iklan banner

Langkah-Langkah Penyusunan Sistematika Perencanaan Media

Secara umum sanggup diperinci langkah-langkah perencanaan media sebagai berikut:

1.   Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa.
2.   Perumusan tujuan instruksional (instructional objective).
3.   Perumusan butir-butir materi yang terperinci.
4.   perumusan pengembangan alat pengukur keberhasilan.
5.   Merumuskan instrumen tes dan revisi

Berikut klarifikasi terkait pada denah diatas:

1.   Identifikasi Kebutuhan dan Karakteristik siswa

Sebuah perencanaan didasarkan atas kebutuhan (need), apakah kebutuhan itu? Salah satu indikator adanya kebutuhan lantaran didalamnya terdapat kesenjangan (gap). Kesenjangan yakni adanya ketidak sesuaian antara apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi.

Dalam pembelajaran yang dimaksud dengan kebutuhan yakni adanya kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan,dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang.

Jika yang kita inginkan siswa menguasai 1500 kosa kata bahasa inggris, sedangkan siswa hanya menguasai 800 kata, maka terjadi kesenjangan 700 kata lagi. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah pembelajaran bagaimana meningkatkan kemampuan penguasaan kosa kata sehingga hingga pada sasaran 1500 kata.

Contoh lain contohnya pada siswa SD, mereka diharapkan mempunyai keterampilan dalam membaca, menulis, dan berhitung. Ternyata dalam kenyataannya mereka gres sanggup membaca saja, sehingga kebutuhannya yakni bagaimana supaya mereka bisa menulis dan berhitung. Begitu halnya bila siswa diharapkan mempunyai kemampuan untuk menjumlahkan, mengalikan dan membagi, namun ternyata mereka gres saja bisa menjumlahkan saja.

Dengan demikian kebutuhannya yakni meningkatkan kemampuan mengalikan dan membagikan. Tidak hanya kemampuan dan keterampilan, pada aspek sikap juga sering terjadi kesenjangan yang mendorong kebutuhan.

Misalnya siswa SD diharapkan sudah bisa berperilaku hidup sehat dengan rajin menggosok gigi, membuang sampah pada tempatnya, mandi dua kali sehari, selalu berpakaian rapi dan tidak jajan sembarangan. Namun dalam kenyataannya tidak sesuai dengan harapan, dengan demikian terjadi kebutuhan bagaimana meningkatkan sikap siswa untuk hidup bersih.

Adanya kebutuhan, seyogyanya menjadi dasar dan pijakan dalam membuat media pembelajaran, lantaran dengan dorongan kebutuhan inilah media sanggup berfungsi dengan baik. Misalnya dalam pembelajaran bahasa inggris pada umumnya siswa merasa kesulitan untuk membuat kalimat bahasa inggris ditambah perasaan aib dan takut untuk berbicara. Guru yang kreatif sanggup membuat sebuah media.

Kesesuaian media dengan siswa menjadi dasar pertimbangan utama, lantaran hampir tidak ada satu media yang sanggup memenuhi semua tingkatan usia, dalam hal ini Barbara B. Seeles (1994:98) menyampaikan bahwa diharapkan informasi perihal gaya mencar ilmu siswa atau learning style. Beberapa learning style yang sanggup diidentifikasi dari siswa adalah:

