Cerpen Senyum Anya
Contoh Cerpen
Cerpen yakni jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau kisah wacana insan dan seluk beluknya lewat goresan pena pendek. Pada artikel kali ini saya akan menawarkan sebuah pola cerpen cinta yang berjudul Senyum Anya karya Ayunda Eka Mutia. Silakan meyiimak pola cerpen Senyum Anya.
Senyum Anya
Oleh : Ayunda Eka Mutia
Sumber http://perpustakaanvikko.blogspot.com
Pyar!
Suara keras dari dapur yan menyakitkan indera pendengaran dan bunyi keras yang mengiris hati. Yah!. Itu yakni bunyi gelas yang dibanting oleh lelaki paruh baya dan bunyi berangasan dari ekspresi perempuan seumurannya. Mereka yakni orang renta dari seorang gadis SMA. Dia berjulukan Anya. Anya gadis yang pintar dan rajin.
Tapi sayang, kedua orang tuanya yang egois dan berangasan selalu mengasihi dirinya dengan rasa miris dan takut. Pertengkaran dan perdebatan orang tuanya terasa penuh di indera pendengaran Anya. Anya hanya dapat menangis dan menangis jikalau melihat pertengkaran kedua orang tuanya.
Dimalam hari sesudah sholat isya. Anya tertunduk menghadap kiblat dan menangis. Anya menangis dan berserah diri atas problem yang dihadapinya kepada Allah. Setelah sholat Anya berguru kemudian tidur.
pagi-pagi sekali, Anya sudah berbenah dan bersiap pergi ke sekolah. Tapi, di meja makan muncul pemandangan yang tidak asing lagi di tontonnya. Itu yakni pertengkaran kedua orang tuanya.
"Kamu pria yang tidak bertanggung jawab. Tidak pernah kau mengurusi keluargamu!" kata ibu Anya dengan kasar
"Apa kau tidak lihat, saya ini kerja hingga pulang malam. Seharusnya kau dong yang mengurusi rumah." sahut ayah anya dengan nada tinggi
"Ayah Ibu. Sampai kapan kalian bertengkar terus? Anya capek melihat kalian bertengkar terus menyerupai ini. Anya butuh perhatian dari kalian." kata anya dengan menangis
"Diam!!!!" jawab mereka serentak
Mendengar perkataan itu, anya eksklusif keluar dari rumah dengan menangis terisak-isak. Di tengah perjalanan, anya merasa pusing dan ada darah mengalir dari hidungnya. Darah itu mengotori baju sekolahanya. Dari seberang jalan, nampak seorang gadis seumuran Anya yang menghampirinya. Ternyata, ia yakni Putri sobat akrab Anya.
"Anya, kau kenapa?" tanya putri yang sedang sibuk membersihkan noda darah anya dengan tisu
"Akh, nggak papa kok put, inikan biasa. Cuma mimisan."
"Anya, tapi darah yang keluar kini lebih banyak dari mimisan sebelumnya. Sekarang kita harus pergi rumah sakit." ajak putri sambil menarik tangan anya
Saat putri menarik tangan anya, ia tidak dapat menolaknya. Karena tubuh anya sangat lemas dan sangat pusing. Sesampainya dirumah sakit, anya eksklusif menemui dokter dan menyidik kondisinya.
"Gimana dok? Bagaimana dengan kondisi saya?" tanya anya
"Maaf mbak, saya akan menyidik sampel darah dulu, gres nanti saya memberitahu anda." terang dokter
"Baik dok, saya akan tunggu disini."
Beberapa dikala kemudian, hasil lab sudah keluar. Dengan cemas dan khawatir, mereka mendengarkan dokter dikala membacakan hasil labnya.
"Mbak Anya, dari hasil lab yang sudah keluar. Anda telah mengidap penyakit kanker otak stadium simpulan dan hidup anda tidak usang lagi."
Mendengar kata-kata itu, hidup anya seakan redup dan gelap seketika. Anya kaget setengah mati. Dengan perasaan sedih, kaget, dan menangis keras.
"Putri, saya nggak mungkin punya penyakit itu!"
"Sabar Anya, kau niscaya sembuh kok!"
Semenjak Anya divonis mengidap penyakit kanker otak stadium akhir, dan hidupnya tidak usang lagi, sangat lengkaplah penderitaannya. Tapi ia tidak berani memberitahu orang tuanya. Jika hingga mereka tahu, tentu keadaan akan semakin rumit.
Suatu hari, dikala Anya sedang nonton tv, mata Anya berasa kunang-kunang dan serasa pusing. Tak usang sesudah itu, anya eksklusif mimisan danbatuk darah. Anya pingsan dan piring yang ia bawa jatuh dan jatuh seketika itu juga. Mendengar bunyi itu, orang renta anya yang sedang bertengkar, eksklusif keluar kamar. Mereka kaget ketika melihat anya tergeletak di lantai dengan darah yang berlumuran.
