iklan banner

Gambaran Sederhana Penulisan Naskah Media Pembelajaran Dalam Mendukung Proses Pembelajaran Didalam Kelas

Salam cerdas…..

A.  PEMBAGIAN NASKAH MEDIA PEMBELAJARAN

Dalam proses pembelajaran, penggunaan media sangat dibutuhkan untuk membantu efektivitas dan efesiensi pengajaran. Oleh lantaran itu pemilihan media pengajaran yang tepat guna dan tepat sasaran  sangat dibutuhkan, sehingga intinya penggunaan media pengajaran bertujuan untuk:

1.   Memberi akomodasi kepada akseptor didik untuk memahami bahan pelajaran.
2.   Memberikan pengalaman berguru yang berbeda dan bervariasi.
3.   Menumbuhkan perilaku dan keterampilan dalam penggunaan teknologi.
4.   Menciptakan situasi berguru yang tidak gampang dilupakan.

Merujuk kepada tujuan penggunaan media dalam pembelajaran, maka penulisan naskah media pembelajaran juga harus mempunyai syarat-syarat tertentu untuk mencapai keefektivitasan dan keefesienan dalam proses pembelajaran. Penyajian bahan didik yang akan disajikan kepada akseptor didik, sanggup disampaikan melalui media yang sesuai atau yang dipilih, sehingga bahan instruksional sanggup disampaikan melalui media tersebut. Materi tersebut perlu dituangkan dan goresan pena dan atau citra yang disebut dengan naskah aktivitas media.

Sebelum penulisan naskah dimulai, terlebih dahulu menuliskan treatment yang akan digunakan dalam penulisan naskah. Treatment adalah uraian berbentuk essai yang menggambarkan alur penyajian program yang akan disampaikan. Sebuah treatment yang baik selain memberi citra perihal urutan aktivitas juga menunjukkan citra suasana ataupun mood dari aktivitas media itu. Treatment ini biasanya digunakan oleh pemesan naskah atau penulis naskah dalam mencari kesesuaian pendapat alur penyajian media yang akan diproduksi. Setelah disetujui, treatment tersebut digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan naskah selanjutnya

Secara umum naskah sanggup dibedakan dalam dua bentuk naskah media pembelajaran, yaitu pertama, naskah media audio dan naskah audio visual, dan kedua, media berbasis cetakan. Pada media jenis audio dan audio visual, naskah dikatakan sebagai outline dari aktivitas media yang akan dibuat. Naskah merupakan pedoman tertulis yang berisi informasi dalam bentuk visual, grafis dan audio yang dijadikan teladan dalam pembuatan media. Sementara media berbasis cetakan, menulis naskah bergotong-royong merupakan kegiatan menyusun media/prototype media itu sendiri, menyerupai modul, dan buku ajar.

Naskah untuk aktivitas media perlu disusun, lantaran melalui naskah, tujuan pembelajaran dan bahan didik dituangkan dengan kemasan sesuai dengan jenis media, sehingga media yang dibentuk benar-benar sesuai dengan keperluan. Selain itu, naskah menjadi pedoman bagi pengguna dan terutama pembuat aktivitas dalam melaksanakan proses berguru mengajar yang memakai media pembelajaran, penulisan naskah media sangat dibutuhkan menyerupai yang disebutkan diatas. Hal ini akan memudahkan para guru dalam mengelola dan memanfaatkan media sebagai sumber belajar. Disamping itu naskah juga berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam pembuatan naskah selanjutnya. Kurikulum dan tujuan bahan didik juga harus terdapat dalam penggunaan media, sehingga tidak mengurangi kesesuaian bahan didik dengan media dalam pemanfaatan waktu pembelajaran.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai mengemukakan bahwa, dalam penulisan naskah ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:

