya dalam perjuangan memperpanjang umur simpan produk tersebut. Metode yang umum dipakai yakni penyimpanan dengan pendinginan alasannya yakni sederhana dan efektif. Menurut Broto (2003), prinsip penyimpanan dengan pendinginan yakni mendinginkan lingkungan secara mekanis dengan penguapan gas cair bertekanan (refrigerant) dalam sistem tertutup.
Respirasi
Respirasi yakni suatu proses metabolisme biologis dengan memakai oksigen dalam perombakan senyawa kompleks (seperti karbohidrat, protein dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan sejumlah elektron-elektron. Pada umumnya materi hasil pertanian sesudah dipanen masih melaksanakan proses respirasi serta metabolisme lain hingga materi tersebut rusak dan proses kehidupan berhenti (Syarief dan Irawati, 1988).
Adanya acara respirasi pada hasil-hasil pertanian sanggup menimbulkan hasil pertanian menjadi matang dan menjadi tua. Proses matangnya hasil pertanian merupakan perubahan dari warna, aroma, dan tekstur berturut-turut menuju ke arah hasil pertanian yang sanggup dimakan/dapat dipakai dan menunjukkan hasil sebaik-baiknya. Proses menjadi bau tanah (senescence) merupakan proses secara normal menuju ke arah kerusakan semenjak lewat masa optimal (Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981).
Aktivitas metabolisme dan energi panas pada buah dan sayuran segar dicirikan dengan adanya proses respirasi. Panas respirasi yakni panas yang dihasilkan alasannya yakni adanya acara metabolisme dari materi pangan, panas respirasi ini sangat besar lengan berkuasa terhadap beban panas, terutama pada materi pangan nabati sehingga besar lengan berkuasa selama dalam masa pengangkutan dan penyimpanan.
Respirasi menghasilkan panas yang menimbulkan terjadinya peningkatan panas, sehingga proses kemunduran menyerupai kehilangan air, pelayuan, dan pertumbuhan mikroorganisme akan semakin meningkat. Panas respirasi dipengaruhi oleh lingkungan. Meningkatnya suhu lingkungan akan meningkatkan panas respirasi alasannya yakni terjadi peningkatan acara metabolisme seiring dengan meningkatnya suhu lingkungan. Respirasi yakni sangat tergantung pada suhu, mikroorganisme pembusuk akan mendapat kondisi pertumbuhannya yang ideal dengan adanya peningkatan suhu (Utama, 2010).
Buah dan sayur mempunyai daya simpan yang berbeda
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi terbagi dua, yaitu :
1. Faktor Internal
Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2 yang dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, dimana pada buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat, maka laju respirasi akan semakin cepat. Pada produk-produk yang mempunyai lapisan kulit yang tebal, maka laju respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme akan lebih aktif daripada organ-organ tua. (Pantastisco, 1993).
2. Faktor Eksternal
Umumnya laju respirasi meningkat 2 – 2,5 kali tiap kenaikan suhu 10 °C. Pemberian etilen pada tingkatan pra-klimakterik, akan meningkatkan respirasi buah klimakterik. Kandungan oksigen pada ruang penyimpanan perlu diperhatikan alasannya yakni semakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi semakin cepat. Konsentrasi CO2 yang sesuai sanggup memperpanjang masa simpan buah- buahan dan sayur-sayuran, alasannya yakni CO2 menimbulkan gangguan respirasi pada produk tersebut. Kerusakan atau luka pada produk sebaiknya dihindari, alasannya yakni sanggup memacu terjadinya respirasi, sehingga umur simpan produk semakin pendek (Pantastico, 1993).
Proses respirasi pada buah sangat bermafaat untuk melangsungkan proses kehidupannya. Proses respirasi ini tidak hanya terjadi pada waktu buah masih berada di pohon, akan tetapi sesudah dipanen buah-buahan juga masih melangsungkan proses respirasi. Dalam proses ini oksigen diserap untuk dipakai pada proses pembakaran yang menghasilkan energi dan diikuti oleh pengeluaran sisa pembakaran dalam bentuk CO2 dan air. Contoh reaksi yang terjadi pada proses respirasi sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 6CO2 + 6H2O + energi
Pada gambar 1 berikut tersaji kurva kekerabatan antara proses pertumbumbuhan buah dengan jumlah CO2 yang dikeluarkan selama respirasi.
Jumlah CO2 yang dikeluarkan akan terus menurun, lalu pada ketika mendekati ”senescene” produksi CO2 kembali meningkat, dan selanjutnya menurun lagi. Buah-buahan yang melaksanakan respirasi semacam itu disebut buah klimaterik, sedangkan buah-buahan yang jumlah CO2 yang dihasilkannya terus menurun secara perlahan hingga pada ketika senescene disebut buah non-klimaterik.
Konsentrasi O2 rendah disekitar materi sanggup besar lengan berkuasa pada sifat fisiologis buah-buahan dan sayuran (Pantastisco, 1993), diantaranya yaitu laju respirasi dan oksidasi subsrtat menurun, pematangan tertunda dan sabagai karenanya umur komoditi lebih panjang, perombakan klorofil tertunda dan produksi C2H4 (etilen) rendah, laju pembentukan askorbat berkurang serta laju degradasi senyawa pektin tidak secepat menyerupai dalam udara terbuka.
Dari pandangan pasca panen, efek laju utama repirasi yakni penting, laju respirasi juga menunjukkan indikasi laju metabolisme secara keseluruhan tumbuhan atau potongan tanaman. Kaprikornus respirasi berlangsung yakni untuk memperoleh energi untuk tetap menjaga acara hidupnya. Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat terjadinya perombakan yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut, sehingga respirasi sering dipakai sebagai indeks untuk memilih masa simpan produk (Utama, 2010).
Respirasi akan terus berlangsung ketika sesudah dipetik. Proses respirasi yang menimbulkan pembusukan ini terjadi alasannya yakni perubahan-perubahan kimia dalam buah dari pro-vitamin A menjadi vitamin A, pro-vitamin C menjadi Vitamin C, dan dari karbohidrat menjadi gula, yang menghasilkan CO2, H2O, dan etilen. Akumulasi produk-produk respirasi inilah yang menimbulkan pembusukan. Respirasi ini tidak sanggup dihentikan, hanya sanggup dihambat yaitu dengan menyimpannya pada suhu dan kelembaban rendah (Kanara, 2006).
Sumber http://agronomiunhas.blogspot.com
Laju respirasi lebih cepat kalau suhu penyimpanan tinggi, umur panen muda, ukuran buah lebih besar, adanya luka pada buah dan kandungan gula awal yang tinggi pada produk (Winarno dan Aman, 1981). Metode yang umum dipakai untuk menurunkan laju respirasi buah-buahan segar yakni pengontrolan suhu ruang penyimpanan. Menurut Kays (1991), untuk beberapa produk hasil pertanian, dengan kenaikan suhu penyimpanan sebesar 10 0C akan menimbulkan naiknya laju respirasi sebesar 2 hingga 2.5 kali, tetapi di atas suhu 35 0C laju respirasi akan menurun alasannya yakni acara enzim terganggu yang menimbulkan terhambatnya difusi oksigen.
Pengontrolan suhu untuk mengendalikan laju respirasi produk hasil pertanian sangat penting artinya dalam perjuangan memperpanjang umur simpan produk tersebut. Metode yang umum dipakai yakni penyimpanan dengan pendinginan alasannya yakni sederhana dan efektif. Menurut Broto (2003), prinsip penyimpanan dengan pendinginan yakni mendinginkan lingkungan secara mekanis dengan penguapan gas cair bertekanan (refrigerant) dalam sistem tertutup.
Respirasi
Respirasi yakni suatu proses metabolisme biologis dengan memakai oksigen dalam perombakan senyawa kompleks (seperti karbohidrat, protein dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan sejumlah elektron-elektron. Pada umumnya materi hasil pertanian sesudah dipanen masih melaksanakan proses respirasi serta metabolisme lain hingga materi tersebut rusak dan proses kehidupan berhenti (Syarief dan Irawati, 1988).
Adanya acara respirasi pada hasil-hasil pertanian sanggup menimbulkan hasil pertanian menjadi matang dan menjadi tua. Proses matangnya hasil pertanian merupakan perubahan dari warna, aroma, dan tekstur berturut-turut menuju ke arah hasil pertanian yang sanggup dimakan/dapat dipakai dan menunjukkan hasil sebaik-baiknya. Proses menjadi bau tanah (senescence) merupakan proses secara normal menuju ke arah kerusakan semenjak lewat masa optimal (Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981).
Aktivitas metabolisme dan energi panas pada buah dan sayuran segar dicirikan dengan adanya proses respirasi. Panas respirasi yakni panas yang dihasilkan alasannya yakni adanya acara metabolisme dari materi pangan, panas respirasi ini sangat besar lengan berkuasa terhadap beban panas, terutama pada materi pangan nabati sehingga besar lengan berkuasa selama dalam masa pengangkutan dan penyimpanan.