"Anya kau kenapa? Bangun Nak.." bunyi ibu anya
Melihat keadaan anya yang menyerupai itu, mereka membawa anya ke Rumah Sakit. Sesampainya di sana, anya dimasukan ker ruang ICU. Di ruang itu, ada seorang gadis kecil yang melawan peyakit ganasnya, namun ia tidak memberitahu orang tuanya. Setelah melihat dokter keluar dari ruanga ICU. Ayah anya pun bertanya kepada dokter wacana kondisi anaknya itu.
"Dok, bergotong-royong anak saya sakit apa?" tanyanya
"Logh, apa bapak dan ibu belum tahu, kalau selama ini anya mengidap penyakit kanker otak stadium akhir... dan, tim medis sudah tidak dapat menanganinya. Kita hanya dapat berdoa kepada Tuhan saja. Semoga ada keajaiban." kata dokter
Mendengar pernyataan itu, ibu anya eksklusif terkulai lemas di lantai, dengan air mata yang tiada hentinya. tapi, sama saja. Dengan keadaan anya yang menyerupai itu, tidak menghentikan pertengkaran antara mereka.
"ini semua salah kamu. Kamu tidak pernah ngurusi anya!"
"Logh, kenapa harus aku? Kamu yang ibunya. Harusnya kau yang lebih dapat ngurusi anya!"
Mereka bertengkar dihadapan anya yang sedang koma dan melawan penyakit ganasnya.
3 hari sudah beralalu. Anya masih koma dan belum ada gejala untuk sadar. kedua orang tuanya menunggunya dengan perasaan pasrah dan sedih. Tapi pada hari itu, keajaiban muncul pada anya. Tangannya mulai bergerak, tangannya pun mulai dibukanya. Kini, ia dapat melihat cahaya matahari yang mulai menembus ruangannya. Melihat semua itu, orang tuanya sangat senang.
"Anya, kau udah sadar?" kata ibunya sambil menangis bahagia
"Nak, kenapa kau tidak menceritakan semua penyakitmu kepada kami?"
"Kalo saya ceritakan semuanya, apakah kalian akan mendengarkanku? Selama ini kalian tidak penah memperdulikanku." dengan penuh usaha anya bertanya
"Maafkan bapak dan ibu nak, memang selama ini kami tidak pernah memperhatikan kamu. Selama ini kami sering bertengkar dan memarahimu. Ayah dan ibu sayang sama kamu. Cepat sembuh ya Nak..."
"Jadi ayah dan ibu udah baikan?"
Tapi sayang, kedua orang tuanya yang egois dan berangasan selalu mengasihi dirinya dengan rasa miris dan takut. Pertengkaran dan perdebatan orang tuanya terasa penuh di indera pendengaran Anya. Anya hanya dapat menangis dan menangis jikalau melihat pertengkaran kedua orang tuanya.
Dimalam hari sesudah sholat isya. Anya tertunduk menghadap kiblat dan menangis. Anya menangis dan berserah diri atas problem yang dihadapinya kepada Allah. Setelah sholat Anya berguru kemudian tidur.
pagi-pagi sekali, Anya sudah berbenah dan bersiap pergi ke sekolah. Tapi, di meja makan muncul pemandangan yang tidak asing lagi di tontonnya. Itu yakni pertengkaran kedua orang tuanya.
"Kamu pria yang tidak bertanggung jawab. Tidak pernah kau mengurusi keluargamu!" kata ibu Anya dengan kasar
"Apa kau tidak lihat, saya ini kerja hingga pulang malam. Seharusnya kau dong yang mengurusi rumah." sahut ayah anya dengan nada tinggi
"Ayah Ibu. Sampai kapan kalian bertengkar terus? Anya capek melihat kalian bertengkar terus menyerupai ini. Anya butuh perhatian dari kalian." kata anya dengan menangis
"Diam!!!!" jawab mereka serentak
Mendengar perkataan itu, anya eksklusif keluar dari rumah dengan menangis terisak-isak. Di tengah perjalanan, anya merasa pusing dan ada darah mengalir dari hidungnya. Darah itu mengotori baju sekolahanya. Dari seberang jalan, nampak seorang gadis seumuran Anya yang menghampirinya. Ternyata, ia yakni Putri sobat akrab Anya.
"Anya, kau kenapa?" tanya putri yang sedang sibuk membersihkan noda darah anya dengan tisu
"Akh, nggak papa kok put, inikan biasa. Cuma mimisan."
"Anya, tapi darah yang keluar kini lebih banyak dari mimisan sebelumnya. Sekarang kita harus pergi rumah sakit." ajak putri sambil menarik tangan anya
Saat putri menarik tangan anya, ia tidak dapat menolaknya. Karena tubuh anya sangat lemas dan sangat pusing. Sesampainya dirumah sakit, anya eksklusif menemui dokter dan menyidik kondisinya.
"Gimana dok? Bagaimana dengan kondisi saya?" tanya anya
"Maaf mbak, saya akan menyidik sampel darah dulu, gres nanti saya memberitahu anda." terang dokter
"Baik dok, saya akan tunggu disini."