1.   Penelitian atau observasi perihal keadaan target pendengar.

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui keadaan target yang akan mendengarkan program. Keadaan ini mencakup;
a.   Minat dan kebutuhanbila seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya maka, minatnya akan timbul, dan motivasinya akan bertambah.
b. Tingkat Pengetahuan, sasaran pendengar perlu diketahui terlebih dahulu rata-rata ,tingkat pengetahuan yang dimiliki sasaran.
c.  Sikap (attitude) sasaran, hal ini mempunyai implikasi terhadap desain perencanaan suatu naskah untuk memenuhi kebutuhan sasaran.
d.  Naskah yang baik akan selalu memperhatikan setiap perilaku sasarannya. Sikap target sanggup digolongkan berdasarkan jenisnya, yaitu:
e.  Personal attitude, adalah apabila seseorang mempunyai perilaku percaya pada pemikiran yang parsiasif, yang menyebutkan bahwa sesuatu itu, lebih tepat berdasarkan pandangannya.
f.     Interpersonal attitude, orang yang bersikap demikian akan melaksanakan hal yang sama dengan orang yang disukai dan erat dengan mereka.
g.   Intrapersonal attitude, orang yang demikian akan dipengaruhi oleh pertimbangan suatu konsep yang dianut atau yang dimilikinya.
h.  Impersonal attitude, bilamana orang yang mempunyai perilaku terhadap sesuatu yang bisa memuaskannya dan menyenangkannya
i.   Tingkah laris (behavior), tingkah laris dan corak kegiatan mereka  akan mengarahkan pokok pembicaraan dan format penyajian aktivitas yang atraktif. Dalam hal ini perlu ditanyakan kebiasaan-kebiasaan sasaran.

2.   Penentuan format  yang sesuai dengan bahan dan kesenangan target pendengar.

Ada beberapa hal yang sanggup menentukan bentuk dan format dalam penulisan naskah atau faktor lain dalam menentukan naskah, yaitu:
a.   Tujuan pengajaran, apa yang hendak dicapai oleh kegiatan media pengajaran, apakah dalam bentuk afektif, kognitif, dan psikomotor.
b.   Tujuan untuk menarik minat atau membangkitkan daya apresiasi.
c.   Bentuk laporan atau reportase dan isu sanggup membangkitkan daya afektif, contohnya untuk tujuan propaganda.

Bentuk-bentuk yang sanggup digunakan atau yang sanggup dilakukan dalam penulisan naskah media pengajaran atau skrip program audio adalah:
1)   Uraian dan ceramah, biasanya dipergunakan untuk mengantarkan saran, nasihat, dan informasi.
2)  Berita, adalah bentuk terbaik yang digunakan untuk memberikan laporan mengenai peristiwa-peristiwa yang sedang melanda atau yang terjadi didaerah sasaran.
3)   Laporan, merupakan bentuk penyajian yang paling baik apabila materinya sesuai dengan kebutuhan sasaran.
4)  Reportase, dimaksudkan untuk menunjukkan laporan eksklusif dari tempat insiden mengenai insiden penting yang dibutuhkan oleh target pendengar untuk diketahui.
5)  Dialog atau monolog, merupakan bentuk yang dilakukan oleh beberapa pelaku dalam dialog, sedangkan monolog merupakan bentuk obrolan yang pelakunya hanya seorang.
6)   Wawancara, bentuk ini bisa menunjukkan pengetahuan  kepada target perihal dilema yang dihadapi target lainnya.
7)   Diskusi, yaitu kegiatan yang melibatkan pendengar untuk ikut berfikir dalam proses penyelesaian perbedaan pendapat, serta mengajak target untuk memahami pendapat dan gagasan orang lain.
8)   Feature, bentuk ini untuk memperbincangkan satu kasus supaya lebih mendalam.
9)   Majalah udara, untuk memberikan informasi simpel yang diselingi dengan musik atau hiburan.
10)  Sandiwara atau drama, biasanya untuk memberikan pesan-pesan penerangan, propaganda dan pendidikan, lantaran pesan yang terkandung didalamnya bisa disusun sedemikian rupa sehingga selain menunjukkan penerangan juga bersifat menghibur pendengar[8].

3.   Pelaksanaan penulisan naskah.

Dalam menulis naskah atau skrip program audio, terlebih dahulu kita harus membuat garis besar jalannya isi naskah yang akan ditulis. Seperti yang disampaikan sebelumnya penulisan naskah ini dimaksudkan sebagai penuntun dalam proses perekaman suara.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada dikala kita akan membuat naskah aktivitas audio, diantaranya adalah:
a.   Pesan harus relevan dengan karakteristik kelompok sasaran, tidak hanya satu atau bagi segelintir individu atau kelompok tertentu. Pesan hendaknya memperhatikan kepentingan bersama.
b.   Persoalan adaftasi, menjadi hal terpenting lantaran sebuah pesan harus sesuai dengan karakteristik orang yang berbeda-beda

Bahasa yang digunakan pada komunikasi publik atau komunikasi masa sebaiknya hanya memakai bahasa yang sudah dikenal umum dan gampang untuk dipahami. Arif S. Sadiman mengemukakan bahwa, kalimat-kalimat yang digunakan dalam bahasa verbal diusahakan kalimat tunggal dan kalimat pendek sesuai bahasa sehari-hari. Bila terpaksa harus memakai bahasa sulit hendaknya diberi penjelasan, lantaran sekali mereka mendengarkan hal yang tidak dipahami maka target akan menurun minatnya, dan bila hal ini terjadi berulang-ulang, ia akan benar-benar merasa bahwa bahan tersebut bukan untuk dirinya.