a.  Tactile/Kines thetic. Para siswa memperoleh hasil mencar ilmu optimal apabila disibukkan dengan suatu aktivitas. Mereka tidak ingin hanya membaca tetapi ikut terlibat pribadi melaksanakan sendiri.
b.  Visual/perceptual. Para siswa memperoleh hasil mencar ilmu yang optimal dengan penglihatan. Demonstrasi ini dari papan tulis, diagram, grafik, dan tabel, yakni semua alat yang berharga untuk mereka pelajar tipe visual selalu ingin melihat gambar, diagram, flow chart, time line, film, dan demonstrasi.
c.  Auditory. Pelajar menyukai informasi dengan format bahasa lisan. Hasil mencar ilmu diperoleh melalui mendengarkan ceramah kuliah dan mengambil penggalan pada diskusi kelompok.
d.   Aktif Versus Reflektif Aktif: pelajar cenderung untuk mempertahankan dan memahami informasi yang terbaik apa dengan melaksanakan sesuatu secara aktif dengan mendiskusikan pada orang lain.
e.  Reflektif: pelajar suka memikirkan sesuatu dengan hening “Mari kita fikirkan terlebih dulu” yakni balasan pelajar yang reflektif.
f.    Seqwential Versus Global Seqwential: Pelajar menyukai untuk berproses step-by-step, terhadap suatu cara dan hasil simpulan yang sempurna.
g.  Global: Pelajar menyukai suatu ikhtisar atau “gambaran besar” dari apa yang mereka akan lakukan sebelum menuju pembelajaran dengan proses yang kompleks.

Kebutuhan akan media sanggup didasarkan atas tuntutan kurikulum. Siswa kelas enam SD pada simpulan tahun diharapkan mempunyai sejumlah kemampuan, keterampilan dan sikap yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Pada awal tahun pedoman tentulah guru menghadapi kesenjangan untuk mencapai sasaran kurikulum sehingga pada simpulan tahun kemampuan itu sudah sanggup dimiliki siswa.

Media yang dipakai siswa, haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Misalnya seorang siswa yang ingin mencar ilmu ucapan dan percakapan dalam bahasa inggris melalui kaset audio, hanya akan sanggup mengikutinya bila siswa tersebut telah mempunyai kemampuan awal berupa penguasaan kosa kata dan sanggup menyusun kalimat sederhana. Jika itu tidak memperhatikan kemampuan tersebut ketika diberikan media tersebut siswa akan mengalami kesulitan.

Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa acara yang terlalu gampang akan membosankan bagi siswa dan sedikit sekali keuntungannya bagi siswa lantaran siswa tidak memperoleh suplemen kemampuan yang sebenarnya. Sebaliknya acara media yang terlalu sulit akan membuat siswa frustasi.

Kemampuan dan keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh siswa tidak sanggup terpenuhi dan terserap dengan baik, sehingga tidak terjadi perubahan sikap pada siswa.Inilah yang harus dihindari dalam perancangan media pembelajaran.

2.   Perumusan tujuan

Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan arena dengan tujuan akan mempengaruhi arah dan tindakan kita. Dalam pembelajaran tujuan juga merupakan faktor yang sangat penting, lantaran tujuan itu akan menjadi arah kepada siswa untuk melaksanakan sikap yang diharapkan dengan tujuan tersebut.

Contohnya: Dengan memakai gambar, siswa SD diharapkan mempunyai pengetahuan untuk membedakan binatang karnivora, herbivora, dan omnivora. Dengan tujuan tersebut baik guru maupun siswa mempunyai kejelasan apa yang harus dicapai, apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut, materi apa yang harus disiapkan guru,dan bagaimana cara menyampaikannya, sudah tergambar dengan jelas.

Dengan tujuan yang terang menyerupai itu, maka dengan gampang guru sanggup mengetahui sejauh mana siswa bisa mencapai tujuan itu. Oleh lantaran itu, tujuan sanggup dirumuskan sebagai berikut:

a.   Learner Oriented

Dalam merumuskan tujuan, harus selalu berpatokan pada sikap siswa. Sehingga dalam perumusannya kata-kata siswa secara eksplisit dituliskan. Selain itu, sikap yang diharapkan dicapai harus mungkin sanggup dilakukan siswa dan bukan sikap yang tidak  mungkin dilakukan siswa. Tujuan itu berorientasi pada hasil, sehingga secara kuantitas sanggup diukur.

