Makalah Psikologi Wacana Faktor Yang Menghipnotis Proses Dan Hasil Belajar
Melanjutkan artikel sebelumnya wacana makalah terhadap limbah dan penanggulangannya, lantaran banyak yang meminta untuk memposting kembali makalah lainnya, kali ini saya akan memposting artikel untuk anda wacana ilmu psikologi yaitu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Berikut klarifikasi lengkapnya;
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Telah dikatakan bahwa berguru ialah suatu proses yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laris atau kecakapan. Perubahan yang terjadi itu sebagai jawaban dari kegiatan berguru yang telah dilakukan individu, perubahan ini ialah hasil yang telah dicapai dari proses belajar, untuk mendapatkan hasil berguru dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dan dalam individu dan diluar individu, proses ini tidak sanggup dilihat lantaran bersifat psikologis, kecuali bila terjadi dalam diri seseorang hanya sanggup disimpulkan dari hasilnya, lantaran aktifitas berguru yang telah dilakukan.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini rumusan problem yang akan dikaji diantaranya:
1. Apa saja faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
2. Apa saja faktor instrumen yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
3. Apa saja faktor fisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
4. Apa saja faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
1.3.Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
1. Memahami faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
2. Memahami faktor instrumen yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
3. Memahami faktor fisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
4. Memahami faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Adapun kegunaannya adalah:
1. Menambah wawasan dan sebagai materi bacaan.
2. Memenuhi kiprah terstruktur mata kuliah Psikologi Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan social
a. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diharapkan untuk menentukan keberhasilan berguru siswa, ibarat guru, administrasi, dan teman-teman sekelas sanggup memengaruhi proses berguru seorang siswa. Hubungan serasi antara ketiganya sanggup menjadi motivasi bagi siswa untuk berguru lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan sanggup menjadi contoh seorang guru atau manajemen sanggup menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan berguru para siswa disekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
b. Lingkungan social masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat daerah tinggal siswa akan memengaruhi berguru siswa. Seorang siswa hendaknya sanggup menentukan lingkungan masyarakat yang sanggup menunjang keberhasilan belajar. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga sanggup memengaruhi acara belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan sahabat belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat berguru yang kebetulan belum dimilkinya. Lingkungan yang sanggup menunjang keberhasilan berguru diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, ibarat kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian cukup umur dan lain-lain.
c. Lingkungan social keluarga.
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan berguru seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses berguru dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya sanggup memberi dampak terhadap acara berguru siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang serasi akan membantu siswa melaksanakan acara berguru dengan baik.
2) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a. Lingkungan alamiah, ibarat kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang sanggup mempengaruhi acara berguru siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses berguru siswa akan terlambat.
b. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya diubahsuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, diubahsuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, semoga guru sanggup menawarkan bantuan yang faktual terhadap acara berguru siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan banyak sekali metode mengajar yang sanggup diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
2.2. Faktor Instrumental
Faktor instrumental ialah faktor yang keberadaan dan penggunaanya dirancangkan sesuai dengan hasil berguru yang diharapkan.[2] Faktor-faktor ini diharapkan sanggup berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan berguru yang telah direncanakan, faktor-faktor instrument ini sanggup berwujud faktor-faktor seperti:
a. Gedung perlengkapan belajar
b. Alat-alat praktikum
c. Perpustakaan
d. Kurikulum
e. Bahan / agenda yang dipelajari
f. Pedoman-pedoman berguru & sebagainya.
2.3. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ialah factor-factor yang berafiliasi dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam :
1) Keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi acara berguru seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan menawarkan imbas faktual terhadap kegiatan berguru individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil berguru yang maksimal. Oleh lantaran itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses berguru , maka perlu ada perjuangan untuk menjaga kesehatan jasmani.
2) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses berguru berlangsung, kiprah fungsi fisiologis pada badan insan sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra.[3] Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah acara berguru dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga insan sanggup menangkap dunia luar. Panca indra yang mempunyai kiprah besar dalam acara berguru ialah mata dan telinga. Oleh lantaran itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik. Dengan menyediakan sarana berguru yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan indera pendengaran secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
2.4 Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan berguru ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang sanggup menunjang keberhasilan berguru ialah kondisi mental yang mantap dan stabil. [4]
Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses berguru ialah :
a) Kecerdasan /Intelegensi Siswa
Intelegensi ialah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menhadapi dan menyesuaikan kedalam situasi gres dengan cepat dan efektif, mengetahui atau konsep-konsep yang abnormal secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan berguru dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau beradaptasi dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ badan lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, lantaran fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh acara manusia.