Musik mungkin bisa dijadikan andalan untuk menarik perhatian siswa (pendengar). Karena musik menunjukkan nuansa yang hidup pada aktivitas audio kita sehingga para siswa pendengar tidak merasa bosan. Karena keberadaan musik sangat penting dalam aktivitas media audio, kita harus hati-hati dalam menentukan musik yang tepat. Daya konsentrasi orang remaja untuk mendengarkan berkisar antara 25 s/d 45 menit dan untuk belum dewasa 15 s/d 25 menit. Oleh lantaran itu tidaklah bijaksana bila membuat aktivitas audio yang sangat panjang.

B.  PROSES PEMBUATAN NASKAH

Dalam makalah ini akan disampaikan empat naskah media pembelajaran, yaitu naskah media audio, naskah media audio visual, naskah media cetak, dan naskah media film bingkai.

1.   Naskah Media Audio

Media audio yaitu media yang menyajikan informasi dalam bentuk audio atau bunyi dan untuk mendapatkan informasi tersebut memakai indra pendengaran. Format audio yang sanggup disajikan yaitu bunyi insan (narative), musik, lagu/vocal, dan sound effect. Arif S. Sadiman mengemukakan bahwa media audio yaitu sebuah media yang hanya mengandalkan bunyi dan bunyi untuk memberikan informasi dan pesan. Program audio sanggup menjadi indah dan menarik lantaran aktivitas ini sanggup menjadikan daya fantasi pada pendengarnya. Informasi dalam media audio sanggup dikemas dalam beberapa format sajian, diantaranya adalah:

a.  Dialog atau diskusi (narrative). Format ini menyajikan dua orang atau lebih yang mempunyai kedudukan yang sama, membicarakan satu tema yang berisi bahan pelajaran.
b.  Tutorial. Ciri khas dari format ini didalamnya terlibat dua pihak, yaitu siswa yang diberi bimbingan dan tutor yang menunjukkan bimbingan.
c.   Megazine. Informasi yang disajikan pada aktivitas audio jenis magazine lebih banyak dan bervariasi.
d.   Drama. Format ini menyajikan informasi dalam bentuk sajian drama.

Berikut beberapa petunjuk yang perlu kita ikuti dalam menulis naskah aktivitas media audio, menyerupai yang dikemukakan oleh Arif S. Sadiman. Bahasa. Bahasa yang digunakan dalam media  audio yaitu bahasa percakapan, bukan bahasa tulisan. Kalimat yang digunakan sedapat mungkin kalimat tunggal dan memakai kalimat-kalimat yang pendek.

Musik dalam aktivitas audio. Program audio hanya mengandalkan kepada bunyi saja. Agar pendengar tidak bosan mendengarkan program, maka perlu memakai musik dalam aktivitas audio. Dengan demikian perlu diperhatikan pemilihan musik yang akan digunakan dalam aktivitas media audio, diantara musik yang digunakan adalah:

a.   Musik Tema. Musik tema yaitu musik yang menggambarkan etika atau situasi tertentu sesuai dengan aktivitas sajian. Musik tema dibentuk secara khas, harus berbeda dengan musik yang sudah ada sehingga menjadi ikon ciri khas dari sebuah aktivitas audio. Musik transisi. Musik ini digunakan sebagai penghubung dua adegan, durasi musik ini tidak perlu panjang cukup 15 hingga 20 menit. Hal ini perlu diperhatikan lantaran perpindahan adegan tanpa disertai dengan musik transisi, membuat perpindahan menjadi kaku, dan tidak smooth.
b.   Musik jembatan (bridge). Musik ini merupakan bentuk khusus dari musik transisi, yaitu berfungsi menjembatani dua buah adegan. Musik ini digunakan apabila suasana adegan terdahulu yaitu suasana sedih sedangkan suasana berikutnya bangga dan diakhiri dengan suasana gembira.
c.   Musik latar belakang. Musik ini digunakan sebagai pengiring pembacaan teks atau percakapan dan sering juga disebut sebagai “background music”. Maksudnya supaya teks sanggup meresap kehati pendengar, lantaran musik ini sanggup menunjukkan variasi, menunjukkan tekanan dan membuat suasana.
d.  Musik smash. Adalah musik yang digunakan untuk membuat kejutan atau tekanan. Musik ini digunakan dengan singkat tetapi pada dikala yang tepat.