Contoh:Siswa SD kelas III sanggup menyebutkan tiga jenis binatang yang tergolong herbivora dengan benar.

b.   Operational

Perumusan tujuan harus dibentuk secara spesifik dan operasional sehingga gampang untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Tujuan spesifik ini terkait dengan penggunaan kata kerja. Kata kerja yang umum akan menghasilkan sikap atau tindakan siswa yang juga bersifat umum, namun sebaliknya kata yang khusus maka akan menghasilkan sikap siswa yang khusus pula.

Contohnya: siswa diharapkan bisa memahami proses alamiah terjadinya hujan. Atau kerja yang dipakai yakni memahami, kata ini bersifat umum masih diharapkan kata-kata kerja lain yang dijadikan indikator untuk menentukan bahwa siswa memahami, contohnya kata menjelaskan, menyebutkan,merinci dan lain-lain yakni kata kerja yang lebih spesifik da operasional.

c.   ABCD

Untuk memudahkan merumuskan tujuan pembelajaran, Baker(1971) membuat teknik perumusan tujuan pembelajaran dengan rumus ABCD dengan klarifikasi sebagai berikut:

A.  Audience, artinya sasaran sebagai pembelajar yang perlu dijelaskan secara spesifik biar terang untuk siapa tujuan tersebut diberikan. Sasaran yang dimaksud contohnya siswa SD kelas IV, siswa Sekolah Menengah Pertama kelas 2, siswa Sekolah Menengan Atas kelas 3.
B. Behaviour, adalah sikap spesifik yang diharapkan dilakukan atau dimunculkan siswa sesudah pembelajaran berlangsung. Behaviour dirumuskan dalam bentuk kata kerja, contohnya: menjelaskan, menyebutkan, merinci, mengidentifikasi,memberikan contoh dan sebagainya.
C. Conditioning, yaitu keadaan yang harus dipenuhi atau dikerjakan siswa pada ketika dilakukan pembelajaran, misalnya: dengan cara mengamati, tanpa membaca kamus, dengan memakai kalkulator, dan sebagainya.
D.  Degree , yakni batas minimal tingkat keberhasilan terendah yang harus dipenuhi dalam mencapai sikap yang diharapkan. Penentuan ini tergantung pada jenis materi, penting tidaknya materi. Contoh: 3 buah, minimal 80%, empat jenis, dan sebagainya.    

3.   Perumusan materi

Titik tolak perumusan materi pembelajaran yakni dari rumusan tujuan. Materi berkaitan dengan substansi isi pelajaran yang harus diberikan. Materi perlu disusun dengan memperhatikan kriteria-kriteria tertentu, diantaranya:

a.  Sahih atau valid, materi yang dituangkan dalam media untuk pembelajaran benar-benar telah teruji kebenarannya. Hal ini juga berkaitan dengan keaktualan materi sehingga materi yang disisipkan tidak ketinggalan zaman, dan menunjukkan bantuan untuk masa yang akan datang.
b. Tingkat kepentingan (significant), dalam menentukan materi perlu dipertimbangkan pertanyaan sebagai berikut, sejauh mana materi tersebut untuk dipelajari? Penting untuk siapa? Dimana dan mengapa? Dengan demikian materi yang diberikan kepada siswa benar-benar yang dibutuhkannya.
c.   Kebermanfaatan (utility) kebermanfaatan yang dimaksud haruslah dipandang dari dua sudut pandang yaitu kebermanfaatan secara akademis dan non akademis, secara akademis materi harus bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan siswa, sedangkan non akademis materi harus menjadi bekal berupa life skill baik berupa pengetahuan aplikatif, keterampilan dan sikap yang dibutuhkannya dalam kehidupan keseharian.
d. Learnability artinya sebuah acara harus dimungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, sulit ataupun sukar) dan materi latih tersebut layak dipakai sesuai dengan kebutuhan setempat.
e.  Menarik minat (interest) materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan sanggup memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus mengakibatkan keingintahuan siswa lebih lanjut, sehingga memunculkan dorongan lebih tinggi untuk mencar ilmu secara aktif dan mandiri.