b) Motivasi
Motivasi ialah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan berguru siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melaksanakan kegiatan belajar. Para jago psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, menawarkan arah, dan menjaga sikap setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai imbas kebutuhan-kebutuhan dan cita-cita terhadap intensitas dan arah sikap seseorang.[5]
Dari segi sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik ialah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan menawarkan dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, lantaran membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik mempunyai imbas yang efektif, lantaran motivasi intrinsik relatif lebih usang dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk berguru anatara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyidik dunia yang lebih luas
b. Adanya sifat faktual dan kreatif yang ada pada insan dan cita-cita untuk maju
c. Adanya cita-cita untuk mencapai prestasi sehingga mendapat pemberian dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang mempunyai kegunaan bagi dirinya, dan lain-lain.[6]
Motivasi ekstrinsik ialah faktor yang tiba dari luar diri individu tetapi memberi imbas terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, contoh guru, orang tua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara faktual akan mempengaruhi semangat berguru seseorang menjadi lemah.
c) Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau cita-cita yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber Syah, minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap banyak sekali faktor internal lainnya, ibarat pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.[7]
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, lantaran memberi imbas terhadap acara belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh lantaran itu, dalam konteks berguru di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa semoga tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat berguru tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan menciptakan materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain berguru siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik dikala mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya kalau jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
d) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu sanggup memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap ialah tanda-tanda internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, insiden dan sebaginya, baik secara faktual maupun negatif.
Sikap siswa dalam berguru sanggup dipengaruhi oleh perasaan bahagia atau tidak bahagia pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha menawarkan yang terbaik bagi siswanya, berusaha berbagi kepribadian sebagai seorang guru yang empati, sabar, dan ikhlas kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang ia punya dengan baik dan menarik sehingga menciptakan siswa sanggup mengikuti pelajaran dengan bahagia dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
e) Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses berguru ialah bakat. Secara umum, talenta (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating. Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan talenta sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untuk belajar.[8] Dengan demikian, talenta ialah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diharapkan dalam proses berguru seseorang. Apabila talenta seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka talenta itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai talenta atau potensi untuk mencapai prestasi berguru sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, talenta juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melaksanakan kiprah tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai talenta tertentu, akan lebih gampang menyerap informasi yang berafiliasi dengan talenta yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih gampang mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena berguru juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu, maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami talenta yang dimilki oleh anaknya atau penerima didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk menentukan jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
f) Perhatian
Tentulah sanggup diterima bahwa subjek didik yang menawarkan perhatian intensif dalam berguru akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai acara belajar. Perhatian intensif subjek didik ini sanggup dieksloatasi sedemikian rupa melalui taktik pembelajaran tertentu, ibarat menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, ibarat bermain kiprah (role playing), debat dan sebagainya.
Strategi pembelajaran ibarat ini juga sanggup memancing perhatian yang impulsif dari subjek didik. Perhatian yang impulsif dimaksudkan ialah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan untuk mengetahui sesuatu, ibarat kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di balik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi memperlihatkan bahwa perhatian impulsif cendrung menghasilkan ingatan yang lebih usang dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.
g) Pengamatan
Pengamatan ialah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bagi masuknya imbas dari luar ke dalam individu subjek didik, dan lantaran itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling mayoritas peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi sepertinya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.
h) Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) mendapatkan kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin lantaran fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.[9] Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik bisa mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini sanggup dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang dipakai pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik ialah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
i) Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir ialah berkembangnya ilham dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ilham dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan relasi antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari citra ini sanggup dilihat bahwa berfikir intinya ialah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.[10]
Kemampuan berfikir pada insan alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya mempunyai kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran ialah berbagi kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang mempunyai kecendrungan untuk menawarkan klarifikasi yang “selengkapnya” wacana satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya berbagi kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran ibarat ni akan menghadirkan saingan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
j) Motif
Motif ialah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, ibarat pemberian hadiah bila seseorang sanggup menuntaskan satu kiprah dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca lantaran ia memang ingin mengetahui lebih dalam wacana sesuatu.
Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat semoga tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini, setiap subjek didik sanggup melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya. Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hasil berguru yang didapatkan oleh seorang siswa bahwasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
a. Lingkungan, baik sosial maupun non sosial.
b. Instumen.
c. Fisiologis, meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi jasmani.
d. Psikologis, terdiri dari kecerdasan, motivasi, minat, bakat, perhatian, ingatan, pengamatan, berfikir dan motif.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan kekurangan maka dari itu, penulis mengharapkan semoga para pembaca bisa menawarkan masukan kepada penulis. Semoga makalah ini dipergunakan sebaik-baiknya.
[1] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2003),hal 64.
[2] Nana Syaodih Sukmadinata,Lansadan Psikologi Proses Pendidikan,2007,(Bandung:Rosda), hal.164
[3] Abdil Rahman Sholeh,Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,2008(Jakarta:Recana), cet.III, hal 221
[4] Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,2008,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya), hal.
[5] Muhibbin Syah,...hal.
[6] candysweet-aina.blogspot.com/search?q=makalah-dampak-limbah-terhadap" target="_blank">DISINI
Sumber http://maulanaeo14.blogspot.com
0 Response to "Makalah Psikologi Wacana Faktor Yang Menghipnotis Proses Dan Hasil Belajar"
Posting Komentar