Beberapa istilah teknis yang digunakan dalam naskah audio. Sebelum membuat naskah audio dibutuhkan pengetahuan perihal istilah-istilah teknis, yaitu:

a.  ANNOUNCER (ANN); pihak yang menunjukkan informasi perihal suatu aktivitas akan disampaikan. Atau dengan kata lain berfungsi untuk membuka sebuah aktivitas audio.
b.  NARRATOR (NAR); fungsinya hampir sama dengan fungsi announcer, namun perbedaannya narrator menginformasikan sajian materi. Jadi narrator sudah berada dalam program.
c.   MUSIK; musik perlu dituliskan dalam naskah, yang pertanda bahwa pada adegan tersebut perlu disisipkan musik yang sesuai.
d.   SOUND EFFECT (FX); yaitu suara-suara yang terdapat dalam aktivitas audio untuk mendukung terciptanya suasana atau situasi tertentu. Sound effect dapat berupa bunyi alamiah, atau sengaja dibentuk dengan manifulasi tertentu.
e.   FADE IN DAN FADE OUT; yaitu simbul yang berarti bahwa pada adegan tersebut musik masuk secara perlahan (fade in) dan bila musik sedang berjalan maka hilangnya pun secara perlahan (fade out).
f.    OFF MIKE; situasi dimana bunyi ditimbulkan seperti dari kejauhan. Untuk menjadikan imbas ini sumber bunyi harus menjauhi mike.
g.  IN-UP-DOWN-UNDER-OUT; simbol ini menjelaskan bahwa musik masuk secara perlahan (IN), kemudian naik (UP) sehabis musik naik secara optimal maka kembali turun secara cepat (DOWN), kemudian musik perlahan rendah dan terus bertahan rendah selama beberapa menit (UNDER) hingga alhasil musik perlahan menghilang (OUT).

Format Naskah Audio. Pada umumnya format naskah audio memakai format dua kolom, menyerupai contoh berikut ini:

No
Pelaku / jenis suara
Teks / isi suara
Kolom diisi nama pelaku dan jenis bunyi yang akan di ucapkan/disajikan pada keseluruhan aktivitas audio..
Pada kolom ini berisi teks dan isi bunyi narasi, dialog, musik, dan sound effect.

2.   Naskah Media Audio-Visual

Media video yaitu media yang menyajikan informasi dalam bentuk bunyi dan visual. Sama halnya dengan media audio, unsur bunyi yang ditampilkan berupa narasi, dialog, sound effect dan musik, sedangkan unsur visual berupa gambar/foto diam (still image), animasi dan teks[19]. Penulisan naskah secara teoritis merupakan komponen dari pengembangan media. Secara lebih praktis, hal tersebut merupakan potongan dari serangkaian kegiatan produksi media melalui tahap-tahap perencanaan dan desain, pengembangan, serta evaluasi.

Tahapan-tahapan pembuatan naskah audio visual menyerupai yang diungkapkan oleh Arif S. Sadiman, dkk, dapat dirincikan sebagai berikut:

a.   Sinopsis

Synopsis diperlukan untuk menunjukkan citra secara ringkas dan padat perihal tema atau pokok bahan yang akan digarap. Tujuan utamanya yaitu mempermudah pemesan manangkap konsepnya, mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan menentukan persetujuan.

b.   Treatment

Treatment mencoba menunjukkan uraian ringkas secara diskriftif (bukan tematis) perihal bagaimana suatu episode dongeng atau rangkaian insiden instruksional (instruksional event) yang akan digarap sebagai ilustrasi pembanding.

c.   Storyboard

Merupakan rangkaian insiden yang dilukiskan pada treatment tersebut kemudian divisualkan kedalam perangkat gambar atau bagan sederhana pada kartu berukuran lebih kurang 8 x 12 cm. tujuan pembuatan storyboard adalah untuk melihat apakah tata urutan insiden yang akan divisualkan  telah sesuai dengan garis dongeng (plot) maupun sekuens belajarnya. Serta melihat kesinambuangan (kontinuitas) arus ceritanya apakah sudah lancar.

d.   Skrip atau naskah program

Semua keterangan yang ditemukan dari hasil coba-coba dengan storyboard tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk skrip atau naskah aktivitas berdasarkan tata urutan yang dianggap sudah benar. Format penulisan naskah film dan aktivitas video pada prinsipnya sama, yaitu dalam bentuk halaman berkolom dua, menyerupai contoh dibawah ini:

No
VIDEO
AUDIO
Pada kolom video ini diisi semua kejadian/even yang dievaluasikan dalam keseluruhan isi film dari awal hingga tamat program. Apa yang kita inginkan tampak dalam layar monitor diisikan dalam kolom video ini.
Dikolom audio ini berisi semua unsur audio baik berupa bunyi insan (narrator/presenter), musik, dan sound effect.

