Cerpen Aira Bersama Imajinasinya
Contoh Cerpen
Cerpen ialah jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau kisah perihal insan dan seluk beluknya lewat goresan pena pendek. Pada artikel kali ini saya akan memperlihatkan sebuah pola cerpen cinta yang berjudul Aira Bersama Imajinasinya karya Sofi Alifani. Silakan meyiimak pola cerpen Aira Bersama Imajinasinya.Aira Bersama Imajinasinya
Oleh : Sofi Alifani
"Di seberang sana, sebuah kastil bangun kokoh. Batu-batu yang menjadi dindingnya menyiratkan kekuatan yang tak terkikis oleh waktu. Di atas sana, terlihat mavis kecil yang melamun menatap kilauan pancaran cahaya bulan di permukaan danau."
Sepenggal cerpen karya aira yang ia tulis untuk sebuah tabloid itu. Belum terselesaikan cerpen fantasy itu alasannya ia masih sibuk mengupdate ke sosial medianya. Sesekali ia ikut membalas tweet dari teman-temanya. Entah sudah berapa kali ai mengeklik tombol retweet lewat kursor laptopnya.
Tiba-tiba ada sebuah pesan gres yang masuk. Nama asing bagi aira. Namun, pesanya begitu menarik.
"Mari ikut saya melihat kehidupanku. Seorang Vampir."
"Vampire? Mungkin ia terobsesi dengan GGS yang sedang bumin itu." bisi aira heran
Rasa kantuk sudah mulai terasa di mata aira. Ia tak kuasa menahan kantuknya.
"Mengapa saya berlampukan kunang-kunang? Sejak kapan kamarku berhiaskan batu-batu ini?" pertanyaan-pertanyaan mulai muncul dalam benak aira. Hingga akhirnya, ia pun sadar bahwa ia tidak sedang berada dikamarnya.
"Hai..." sapa gadis kecil yang bangun di depan pintu kastil
"Kau memanggilku?" tanya aira
"Tentu saja saya memanggilmu, alasannya tidak ada orang lagi di sini kan?" gadis itu mendekat
"Aku berada dimana?"
"Sekarang abang berada di rumahku. Duniaku. Mari ikut denganku."
Mereka menuju taman kastil. Dekat danau yang airnya berkilau alasannya terkena pantulan sinar bulan.
"Apakah kau mengenalku?" tanya aira
"Sangat." katanya tersenyum
"Sungguh? Tapi kenapa kau asing bagiku?" aira semakin bingung
Sesampailah mereka di tepi danau. Persis di pinggir danau. Mata aira tertuju pada cahaya-cahaya seakan-akan kembang api yang infinit di danau. Tepatnya di tengah hutan.
"Apa itu? Oh iya, siapa namamu?"
"Namaku mavis. Aku gres saja berulang tahun ke 117."
"Mavis? 117?"
"Yah, kita sebaya."
"Ada pertunjukan apa di sana? Aku ingin melihatnya."
"Di atas sana. Di bukit altar. Banyak vampir yang sedang berlatih sihir. Kau tertarik ke sana aira?" tawar mavis
"Tentu saja. Tapi dengan apa kita menuju ke sana?"
"Aku akan memunculkan sebuah bahtera kecil untuk kita berdua."
"Segera ajak saya ke sana, mavis!"
"Akhirnya kau meyadari siapa diriku?"
"Bagaimana ini dapat terjadi?" mata aira menatap erat sosok mavis.
Gadis nan manis yang ia deskripsikan dalam ceritanya lewat imajinasi. Aira benar-benar ingat sekarang. Dalam ceritanya, mavis megajak seorang perjaka pergi ke danau.
Sepanjang perjalanan ke altar...
"Bukan sekedar mengarang, tapi kau menuliskanku dengan baik."
"Apakah ini nyata?"
"Tergantung bagaimana kau meyakini perjalananmu." mavis hanya terseyum manis
Sesampainya mereka ke seberang danau, dan akan melanjutkan perjalanan, terlihat seorang pria yang menghampiri aira dan mavis.
"Hendak kemana mavis kecil sayang?" tanya pria itu
"Ayah, temanku ingin melihat para vampire melatih kekuatannya."
"Maaf mavis, sedang ada pemusnahan vampire di atas sana. Kau tidak akan diijinkan pergi ke sana."
"Baik ayah, bawa kami kembali ke kastil dengan cepat, ayah."
"Berpeganglah kalian pada ayah."