Beberapa dikala kemudian, hasil lab sudah keluar. Dengan cemas dan khawatir, mereka mendengarkan dokter dikala membacakan hasil labnya.
"Mbak Anya, dari hasil lab yang sudah keluar. Anda telah mengidap penyakit kanker otak stadium simpulan dan hidup anda tidak usang lagi."
Mendengar kata-kata itu, hidup anya seakan redup dan gelap seketika. Anya kaget setengah mati. Dengan perasaan sedih, kaget, dan menangis keras.
"Putri, saya nggak mungkin punya penyakit itu!"
"Sabar Anya, kau niscaya sembuh kok!"
Semenjak Anya divonis mengidap penyakit kanker otak stadium akhir, dan hidupnya tidak usang lagi, sangat lengkaplah penderitaannya. Tapi ia tidak berani memberitahu orang tuanya. Jika hingga mereka tahu, tentu keadaan akan semakin rumit.
Suatu hari, dikala Anya sedang nonton tv, mata Anya berasa kunang-kunang dan serasa pusing. Tak usang sesudah itu, anya eksklusif mimisan danbatuk darah. Anya pingsan dan piring yang ia bawa jatuh dan jatuh seketika itu juga. Mendengar bunyi itu, orang renta anya yang sedang bertengkar, eksklusif keluar kamar. Mereka kaget ketika melihat anya tergeletak di lantai dengan darah yang berlumuran.
"Anya kau kenapa? Bangun Nak.." bunyi ibu anya
Melihat keadaan anya yang menyerupai itu, mereka membawa anya ke Rumah Sakit. Sesampainya di sana, anya dimasukan ker ruang ICU. Di ruang itu, ada seorang gadis kecil yang melawan peyakit ganasnya, namun ia tidak memberitahu orang tuanya. Setelah melihat dokter keluar dari ruanga ICU. Ayah anya pun bertanya kepada dokter wacana kondisi anaknya itu.
"Dok, bergotong-royong anak saya sakit apa?" tanyanya
"Logh, apa bapak dan ibu belum tahu, kalau selama ini anya mengidap penyakit kanker otak stadium akhir... dan, tim medis sudah tidak dapat menanganinya. Kita hanya dapat berdoa kepada Tuhan saja. Semoga ada keajaiban." kata dokter
Mendengar pernyataan itu, ibu anya eksklusif terkulai lemas di lantai, dengan air mata yang tiada hentinya. tapi, sama saja. Dengan keadaan anya yang menyerupai itu, tidak menghentikan pertengkaran antara mereka.
"ini semua salah kamu. Kamu tidak pernah ngurusi anya!"
"Logh, kenapa harus aku? Kamu yang ibunya. Harusnya kau yang lebih dapat ngurusi anya!"
Mereka bertengkar dihadapan anya yang sedang koma dan melawan penyakit ganasnya.
3 hari sudah beralalu. Anya masih koma dan belum ada gejala untuk sadar. kedua orang tuanya menunggunya dengan perasaan pasrah dan sedih. Tapi pada hari itu, keajaiban muncul pada anya. Tangannya mulai bergerak, tangannya pun mulai dibukanya. Kini, ia dapat melihat cahaya matahari yang mulai menembus ruangannya. Melihat semua itu, orang tuanya sangat senang.
"Anya, kau udah sadar?" kata ibunya sambil menangis bahagia
"Nak, kenapa kau tidak menceritakan semua penyakitmu kepada kami?"
"Kalo saya ceritakan semuanya, apakah kalian akan mendengarkanku? Selama ini kalian tidak penah memperdulikanku." dengan penuh usaha anya bertanya
"Maafkan bapak dan ibu nak, memang selama ini kami tidak pernah memperhatikan kamu. Selama ini kami sering bertengkar dan memarahimu. Ayah dan ibu sayang sama kamu. Cepat sembuh ya Nak..."
"Jadi ayah dan ibu udah baikan?"
"Ia anya, kami berjanji tidak akan bertengkar lagi."
"Ayah, ibu, anya sangat senang mendengar kata-kata itu. Mimpi anya selama ini sudah mengakibatkan kenyataan, dan, di sisa waktu anya, anya pun tidur untuk selamanya. Tangis pun pecah di ruangan itu. Dan, senyum yang keluar dari bibir mungil anya yakni senyum kenangan bahagia, sekaligus senyuman terakhir Anya.
"Ayah, ibu, anya sangat senang mendengar kata-kata itu. Mimpi anya selama ini sudah mengakibatkan kenyataan, dan, di sisa waktu anya, anya pun tidur untuk selamanya. Tangis pun pecah di ruangan itu. Dan, senyum yang keluar dari bibir mungil anya yakni senyum kenangan bahagia, sekaligus senyuman terakhir Anya.
0 Response to "Cerpen Senyum Anya"
Posting Komentar