Begitu pula halnya dengan materi dalam sebuah acara media, kriteria materi yang diuraikan tersebut berlaku juga untuk materi pada media. Sebuah acara media didalamnya haruslah berisi materi yang harus dikuasai oleh siswa. Jika tujuan sudah dirumuskan dengan baik dan lengkap, maka teknik perumusan materi tidaklah sulit, tinggal kita mengganti kata kerjanya. Lihatlah contoh rumusan tujuan dan bagaimana merumuskannya menjadi materi.

Contoh rumusan tujuan:

a.   Siswa sanggup menyebutkan pulau-pulau besar yang ada di indonesia dengan benar
b. Siswa sanggup mengurutkan pulau-pulau yang ada menurut ukuran luas, jumlah penduduk dan kekayaan alam.
c.   Siswa sanggup mengumpulkan suara musik khas yang ada disetiap pulau yang ada di indonesia.

Contoh rumusan tujuan materi dari tujuan diatas:

a.   Nama pulau-pulau yang besar yang ada di indonesia.
b.   Pulau-pulau yang ada menurut ukuran luas, jumlah penduduk dan kekayaan alam.
c.   Jenis suara dan musik khas yang ada disetiap pulau yang ada di Indonesia.

4.   Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan

Pembelajaran yang kita lakukan haruslah diukur apakah tujuan sudah tercapai atau tidak? Untuk mengukur hal tersebut, maka diharapkan alat pengukur hasil mencar ilmu yang berupa tes, penguasaan atau daftar cek perilaku. Alat pengukur keberhasilan mencar ilmu ini perlu dikembangkan dengan berpijak pada tujuan yang telah dirumuskan dan harus sesuai dengan materi yang sudah disiapkan.

Yang perlu diukur yakni tiga kemampuan utama yaitu: pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dirumuskan secara rinci dalam tujuan. Dengan demikian terdapat hubungan yang dekat antara tujuan, materi dan tes pengukur keberhasilan.
           
Penyusunan materi didasarkan atas rumusan tujuan, sesudah materi selesai dirumuskan selanjutnya membuat item tes menurut tujuan dan materi tersebut, untuk lebih jelasnya, lihatlah contoh penulisan tujuan, materi, dan tes sesuai contoh diatas.

5.   Penulisan Garis Besar Program Media (GBPM)

GBPM merupakan petunjuk yang dijadikan pedoman oleh para penulis naskah didalam penulisan naskah acara media. GBPM dibentuk dengan mengacu pada analisis kebutuhan, tujuan, dan materi. Untuk acara media, GBPM disusun sesudah dilakukan telaah topik yang akan dibentuk programnya. Kegiatan telaah topik ini perlu dilakukan, lantaran tidak semua topik yang ada dalam GBPP cocok untuk dibentuk media tertentu contohnya video atau radio.

Misalnya topik-topik yang berisi materi pembelajaran yang bertujuan untuk berbagi kemampuan psikomotorik yang memerlukan klarifikasi visual. Topik-topik yang menampilkan kemampuan psikomotorik lebih cocok diproduksi untuk media video atau media cetak atau tatap muka di kelas.

Misalnya, rumus-rumus yang sulit yang menghendaki waktu usang untuk penjelasannya bila ditampilkan dilayar TV. Rumus ini akan lebih terang apabila disajikan di depan kelas. Untuk acara radio, materi yang cocok yakni materi pembelajaran yang memerlukan dukungan khayal visual yang sulit disajikan di depan kelas. Misalnya program-program apresiasi atau acara pengayaan yang sifatnya kognitif. Beberapa manfaat yang diperoleh dari sajian media ini antara lain adalah:
           
     Terjadinya persamaan persepsi
     Efisien: Tidak memerlukan klarifikasi yang panjang
     Efektif: Sampai ke sasaran
     Motivatif dan rekreatif.