Secepat hembusan angin, mavis dan aira datang di kastil kembali. Ayah mavis membuatnya secangkir kopi untuk aira. Segera ia meyeruput kopi hangat dari verosa, ayah mavis.
Seketika itu penglihatan aira pribadi kabur. Perlahan semua mulai memudar. Tak terang sama sekali.
"Tukk." terdengar bunyi pelan dari arah speaker
Aira tersadar. Ia tadi hanya bermimpi. Tapi anehnya, ia dapat mencicipi ampas kopi di tenggorokannya. Segera ia mengarahkan tombol mouse pada symbol pesan. Ada pesan gres dan sebuah photo.
"Kopi tadi semoga kau tersadar dari duniaku. Percayalah, saya bukan sekedar imajinasimu, Mavis"
Aira mengklik tombol photo yang ada di bawah pesan. Terlihat photo pemandangan malam danau yang sama persis dengan apa yang ia lihat dalam mimpi tadi.
Sumber http://perpustakaanvikko.blogspot.com
"Hai..." sapa gadis kecil yang bangun di depan pintu kastil
"Kau memanggilku?" tanya aira
"Tentu saja saya memanggilmu, alasannya tidak ada orang lagi di sini kan?" gadis itu mendekat
"Aku berada dimana?"
"Sekarang abang berada di rumahku. Duniaku. Mari ikut denganku."
Mereka menuju taman kastil. Dekat danau yang airnya berkilau alasannya terkena pantulan sinar bulan.
"Apakah kau mengenalku?" tanya aira
"Sangat." katanya tersenyum
"Sungguh? Tapi kenapa kau asing bagiku?" aira semakin bingung
Sesampailah mereka di tepi danau. Persis di pinggir danau. Mata aira tertuju pada cahaya-cahaya seakan-akan kembang api yang infinit di danau. Tepatnya di tengah hutan.
"Apa itu? Oh iya, siapa namamu?"
"Namaku mavis. Aku gres saja berulang tahun ke 117."
"Mavis? 117?"
"Yah, kita sebaya."
"Ada pertunjukan apa di sana? Aku ingin melihatnya."
"Di atas sana. Di bukit altar. Banyak vampir yang sedang berlatih sihir. Kau tertarik ke sana aira?" tawar mavis
"Tentu saja. Tapi dengan apa kita menuju ke sana?"
"Aku akan memunculkan sebuah bahtera kecil untuk kita berdua."
"Segera ajak saya ke sana, mavis!"
"Akhirnya kau meyadari siapa diriku?"
"Bagaimana ini dapat terjadi?" mata aira menatap erat sosok mavis.
Gadis nan manis yang ia deskripsikan dalam ceritanya lewat imajinasi. Aira benar-benar ingat sekarang. Dalam ceritanya, mavis megajak seorang perjaka pergi ke danau.
Sepanjang perjalanan ke altar...
"Bukan sekedar mengarang, tapi kau menuliskanku dengan baik."
"Apakah ini nyata?"
"Tergantung bagaimana kau meyakini perjalananmu." mavis hanya terseyum manis
Sesampainya mereka ke seberang danau, dan akan melanjutkan perjalanan, terlihat seorang pria yang menghampiri aira dan mavis.
"Hendak kemana mavis kecil sayang?" tanya pria itu
"Ayah, temanku ingin melihat para vampire melatih kekuatannya."
"Maaf mavis, sedang ada pemusnahan vampire di atas sana. Kau tidak akan diijinkan pergi ke sana."
"Baik ayah, bawa kami kembali ke kastil dengan cepat, ayah."
"Berpeganglah kalian pada ayah."
Secepat hembusan angin, mavis dan aira datang di kastil kembali. Ayah mavis membuatnya secangkir kopi untuk aira. Segera ia meyeruput kopi hangat dari verosa, ayah mavis.
Seketika itu penglihatan aira pribadi kabur. Perlahan semua mulai memudar. Tak terang sama sekali.
"Tukk." terdengar bunyi pelan dari arah speaker
Aira tersadar. Ia tadi hanya bermimpi. Tapi anehnya, ia dapat mencicipi ampas kopi di tenggorokannya. Segera ia mengarahkan tombol mouse pada symbol pesan. Ada pesan gres dan sebuah photo.
"Kopi tadi semoga kau tersadar dari duniaku. Percayalah, saya bukan sekedar imajinasimu, Mavis"
Aira mengklik tombol photo yang ada di bawah pesan. Terlihat photo pemandangan malam danau yang sama persis dengan apa yang ia lihat dalam mimpi tadi.
0 Response to "Cerpen Aira Bersama Imajinasinya"
Posting Komentar