Tujuan utama sebuah naskah aktivitas yaitu sebagai peta atau pedoman bagi sutradara dalam mengendalikan penganggaran substansi bahan kedalam suatu program. Dengan demikian skrip yang baik akan dilengkapi dengan tujuan, sasaran, synopsis, treatment. Dan yang terpenting didalam sebuah storyboard termuat unsur video dan audio yang memudahkan bagi pemain, sutradara, dan kameramen dalam kegiatan latihan dan persiapan shooting.

e.   Scenario

Skenario lebih merupakan petunjuk operasional dalam pelaksanaan produksi atau pembuatan programnya. Skenario sangat bermanfaat bagi teknisi dan kerabat yang akan melaksanakannya dengan tanggung jawab teknis operasional. Untuk memudahkan seseorang dalam penulisan naskah audio visual, perlu diketahui beberapa istilah teknis dalam pembuatan naskah audio visual, yaitu:
1)  Tipe shots (bentuk gambar). Pengambilan gambar dan gambar yang dihasilkan dari sebuah kamera sanggup dibedakan dengan memakai beberapa istilah. Sebagai basic shot terdapat tiga cara pengambilan yaitu;
a)    Close Up (CU), yaitu pengambilan yang difokuskan pada subjeknya atau potongan tertentu.
b)   Medium Shot (MS), yaitu pengambilan yang menunjukkan pokok sasarannya secara lebih erat dengan mengesampingkan latar belakang maupun detail yang kurang perlu.
c)   Long Shot (LS), yaitu pengambilan yang menunjukkan latar secara keseluruhan dalam segala dimensi dan perbandingannya.
f.    Gerakan kamera. Gerakan-gerakan kamera selama proses pengambilan gambar sangat dibutuhkan lantaran dengan gerakan kamera posisi dan gerakan objek bisa diubah-ubah sesuai dengan tuntunan naskah. Jadi, yang tampak intinya hasil dari kerja kamera video yang merekam objek dengan posisi yang berbeda-beda. Seorang pembaca naskah harus mengetahui petunjuk-petunjuk yang bekerjasama dengan gerakan kamera tersebut.
g.   Camera angle. Penempatan tinggi kamera sangat menentukan titik pandang mata penonton dalam menyaksikan suatu adegan, sekaligus membangun kesan psikologis penonton terhadap objek tersebut.

3.   Naskah Media Media Cetak.

Media pembelajaran dalam bentuk cetakan menyerupai buku ajar, modul dan sejenisnya paling banyak digunakan dan diproduksi. Media dalam bentuk ini relative mudah dan simpel dalam pemanfaatannya. Media pembelajaran dalam bentuk cetakan banyak jenisnya, antara lain adalah:
a.   Modul atau buku ajar.
b.   Buku teks.
c.   Bahan presentasi.

Media berbasis cetakan dimaksudkan dikembangkan dalam bentuk cetakan (hard copy). Namun dengan perkembangan teknologi multimedia dikala ini, media pembelajaran tidak hanya dikemas dalam bentuk hard copy, melainkan banyak pula yang disajikan dan disimpan dalam bentuk CD.ROOM (soft copy). Bahkan buku teks banyak disajikan dalam bentuk soft copy.

Modul didik atau buku didik disusun secara sistematis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional. Buku didik dimaksudkan leaner-oriented,  dan bersifat berdikari (dapat dipelajari sendiri) oleh akseptor didik, oleh lantaran itu, modul didik ditulis secara lengkap, sistematis dan memakai bahasa yang gampang dipahami.

Format penulisan naskah modul ajar, komponen utamanya terdiri dari tujuan pembelajaran, potongan pendahuluan, potongan pembelajaran, evaluasi, dan hal ini secara terperinci disajikan dalam sebuah buku.


Demikian artikel tentang Gambaran Sederhana Penulisan Naskah Media Pembelajaran dalam Mendukung Proses Pembelajaran didalam Kelas, semoga berkah dan bermanfaat. Salam cerdas…..


Sumber http://pintubelajarcerdas.blogspot.com

0 Response to "Gambaran Sederhana Penulisan Naskah Media Pembelajaran Dalam Mendukung Proses Pembelajaran Didalam Kelas"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel