Etiolasi Dan Fototropisme
A. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana imbas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan biji kacang hijau dan proses fototropisme serta etiolasi.
B. Landasan Teori
1. Hormon Tumbuhan
Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, ialah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan sanggup hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri memakai analogi fungsi hormon pada hewan. Namun demikian, berbeda dari hewan, hormon flora sanggup bersifat endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan, maupun eksogen, diberikan dari luar sistem individu. Hormon eksogen sanggup juga merupakan materi non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan). Oleh lantaran itu, untuk mengakomodasi perbedaan ini digunakan pula istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances).
a. Pembentukan
Hormon flora merupakan pecahan dari sistem pengaturan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah menjadi prekursor ("pemicu") proses transkripsi RNA. Hormon flora sendiri dirangsang pembentukannya melalui signal berupa acara senyawa-senyawa reseptor sebagai jawaban atas perubahan lingkungan yang terjadi di luar sel. Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon tertentu. Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat tertentu, atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai berekspresi.
Dari sudut pandang evolusi, hormon flora merupakan pecahan dari proses penyesuaian dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon flora tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan, melainkan dibuat oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada tumbuhan, terutama titik tumbuh di pecahan pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya, hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum, ditranslokasi ke pecahan flora yang lain untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan hormon sanggup terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu, maupun ruang-ruang antarsel.
Dalam menjalankan perannya, hormon sanggup berperan secara tunggal maupun dalam koordinasi dengan kelompok hormon lainnya[2]. Contoh koordinasi antarhormon ditunjukkan oleh proses perkecambahan. Embrio biji tidak tumbuh lantaran salah satunya dihambat oleh produksi ABA dalam jaringan embrio biji. Pada dikala biji berada pada kondisi yang sesuai bagi proses perkecambahan, giberelin dihasilkan. Apabila nisbah giberelin:ABA tidak mencapai titik tertentu, perkecambahan gagal. Apabila nisbah ini melebihi nilai tertentu, terjadi perkecambahan. Apabila nisbah giberelin:ABA masih berada di sekitar ambang, konsentrasi sitokinin menjadi penentu perkecambahan.
b. Kelompok Hormon
Terdapat ratusan hormon flora atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama menurut sikap fisiologi yang sama, bukan kemiripan struktur kimia. Pada dikala ini dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaituauksin (bahasa Inggris: auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin ( gibberellins , Gas ), asam absisat (abscisic acid, ABA), dan etilena (etena, ETH). Selain itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai hormon flora namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok flora atau merupakan hormon sintetik, menyerupai brasinosteroid, asam jasmonat, asam salisilat, dan poliamina. Beberapa senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).
Ada 9 auksin indol, 14 sitokinin, 52 giberelin, tiga asam absisat, dan satu etilena yang dihasilkan secara alami dan telah diekstraksi orang. ZPT sintetik ada yang mempunyai fungsi sama dengan ZPT alami, meskipun secara struktural berbeda. Dalam praktik, seringkali ZPT sintetik (buatan manusia) lebih efektif atau lebih murah bila diaplikasikan untuk kepentingan perjuangan tani daripada ekstraksi ZPT alami.
Berdasar bioassay diagnostik, auksin, sitokinin, dan giberelin bersifat mendukung pertumbuhan pada konsentrasi fisiologis (yaitu dalam jumlah sangat kecil). Etilena berposisi sebagai pendukung dan penghambat (inhibitor). ABA ialah penghambat pertumbuhan.
c. Manfaat
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa sekarang telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya banyak sekali macam zat sintetik yang mempunyai imbas yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern meliputi pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tumbuhan terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tumbuhan buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.
2. Auksin
Auksin ialah zat hormon flora yang di temukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di tempat belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuan Belanda berjulukan Fritz Went (1903-1990).