Berdasarkan hasil telaah yang dilakukan, topik-topik yang sudah teridentifikasi dimasukkan kedalam topik-topik GBPM berikut TPU (Tujuan Pembelajaran Umum) dan TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus). Telaah topik ini akan sangat membantu dalam tahap-tahap selanjutnya, contohnya dalam hal komplikasi produksinya, apakah acara yang dimaksud memerlukan dukungan dokumentasi (rekaman audio yang direkam untuk materi dokumentasi yang penting, contohnya pidato presiden) atau cukup dilakukan liputan secara live?

Kemudian juga apakah materi yang dimaksud dalam topik berada di sekitar kegiatan perekaman atau harus diambil di kawasan lain? Apakah untuk rekaman dokumentasi tertentu harus  dibeli dari sebuah Production House ataukah cukup di copy dari stock acara yang ada? Berapa usang acara akan disiarkan? 10 atau 20 menit?  dsb.

Hal-hal yang demikian tentunya akan kuat pula dalam penyusunan budget produksi, lantaran pelaksanaan perekaman di satu kawasan dan perekaman di kawasan yang berpindah-pindah akan membawa konsekuensi biaya, demikian pula usang (durasi) acara yang berimbas pada penggunaan materi baku, editing, gambaran music dan lain-lain.

Untuk penyusunan acara Radio/Audio Instruksional, disamping sebagai contoh materi GBPM juga bermanfaat untuk menentukan jumlah topic dan sub topik yang saling bekerjasama dalam acara audio/radio tersebut. GBPM sanggup juga dipakai untuk memprediksi (antisipasi) durasi program.

Penjabaran Materi    

Tujuan dilakukan pembuatan jabaran materi tersebut yakni untuk mempermudah pelaksanaan penulisan naskah programnya disamping mengantisipasi durasi, jumlah topik dalam GBPM juga sanggup dipakai untuk mengkalkulasi biaya produksi. Setelah GBPm dibuat, maka menurut topik-topik yang sudah ditelaah dilakukan penulisan jabaran materinya.
           
Untuk acara pembelajaran, jabaran materi ini sangat diharapkan terutama bila penulis bukan orang yang menguasai materi atau bidang studi yang akan ditulisnya. Suatu kesalahan dari segi materi merupakan klasifikasi kesalahan keseluruh sasaran yang memanfaatkan acara radio atau audio ini, lantaran acara didengar oleh banyak orang/ siswa yang menjadi sasaran dari program.

Di dalam acara pembelajaran, penyusunan GBPM dan jabaran materi melibatkan: ahli materi, yakni orang yang menguasai isi atau materi, umumnya andal materi ini berasal dari perguruan tinggi huga bisa dari guru sendiri. tugasnya yakni menilai naskah acara dari kelayakan materinya.

Yang kedua adalah ahli media. Ahli media ini menilai dari segi pemilihan medianya, dan juga segi etestika acara ditinjau dari segi kelayakan medianya. Dan yang terakhir yakni pengembang pembelajaran, yang umumnya yakni guru kelas.

Mereka berpengalaman dalam memberikan materi di kelas. Ia bertugas untuk berbagi isi GBPM dan jabaran materi.dalam hal ini GBPM dan jabaran materi yang dikembangkan walaupun sudah dianggap memadai lantaran disusun menurut pengalaman mengajar di kelas. Pembuatan GBPM dan jabaran materi di perlukan, khususnya dalam pengembangan acara audio/radio instruksional, dengan alasan:

     Kemungkinan kesalahan materi sanggup dihindarkan.
     Terhindar dari kemungkinan menyimpang dari tujuan yang ditentukan.
     Keandalan terjaga.
     Kekurangan dan kelemahan sanggup diperbaiki dan direvisi.

Beberapa Tips dalam pengembangan GBPM dan Jabaran Materi :

Topik Program:
         
Merupakan salah satu penggalan dari pokok bahasan. Satu pokok bahasan sanggup dikembangkan ke dalam beberapa topik. Topik-topik ini biasanya juga sanggup kita jumpai dalam kurikulum.