Respirasi menghasilkan panas yang menimbulkan terjadinya peningkatan panas, sehingga proses kemunduran menyerupai kehilangan air, pelayuan, dan pertumbuhan mikroorganisme akan semakin meningkat. Panas respirasi dipengaruhi oleh lingkungan. Meningkatnya suhu lingkungan akan meningkatkan panas respirasi alasannya yakni terjadi peningkatan acara metabolisme seiring dengan meningkatnya suhu lingkungan. Respirasi yakni sangat tergantung pada suhu, mikroorganisme pembusuk akan mendapat kondisi pertumbuhannya yang ideal dengan adanya peningkatan suhu (Utama, 2010).
Buah dan sayur mempunyai daya simpan yang berbeda
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi terbagi dua, yaitu :
1. Faktor Internal
Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2 yang dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, dimana pada buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat, maka laju respirasi akan semakin cepat. Pada produk-produk yang mempunyai lapisan kulit yang tebal, maka laju respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme akan lebih aktif daripada organ-organ tua. (Pantastisco, 1993).
2. Faktor Eksternal
Umumnya laju respirasi meningkat 2 – 2,5 kali tiap kenaikan suhu 10 °C. Pemberian etilen pada tingkatan pra-klimakterik, akan meningkatkan respirasi buah klimakterik. Kandungan oksigen pada ruang penyimpanan perlu diperhatikan alasannya yakni semakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi semakin cepat. Konsentrasi CO2 yang sesuai sanggup memperpanjang masa simpan buah- buahan dan sayur-sayuran, alasannya yakni CO2 menimbulkan gangguan respirasi pada produk tersebut. Kerusakan atau luka pada produk sebaiknya dihindari, alasannya yakni sanggup memacu terjadinya respirasi, sehingga umur simpan produk semakin pendek (Pantastico, 1993).
Proses respirasi pada buah sangat bermafaat untuk melangsungkan proses kehidupannya. Proses respirasi ini tidak hanya terjadi pada waktu buah masih berada di pohon, akan tetapi sesudah dipanen buah-buahan juga masih melangsungkan proses respirasi. Dalam proses ini oksigen diserap untuk dipakai pada proses pembakaran yang menghasilkan energi dan diikuti oleh pengeluaran sisa pembakaran dalam bentuk CO2 dan air. Contoh reaksi yang terjadi pada proses respirasi sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 6CO2 + 6H2O + energi
Pada gambar 1 berikut tersaji kurva kekerabatan antara proses pertumbumbuhan buah dengan jumlah CO2 yang dikeluarkan selama respirasi.
Jumlah CO2 yang dikeluarkan akan terus menurun, lalu pada ketika mendekati ”senescene” produksi CO2 kembali meningkat, dan selanjutnya menurun lagi. Buah-buahan yang melaksanakan respirasi semacam itu disebut buah klimaterik, sedangkan buah-buahan yang jumlah CO2 yang dihasilkannya terus menurun secara perlahan hingga pada ketika senescene disebut buah non-klimaterik.
Konsentrasi O2 rendah disekitar materi sanggup besar lengan berkuasa pada sifat fisiologis buah-buahan dan sayuran (Pantastisco, 1993), diantaranya yaitu laju respirasi dan oksidasi subsrtat menurun, pematangan tertunda dan sabagai karenanya umur komoditi lebih panjang, perombakan klorofil tertunda dan produksi C2H4 (etilen) rendah, laju pembentukan askorbat berkurang serta laju degradasi senyawa pektin tidak secepat menyerupai dalam udara terbuka.
Dari pandangan pasca panen, efek laju utama repirasi yakni penting, laju respirasi juga menunjukkan indikasi laju metabolisme secara keseluruhan tumbuhan atau potongan tanaman. Kaprikornus respirasi berlangsung yakni untuk memperoleh energi untuk tetap menjaga acara hidupnya. Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat terjadinya perombakan yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut, sehingga respirasi sering dipakai sebagai indeks untuk memilih masa simpan produk (Utama, 2010).
Respirasi akan terus berlangsung ketika sesudah dipetik. Proses respirasi yang menimbulkan pembusukan ini terjadi alasannya yakni perubahan-perubahan kimia dalam buah dari pro-vitamin A menjadi vitamin A, pro-vitamin C menjadi Vitamin C, dan dari karbohidrat menjadi gula, yang menghasilkan CO2, H2O, dan etilen. Akumulasi produk-produk respirasi inilah yang menimbulkan pembusukan. Respirasi ini tidak sanggup dihentikan, hanya sanggup dihambat yaitu dengan menyimpannya pada suhu dan kelembaban rendah (Kanara, 2006).
Sumber http://agronomiunhas.blogspot.com
0 Response to "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Respirasi"
Posting Komentar