3. Fototropisme
Fototropisme ialah pergerakan pertumbuhan tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsangan cahaya. Contoh dari fototropisme ialah pertumbuhan koleoptil rumput menuju arah datangnya cahaya. Koleoptil merupakan daun pertama yang tumbuh dari tumbuhan monokotil yang berfungsi sebagai pelindung forum yang gres tumbuh. Beberapa hipotesismenyebutkan bahwa hal ini sanggup disebabkan kecepatan pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih gelap lebih cepat dibandingkan dengan sel-sel pada sisi lebih terang lantaran adanya penyebaran auksin yang tidak merata dari ujung tunas. Hipotesis lainnya menyatakan bahwa ujung tunas merupakan fotoreseptor yang memicu respons pertumbuhan. Fotoreseptor ialah molekul pigmen yang disebut kriptokrom dan sangat sensitif terhadap cahaya biru. Namun, para jago menyakini bahwa fototropisme tidak hanya dipengaruhi olehfotoreseptor, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak sekali macam hormon dan jalur signaling.
Arah pertumbuhan kecambah menuju cahaya menunjukkan fototropisme
4. Etiolasi
Etiolasi ialah pertumbuhan flora yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi flora lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan flora tampak pucat. Gejala etiolasi terjadi lantaran ketiadaan cahaya matahari. Kloroplas yang tidak terkena matahari disebut etioplas. Kadar etioplas yang terlalu banyak mengakibatkan flora menguning.
Banyak faktor alasan atau penyebab yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan, tanaman, pohon, dll. Apabila faktor tersebut kebutuhannya tidak terpenuhi maka tumbuhan tersebut sanggup mengalami dormansi / dorman yaitu berhenti melaksanakan aktifitas hidup. Faktor imbas tersebut yakni :
1. Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang memilih tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi flora ialah antara 22 derajat celcius hingga dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut sanggup menimbulkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti
2. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara
Kadar air dalam udara sanggup mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi flora di mana flora sanggup mendapat air lebih gampang serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
3. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat diharapkan oleh tumbuhan untuk sanggup melaksanakan fotosintesis (khususnya flora hijau). Jika suatu tumbuhan kekurangan cahaya matahari, maka tumbuhan itu sanggup tampak pucat dan warna tumbuhan itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari sanggup menghambat proses pertumbuhan.
4. Faktor Hormon
Hormon pada flora juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menyerupai hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang.
C. Alat Dan Bahan
- Pot atau polybag
- Biji kacang hijau
- Tanah humus
- Air
- Mistar
- Camera
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan materi yang akan digunakan