Judul Program:
           
Dari topik yang telah dipilih, kemudian ditentukan judul program. Sedapat mungkin judul dibentuk menarik, namun juga tidak menyimpang dari materi yang ada didalamnya. Dengan judul yang menarik maka diharapkan timbul rasa ingin tahu calon siswa/ sasaran acara perihal tingkat isi acara didalamnya.

Sasaran:
           
Sasaran yakni mereka yang menjadi sasaran dari acara yang disajikan. Pengembangan acara yang baik didasarkan pada kesesuaian kebutuhan dari yang memanfaatkan acara dengan materi yang disajikan. Oleh lantaran itu materi yang disajikan harus sesuai dengan tingkat pemahaman sasaran.

Tujuan Pembelajaran:
          
TPU (Tujuan Pembelajaran Umum) dan TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus) atau indikator dirumuskan sesuai dengan pengembangan, pendalaman, ataupun pengayaan materi dalam GBPM. TPU menyangkut kemampuan yang bersifat umum yang biasanya tidak gampang diukur dan diamati.

Ciri rumusan dalam TPU biasanya memakai kata-kata : memahami, mengetahui, membayangkan, dan sebagainya. TPU di kutip dari kurikulum yang dipakai sebagai acuan. Dalam kurikulum berbasis kompetensi TPU sama dengan kompetensi dasar yang sudah ada pada buku kurikulum.

TPK merupakan klasifikasi dari TPU yang sifatnya operasional ( sanggup diukur, diamati, dan dinilai). Kata-kata yang dipakai untuk merumuskan TPK juga bersifat operasional, contohnya menyebutkan, membuat, mendemonstrasikan. Hal ini sama dengan klasifikasi sebuah indikator.

Pokok Materi:

Merupakan hasil jabaran dari tujuan pembelajaran khusus juga dari indikator.

Format Sajian:  
           
Penentuan Format sajian menurut jumlah materi yang di sajikan, yang mengacu ke daya tarik sasaran. Apabila materinya banyak dan waktunya terbatas, maka acara narasi yakni pilihan terbaik. Namun untuk materi yang tidak terlalu banyak , sedang waktunya relatif panjang, maka format drama akan lebih menarik. Melalui pengulangan-pengulangan materi, acara sanggup disajikan secara lebih jelas.

Durasi :    
           
Lama putar acara terbatas. Umumnya untuk acara media pembelajaran jeni video/ TV, sound slide, acara radio, berlangsung sekitar 15-20 menit.

Contoh :

GARIS BESAR PROGRAM MEDIA (GBPM)
COMPUTER ASSISTED INSTRUCTIO (CAI)

Nama Mata Kuliah         : Komputer dan Media Pembelajaran
Topik                            : Mengenal Komputer dan Media Pembelajaran
Deskripsi Topik             : acara ini akan membahas perihal konsep dasar elemen komputer, fungsi dan kegunaan elemen dasar komputer dan mekanisme kerja sistem komputer yang mencakup input proses dan output serta video tutorial aplikasi internet. Selain itu di bahas pula media pembelajaran mencakup hakikat, keunggulan, jenis dan video tutorial desain presentasi dengan Microsoft power point.
Standar kompetensi    : memahami konsep dasar komputer dan media pembelajaran dan memanfaatkan computer sebagai media pembelajaran.
Media                           : CAI/MMI
Judul                            : Mengenal Komputer dan Media pembelajaran.
Penulis                         : Cepi Riyana, M.pd.
                                    : http://cepiriyana,blogspot.com
                                    : Email: cheppy@upi.edu
Penelaah Materi             : Dr. Deni Darmawan, M.Si.
Penelaah Media             : Sanjaja          
                                    : Beni A Pribadi
                                    : Tim SEAMOLEC

Menggunakan komputer grafis dengan software  aplikasi pengolah gambar dan di cetak secara digital memakai printer warna.


Sumber http://pintubelajarcerdas.blogspot.com

0 Response to "Langkah-Langkah Penyusunan Sistematika Perencanaan Media"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel