Defenisi Dan Jenis-Jenis Perjanjian
A. PERJANJIAN KONSENSUIL DAN PERJANJIAN FORMIL
1. Perjanjian Konsensuil
Perjanjian yang dianggap sah kalau sudah ada consensus diantara para pihak yang membuat. Perjanjian semacam ini untuk sahnya tidak memerlukan bentuk tertentu.
2. Perjanjian Formil
Suatu perjanjian yang harus diadakan dengan bentuk tertentu, menyerupai harus dibentuk dengan sertifikat notariil. Kaprikornus perjanjian semacam ini gres dianggap sah kalau dibentuk dengan sertifikat notaris dan tanpa itu maka perjanjian dianggap tidak pernah ada
B. PERJANJIAN SEPIHAK DAN PERJANJIAN TIMBAL BALIK
1. Perjanjian Sepihak
Suatu perjanjian dengan mana hak dan kewajiban hanya ada pada salah satu pihak saja. (misal : perjanjian hibah/pemberian, maka dalam hal itu yang dibebani kewajiban hanya salah satu pihak, ialah pihak yang member, dan pihak yang diberi tidak dibebani kewajiban untuk berprestasi kepada pihak yang memberi).
2. Perjanjian Timbal balik
Suatu perjanjian yang membebankan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak (misal : perjanjian jual-beli, perjanjian tukar-menukar, dll.).
C. PERJANJIAN OBLIGATOIR DAN PERJANJIAN ZAKELIJK
1. Perjanjian Obligatoir
Suatu perjanjian yang hanya membebankan kewajiban bagi para pihak, sehingga dengan perjanjian di situ gres menimbulkkan perikatan (misal : pada perjanjian jual-beli, maka dengan sahnya perjanjian jual-beli itu belum akan menimbulkan beralihnya benda yang dijual. Tetapi dari perjanjian itu menjadikan perikatan, ialah bahwa pihak penjual diwajibkan menyerahkan barang dan pihak pembeli diwajibkan membayar sesuai dengan harganya. Selanjutnya untuk beralihnya suatu benda secara konkret harus ada levering/penyerahan, baik secara yuridis maupun empiris) .
2. Perjanjian Zakelijk
Perjanjian penyerahan benda atau levering yang menimbulkan seorang yang memperoleh itu menjadi memiliki hak milik atas benda yang bersangkutan. Kaprikornus perjanjian itu tidak menjadikan perikatan, dan justru perjanjian itu sendiri yang menimbulkan beralihnya hak milik atas benda.
D. PERJANJIAN POKOK DAN PERJANJIAN ACCESSOIR
1. Perjanjian Pokok
Suatu perjanjian yang sanggup bangun sendiri tanpa bergantung pada perjanjian yang lainnya (misal : perjanjian jual-beli, perjanjian kredit, dll.).
2. Perjanjian Accessoir
Suatu perjanjian yang keberadaannya tergantung pada perjanjian pokok. Dengan demikian perjanjian accessoir tidak sanggup bangun sendiri tanpa adanay perjanjian pokok (misal : perjanjian hak tanggungan, perjanjian pand, perjanjian penjaminan, dll.).
E. PERJANJIAN BERNAMA DAN PERJANJIAN TIDAK BERNAMA
1. Perjanjian Bernama
Perjanjian-perjanjian yang disebut serta diatur dai dlam Buku III KUHPerdata atau di dalam KUHD, menyerupai : perjanjian jual-beli, perjanjian pertolongan kuasa, perjanjian kredit, perjanjian asuransi, dll.
2. Perjanjian tidak Bernama
Perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata dan KUHD, antara lain : perjanjian penyerahan hak milik sebagai jaminan, perjanjian jual-beli dengan angsuran/cicilan.
Kedua perjanjian tersebut tunduk pada ketentuan yang terdapat dalam Bab I, Bab II dan Bab IV Buku III KUHPerdata pasal 1319.
- Bab I : mengatur ketentuan-ketentuan ihwal perikatan pada umumnya.
- Bab II : mengatur ketentuan-ketentuan ihwal perjanjian sebagai sumber daripada perikatan.
- Bab IV : mengatur ketentuan-ketentuan ihwal hapusnya perikattan. Bab I, II, dan IV dalam aturan perdata disebut sebagai fatwa umum daripada perikatan.
0 Response to "Defenisi Dan Jenis-Jenis Perjanjian"
Posting Komentar