2. Direndam biji kacang hijau kemudian dipilih biji yang tenggelam
3. Dimasukan tanah humus ke dalam pot.
4. Ditanam biji kacang hijau ke dalam pot sebanyak 15 biji untuk setiap pot.
5. Diletakan pot yang terdapat biji kacang hijau yang telah ditanam ditempat yang berbeda :
A. Pot diletakan ditempat yang gelap dan tidak terkena cahaya sama sekali.
B. Pot diletakan di jendala.
6. Dicatat panjang kecambang setiap 2hari sekali.
7. Amati pertumbuhan dan perkembangan kecambah kacang hijau yang dipengaruhi oleh faktor cahaya.
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Panjang Batang Kecambah Biji Kacang Hijau Pada Tempat Gelap
No
Panjang batang kecambah cm/hari rata-rata (Cm/5 hari)
2 4 6 8 10
1 8 13.5 18.7 29.2 34.7 20.82
2 2.3 6.5 15.7 30.4 43.5 19.68
3 8.2 18.4 23.8 31.5 42.7 24.92
4 6.8 10.1 16 18.5 42.7 18.82
5 5.1 17.7 30.5 42.5 42.7 27.7
6 3.3 6.5 24.5 33.5 43.4 22.24
7 4.1 7.5 36.6 41.9 42.8 26.58
8 5.6 20.3 36.5 49 49.3 32.14
9 5.7 11.5 25.1 30.5 33.9 21.34
10 1.3 4 28 30.5 35.5 19.86
11 5.1 20.1 35 42.5 43.5 29.24
12 - - - - - -
13 - - - - - -
14 - - - - - -
15 - - - - - -
2. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Panjang Batang Kecambah Biji Kacang Hijau Yang Diletakan Di jendela
No Panjang Batang Kecambah (cm/hari) Rata-rata (Cm/5 hari)
2 4 6 8 10
1 1,5 11,5 15 18 18 12.8
2 7,4 16,4 21,4 22,9 22,9 18.2
3 4,4 13,7 19,5 20,1 20,1 15.56
4 2,9 11,5 16,4 17,7 17,7 13.24
5 7,5 16,4 21,5 22,7 22,7 18.16
6 6 17,9 25,6 27 27 20.7
7 2 7,5 17,3 24,5 26,8 15.62
8 4,5 14,4 23 24,6 24,6 18.22
9 7,3 19,4 25,5 27,5 27,5 21.44
10 7,5 16,6 22 22,6 22,6 18.26
11 2,1 13,9 23,1 23,9 23,9 17.38
12 7,8 17,8 24,7 26,4 27 20.74
13 - - - - - -
14 - - - - - -
15 - - - - - -
F.Pembahasan
Pada Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana imbas cahaya terhadap pertumbuhan biji kacang. Biji kacang hijau yang telah dipilih dan ditanam pada tanah humus mendapat dua perlakuan yaitu pada pot A diletakan di tempat yang gelap sehingga tidak terkena cahaya sedikit pun. Sedangkan pada pot B diletakan di jendala, sehingga mendapat cahaya dari arah luar jendela. Setelah itu dilakukan pengukuran terhadap pertumbuhan panjang batang dan pengamatan keadaan batang dan daun kecambah biji kacang hijau.
Dari data hasil pengamatan sanggup dilihat bahwa terjadi perbedaan pertumbuhan biji kacang hijau yang ditempatkan pada tempat gelap dengan pertumbuhan yang terjadi pada biji kacang hijau yang diletakan dijendela(terkena cahaya). Pertumbuhan batang kecambah biji kacang hijau yang diletakan ditempat gelap mengalami pertumbuhan dan laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan dan laju pertumbuhan yang dialami kecambah kacang hijau yang diletakan di jendela dengan satu arah cahaya.
Pada grafik yang ditampilkan diatas terang terlihat perbedaan rata-rata pertambahan panjang kecambah pada tempat gelap jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang kecambah ditempat yang terkena cahaya.
Perbedaan pertumbuhan dan laju pertumbuhan kecambah pada dua tempat ini disebabkan oleh faktor cahaya dan hormon. Pada tumbuhan mempunyai hormon diantaranya hormone auksin yang berfungsi dalam pemanjangan dan pembesaran sel pada tumbuhan. Hormon auksin sangat peka terhadap cahaya. Jika hormon auksin terkena cahaya matahari, maka hormon auksin akan terdegradasi (terurai) dan tidak aktif sehingga pemanjangan sel terhambat. Auksin ialah zat hormon flora yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di tempat belakang meristem ujung
Pada pot A yaitu biji kacang hijau yang diletakan di tempat yang gelap dan tidak terkena cahaya, memicu kerja hormon auksin sehingga permbesaran dan pemanjangan sel pada batang lebih cepat. Hormon auksin pada tempat gelap tidak terurai dan akan terus melaksanakan fungsinya dalam pembelahan sel. Peristiwa ini disebut dengan etiolasi. Etiolasi ialah pertumbuhan flora yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi flora lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan flora tampak pucat.
Pada Pot A mengalami pertumbuhan batang yang tidak normal menyerupai batang yang tumbuh terlalu panjang, batang yang lemah, serta akar yang banyak dan lebat. Selain tidak adanya cahaya menciptakan daun pada kecambah kacang hijau berwarna kuning dan tiak berwarna hijau. Kloroplas pada daun yang mengalami etiolasi atau tidak terkena cahaya disebut dengan etioplas. Karena kekurangan cahaya, pembentukan klorofil pada daun juga terhambat, sehingga menciptakan daun kecambah kacang hijau berwarna hijau pucat bahkan berwarna kuning.
Kecambah yang mengalami peritiwa Etiolasi (tempat gelap) mempunyai batang yang panjang, lemah, daun berwarna kuning dan akar yang banyak,laju pertumbuhan yang cepat lantaran dipengaruhi hormone auksin.
Pada pot B mendapat perlakuan penyinaran satu arah yaitu cahaya matahari yang tiba dari arah luar jendela. Berbeda dengan pot A, pemanjangan batang tidak secepat pada pot A. lantaran Hormon auksin pada pot B( terkena cahaya matahari) hormon auksinnya terurai dan tidak bekerja Sehingga pertumbuhan tidak secepat yang pada pot A. Penyebaran auksin yang tidak merata mengakibatkan pertumbuhan batang kecambah mengarah pada cahaya matahari dan batang membengkok. Peristiwa ini disebut dengan Fototropisme. Fototropisme ialah pergerakan pertumbuhan tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsangan cahaya.
Peristiwa ini menunjukkan insiden Fototropisme pada kecambah kacang hijau yang mengakibatkan batang membengkok kearah cahaya,daun nya juga tampak hijau
Pada pot B atau pada percobaan fototropisme, pembengkokan batang ke arah cahaya tidak terlilay betul dan jelas, lantaran faktor cahaya lampu. Pada malam hari kecambah membengkok ke arah cahaya lampu, sedangkan pada siang hari batang kecambah membengkok ke arah cahaya yang tiba dari jendela sehingga membengkok ke arah cahaya matahari. Jadi, dari percobaan ini diketahui batang kecambah kacang hijau pada insiden fototropisme akan membengkok ke arah cahaya dikarenakan penyebaran hormone auksin yang tidak merata dan hormone auksin yang peka dan terurai kalau terkena cahaya,kecambah kacang hijau yang mendapat cahaya matahari pertumbuhan normal, lantaran penyebaran auksin yang merata. Penyebaran auksin yang merata dan terkenanya cahaya matahari yang merata pada batang mengakibatkan batang tumbuh lambat, tetapi batang tumbuh dengan berpengaruh dan daun yang berwarna hijau segar, selain itu makanan atau nutrient yang diharapkan tercukupi.
G. Kesimpulan
1. Auksin ialah zat hormon flora yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di tempat belakang meristem ujung. Auksin akan terurai kalau terkena cahaya.
2. Etiolasi ialah pertumbuhan flora yang sangat cepat menyerupai batang tumbuh lebih panjang di tempat gelap namun kondisi flora lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan flora tampak pucat. Peristiwa etiolasi terjadi pada Pot A (tempat gelap). Penyebab etiolasi, lantaran tidak ada cahaya mengakibatkan auksin tidak terurai dan aktif memperbesar dan memperpanjang sel batang lebih cepat secara terus menerus.
3. Fototropisme ialah pergerakan pertumbuhan tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsangan cahaya. Peristiwa ini terjadi pada pot B. Pada pot B batang membekok ke arah cahaya yang disebabkan oleh penyebaran auksin yang merata. Pada sisi gelap auksin akan aktif dan memperpanjang sel terus menerus dan batang akan lebih panjang pada sisi gelap, sedangkan pada sisi terang auksin terurai.
4. Pertumbuhan biji kacang hijau ditempat gelap disebut dengan etiolasi sedangkan pertumbuhan biji kacang hijau di tempat yang terang disebut fototropisme.
H. Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Etiolasi (http:// id.wikipedia.org/etiolasi jalan masuk pada tanggal 15 Mei 2011)
Anonim. 2011. Hormon Tumbuhan ((http:// id.wikipedia.org/hormon_tumbuhan jalan masuk pada tanggal 15 Mei 2011)
Anonim. 2011. Tropisme (http:// id.wikipedia.org/tropisme jalan masuk pada tanggal 15 Mei 2011)
Anonim.2011.Faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan(http:// kecambah/faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan-dan-pertumbuhan-tumbuhan-tanaman-teori-biologi.htm jalan masuk tanggal 15 Mei 2011)
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Terimakasih Sobat,, sudah berkunjung, jangan lupa di like yah atau tinggalkan pesan anda di kolom facebook paling bawah. Sumber http://agronomiunhas.blogspot.com
Untuk mengetahui bagaimana imbas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan biji kacang hijau dan proses fototropisme serta etiolasi.
B. Landasan Teori
1. Hormon Tumbuhan
Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, ialah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan sanggup hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri memakai analogi fungsi hormon pada hewan. Namun demikian, berbeda dari hewan, hormon flora sanggup bersifat endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan, maupun eksogen, diberikan dari luar sistem individu. Hormon eksogen sanggup juga merupakan materi non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan). Oleh lantaran itu, untuk mengakomodasi perbedaan ini digunakan pula istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances).
a. Pembentukan
Hormon flora merupakan pecahan dari sistem pengaturan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah menjadi prekursor ("pemicu") proses transkripsi RNA. Hormon flora sendiri dirangsang pembentukannya melalui signal berupa acara senyawa-senyawa reseptor sebagai jawaban atas perubahan lingkungan yang terjadi di luar sel. Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon tertentu. Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat tertentu, atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai berekspresi.
Dari sudut pandang evolusi, hormon flora merupakan pecahan dari proses penyesuaian dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon flora tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan, melainkan dibuat oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada tumbuhan, terutama titik tumbuh di pecahan pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya, hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum, ditranslokasi ke pecahan flora yang lain untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan hormon sanggup terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu, maupun ruang-ruang antarsel.
Dalam menjalankan perannya, hormon sanggup berperan secara tunggal maupun dalam koordinasi dengan kelompok hormon lainnya[2]. Contoh koordinasi antarhormon ditunjukkan oleh proses perkecambahan. Embrio biji tidak tumbuh lantaran salah satunya dihambat oleh produksi ABA dalam jaringan embrio biji. Pada dikala biji berada pada kondisi yang sesuai bagi proses perkecambahan, giberelin dihasilkan. Apabila nisbah giberelin:ABA tidak mencapai titik tertentu, perkecambahan gagal. Apabila nisbah ini melebihi nilai tertentu, terjadi perkecambahan. Apabila nisbah giberelin:ABA masih berada di sekitar ambang, konsentrasi sitokinin menjadi penentu perkecambahan.
b. Kelompok Hormon
Terdapat ratusan hormon flora atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama menurut sikap fisiologi yang sama, bukan kemiripan struktur kimia. Pada dikala ini dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaituauksin (bahasa Inggris: auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin ( gibberellins , Gas ), asam absisat (abscisic acid, ABA), dan etilena (etena, ETH). Selain itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai hormon flora namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok flora atau merupakan hormon sintetik, menyerupai brasinosteroid, asam jasmonat, asam salisilat, dan poliamina. Beberapa senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).
Ada 9 auksin indol, 14 sitokinin, 52 giberelin, tiga asam absisat, dan satu etilena yang dihasilkan secara alami dan telah diekstraksi orang. ZPT sintetik ada yang mempunyai fungsi sama dengan ZPT alami, meskipun secara struktural berbeda. Dalam praktik, seringkali ZPT sintetik (buatan manusia) lebih efektif atau lebih murah bila diaplikasikan untuk kepentingan perjuangan tani daripada ekstraksi ZPT alami.
Berdasar bioassay diagnostik, auksin, sitokinin, dan giberelin bersifat mendukung pertumbuhan pada konsentrasi fisiologis (yaitu dalam jumlah sangat kecil). Etilena berposisi sebagai pendukung dan penghambat (inhibitor). ABA ialah penghambat pertumbuhan.
c. Manfaat
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa sekarang telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya banyak sekali macam zat sintetik yang mempunyai imbas yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern meliputi pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tumbuhan terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tumbuhan buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.
2. Auksin
Auksin ialah zat hormon flora yang di temukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di tempat belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuan Belanda berjulukan Fritz Went (1903-1990).
3. Fototropisme
Fototropisme ialah pergerakan pertumbuhan tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsangan cahaya. Contoh dari fototropisme ialah pertumbuhan koleoptil rumput menuju arah datangnya cahaya. Koleoptil merupakan daun pertama yang tumbuh dari tumbuhan monokotil yang berfungsi sebagai pelindung forum yang gres tumbuh. Beberapa hipotesismenyebutkan bahwa hal ini sanggup disebabkan kecepatan pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih gelap lebih cepat dibandingkan dengan sel-sel pada sisi lebih terang lantaran adanya penyebaran auksin yang tidak merata dari ujung tunas. Hipotesis lainnya menyatakan bahwa ujung tunas merupakan fotoreseptor yang memicu respons pertumbuhan. Fotoreseptor ialah molekul pigmen yang disebut kriptokrom dan sangat sensitif terhadap cahaya biru. Namun, para jago menyakini bahwa fototropisme tidak hanya dipengaruhi olehfotoreseptor, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak sekali macam hormon dan jalur signaling.
Arah pertumbuhan kecambah menuju cahaya menunjukkan fototropisme
4. Etiolasi
Etiolasi ialah pertumbuhan flora yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi flora lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan flora tampak pucat. Gejala etiolasi terjadi lantaran ketiadaan cahaya matahari. Kloroplas yang tidak terkena matahari disebut etioplas. Kadar etioplas yang terlalu banyak mengakibatkan flora menguning.
Banyak faktor alasan atau penyebab yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan, tanaman, pohon, dll. Apabila faktor tersebut kebutuhannya tidak terpenuhi maka tumbuhan tersebut sanggup mengalami dormansi / dorman yaitu berhenti melaksanakan aktifitas hidup. Faktor imbas tersebut yakni :
1. Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang memilih tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi flora ialah antara 22 derajat celcius hingga dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut sanggup menimbulkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti
2. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara
Kadar air dalam udara sanggup mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi flora di mana flora sanggup mendapat air lebih gampang serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
3. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat diharapkan oleh tumbuhan untuk sanggup melaksanakan fotosintesis (khususnya flora hijau). Jika suatu tumbuhan kekurangan cahaya matahari, maka tumbuhan itu sanggup tampak pucat dan warna tumbuhan itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari sanggup menghambat proses pertumbuhan.
4. Faktor Hormon
Hormon pada flora juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menyerupai hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang.
C. Alat Dan Bahan
- Pot atau polybag
- Biji kacang hijau
- Tanah humus
- Air
- Mistar
- Camera
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan materi yang akan digunakan
2. Direndam biji kacang hijau kemudian dipilih biji yang tenggelam
3. Dimasukan tanah humus ke dalam pot.
4. Ditanam biji kacang hijau ke dalam pot sebanyak 15 biji untuk setiap pot.
5. Diletakan pot yang terdapat biji kacang hijau yang telah ditanam ditempat yang berbeda :
A. Pot diletakan ditempat yang gelap dan tidak terkena cahaya sama sekali.
B. Pot diletakan di jendala.
6. Dicatat panjang kecambang setiap 2hari sekali.
7. Amati pertumbuhan dan perkembangan kecambah kacang hijau yang dipengaruhi oleh faktor cahaya.
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Panjang Batang Kecambah Biji Kacang Hijau Pada Tempat Gelap
No
Panjang batang kecambah cm/hari rata-rata (Cm/5 hari)
2 4 6 8 10
1 8 13.5 18.7 29.2 34.7 20.82
2 2.3 6.5 15.7 30.4 43.5 19.68
3 8.2 18.4 23.8 31.5 42.7 24.92
4 6.8 10.1 16 18.5 42.7 18.82
5 5.1 17.7 30.5 42.5 42.7 27.7
6 3.3 6.5 24.5 33.5 43.4 22.24
7 4.1 7.5 36.6 41.9 42.8 26.58
8 5.6 20.3 36.5 49 49.3 32.14
9 5.7 11.5 25.1 30.5 33.9 21.34
10 1.3 4 28 30.5 35.5 19.86
11 5.1 20.1 35 42.5 43.5 29.24
12 - - - - - -
13 - - - - - -
14 - - - - - -
15 - - - - - -
2. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Panjang Batang Kecambah Biji Kacang Hijau Yang Diletakan Di jendela
No Panjang Batang Kecambah (cm/hari) Rata-rata (Cm/5 hari)
2 4 6 8 10
1 1,5 11,5 15 18 18 12.8
2 7,4 16,4 21,4 22,9 22,9 18.2
3 4,4 13,7 19,5 20,1 20,1 15.56
4 2,9 11,5 16,4 17,7 17,7 13.24
5 7,5 16,4 21,5 22,7 22,7 18.16
6 6 17,9 25,6 27 27 20.7
7 2 7,5 17,3 24,5 26,8 15.62
8 4,5 14,4 23 24,6 24,6 18.22
9 7,3 19,4 25,5 27,5 27,5 21.44
10 7,5 16,6 22 22,6 22,6 18.26
11 2,1 13,9 23,1 23,9 23,9 17.38
12 7,8 17,8 24,7 26,4 27 20.74
13 - - - - - -
14 - - - - - -
15 - - - - - -
F.Pembahasan
Pada Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana imbas cahaya terhadap pertumbuhan biji kacang. Biji kacang hijau yang telah dipilih dan ditanam pada tanah humus mendapat dua perlakuan yaitu pada pot A diletakan di tempat yang gelap sehingga tidak terkena cahaya sedikit pun. Sedangkan pada pot B diletakan di jendala, sehingga mendapat cahaya dari arah luar jendela. Setelah itu dilakukan pengukuran terhadap pertumbuhan panjang batang dan pengamatan keadaan batang dan daun kecambah biji kacang hijau.
Dari data hasil pengamatan sanggup dilihat bahwa terjadi perbedaan pertumbuhan biji kacang hijau yang ditempatkan pada tempat gelap dengan pertumbuhan yang terjadi pada biji kacang hijau yang diletakan dijendela(terkena cahaya). Pertumbuhan batang kecambah biji kacang hijau yang diletakan ditempat gelap mengalami pertumbuhan dan laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan dan laju pertumbuhan yang dialami kecambah kacang hijau yang diletakan di jendela dengan satu arah cahaya.
Pada grafik yang ditampilkan diatas terang terlihat perbedaan rata-rata pertambahan panjang kecambah pada tempat gelap jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang kecambah ditempat yang terkena cahaya.
Perbedaan pertumbuhan dan laju pertumbuhan kecambah pada dua tempat ini disebabkan oleh faktor cahaya dan hormon. Pada tumbuhan mempunyai hormon diantaranya hormone auksin yang berfungsi dalam pemanjangan dan pembesaran sel pada tumbuhan. Hormon auksin sangat peka terhadap cahaya. Jika hormon auksin terkena cahaya matahari, maka hormon auksin akan terdegradasi (terurai) dan tidak aktif sehingga pemanjangan sel terhambat. Auksin ialah zat hormon flora yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di tempat belakang meristem ujung
Pada pot A yaitu biji kacang hijau yang diletakan di tempat yang gelap dan tidak terkena cahaya, memicu kerja hormon auksin sehingga permbesaran dan pemanjangan sel pada batang lebih cepat. Hormon auksin pada tempat gelap tidak terurai dan akan terus melaksanakan fungsinya dalam pembelahan sel. Peristiwa ini disebut dengan etiolasi. Etiolasi ialah pertumbuhan flora yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi flora lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan flora tampak pucat.
Pada Pot A mengalami pertumbuhan batang yang tidak normal menyerupai batang yang tumbuh terlalu panjang, batang yang lemah, serta akar yang banyak dan lebat. Selain tidak adanya cahaya menciptakan daun pada kecambah kacang hijau berwarna kuning dan tiak berwarna hijau. Kloroplas pada daun yang mengalami etiolasi atau tidak terkena cahaya disebut dengan etioplas. Karena kekurangan cahaya, pembentukan klorofil pada daun juga terhambat, sehingga menciptakan daun kecambah kacang hijau berwarna hijau pucat bahkan berwarna kuning.
Kecambah yang mengalami peritiwa Etiolasi (tempat gelap) mempunyai batang yang panjang, lemah, daun berwarna kuning dan akar yang banyak,laju pertumbuhan yang cepat lantaran dipengaruhi hormone auksin.
Pada pot B mendapat perlakuan penyinaran satu arah yaitu cahaya matahari yang tiba dari arah luar jendela. Berbeda dengan pot A, pemanjangan batang tidak secepat pada pot A. lantaran Hormon auksin pada pot B( terkena cahaya matahari) hormon auksinnya terurai dan tidak bekerja Sehingga pertumbuhan tidak secepat yang pada pot A. Penyebaran auksin yang tidak merata mengakibatkan pertumbuhan batang kecambah mengarah pada cahaya matahari dan batang membengkok. Peristiwa ini disebut dengan Fototropisme. Fototropisme ialah pergerakan pertumbuhan tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsangan cahaya.
Peristiwa ini menunjukkan insiden Fototropisme pada kecambah kacang hijau yang mengakibatkan batang membengkok kearah cahaya,daun nya juga tampak hijau
Pada pot B atau pada percobaan fototropisme, pembengkokan batang ke arah cahaya tidak terlilay betul dan jelas, lantaran faktor cahaya lampu. Pada malam hari kecambah membengkok ke arah cahaya lampu, sedangkan pada siang hari batang kecambah membengkok ke arah cahaya yang tiba dari jendela sehingga membengkok ke arah cahaya matahari. Jadi, dari percobaan ini diketahui batang kecambah kacang hijau pada insiden fototropisme akan membengkok ke arah cahaya dikarenakan penyebaran hormone auksin yang tidak merata dan hormone auksin yang peka dan terurai kalau terkena cahaya,kecambah kacang hijau yang mendapat cahaya matahari pertumbuhan normal, lantaran penyebaran auksin yang merata. Penyebaran auksin yang merata dan terkenanya cahaya matahari yang merata pada batang mengakibatkan batang tumbuh lambat, tetapi batang tumbuh dengan berpengaruh dan daun yang berwarna hijau segar, selain itu makanan atau nutrient yang diharapkan tercukupi.
G. Kesimpulan
1. Auksin ialah zat hormon flora yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di tempat belakang meristem ujung. Auksin akan terurai kalau terkena cahaya.
2. Etiolasi ialah pertumbuhan flora yang sangat cepat menyerupai batang tumbuh lebih panjang di tempat gelap namun kondisi flora lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan flora tampak pucat. Peristiwa etiolasi terjadi pada Pot A (tempat gelap). Penyebab etiolasi, lantaran tidak ada cahaya mengakibatkan auksin tidak terurai dan aktif memperbesar dan memperpanjang sel batang lebih cepat secara terus menerus.
3. Fototropisme ialah pergerakan pertumbuhan tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsangan cahaya. Peristiwa ini terjadi pada pot B. Pada pot B batang membekok ke arah cahaya yang disebabkan oleh penyebaran auksin yang merata. Pada sisi gelap auksin akan aktif dan memperpanjang sel terus menerus dan batang akan lebih panjang pada sisi gelap, sedangkan pada sisi terang auksin terurai.
4. Pertumbuhan biji kacang hijau ditempat gelap disebut dengan etiolasi sedangkan pertumbuhan biji kacang hijau di tempat yang terang disebut fototropisme.
H. Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Etiolasi (http:// id.wikipedia.org/etiolasi jalan masuk pada tanggal 15 Mei 2011)
Anonim. 2011. Hormon Tumbuhan ((http:// id.wikipedia.org/hormon_tumbuhan jalan masuk pada tanggal 15 Mei 2011)
Anonim. 2011. Tropisme (http:// id.wikipedia.org/tropisme jalan masuk pada tanggal 15 Mei 2011)
Anonim.2011.Faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan(http:// kecambah/faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan-dan-pertumbuhan-tumbuhan-tanaman-teori-biologi.htm jalan masuk tanggal 15 Mei 2011)
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Terimakasih Sobat,, sudah berkunjung, jangan lupa di like yah atau tinggalkan pesan anda di kolom facebook paling bawah. Sumber http://agronomiunhas.blogspot.com
0 Response to "Etiolasi Dan Fototropisme"
Posting Komentar