Cerpen Cinta Patok Tenda
Contoh Cerpen
Kali ini Saya akan membagi pola cerpen yang berjudul CINTA PATOK TENDA. Cerpen yang bertemakan cinta pramuka ini sangat menarik dan sangat mengharukan. Cerpen ini berkisahkan dari cerita nyata. Selamat membaca. Cinta Patok Tenda
Oleh : Nisa Huda
Oleh : Nisa Huda
Hari ini yaitu hari ke-3 kegiatan Perkemahan Saka Wirakartika (PERTIWIKA) yang dilaksanakan di Bumper Candra Birawa Karanggeneng. Peserta tiba dari aneka macam wilayah yang ada di Jawa Tengah dan DIY. Kodim Salatiga mengirimkan dua kontingen yaitu kontingen Kota Salatiga dan kontingen Kab. Semarang yang diwakili saya dan teman-teman.
Pukul 18.45 saya dan Efendi pergi ke lapangan utama untuk mengikuti kegiatan anjangsana malam ini. Semua perwakilan dari masing-masing kontingen juga sudah berkumpul dilapangan. Pukul 19.00 sempurna ada abang panitia yang merapikan barisan kami. Kami semua diajak berkeliling bumper dan diperkenalkan dengan Lurah Putra, Lurah Putri, dan Camat pada kegiatan PERTIWIKA. Setelah selesai berkeliling kami diminta untuk berkenalan satu sama lain dan meminta contact person. Setelah kegiatan usai kami diperbolehkan kembali ke tenda masing-masing. Saat akan kembali ke tenda ada seseorang yang memanggilku dari belakang.
“selamat malam kak” sapa orang itu.
“malam juga” jawabku
“boleh kenalan nggak kak, soalnya tadi belom sempat kenalan sama kakak. Nama abang siapa?”
“namaku Fira, kalo nama kakak?”
“kalo saya Fadhil kak, abang dari kontingen mana?”
“aku dari kontingen Kab. Semarang, abang kontingen mana?”
“wah kita tetanggaan dong, saya dari Kota Semarang kak, minta contact personya boleh?”
“boleh kak 085865912835, ya udah kak saya balik tenda dulu ya”
“makasih kak.. selamat malam”
Keesokan harinya saya menerima giliran untuk menjaga tenda,saat saya sedang bersih-bersih tenda tiba-tiba hpku berbunyi ku lihat ada sebuah pesan singkat dari nomer yang belum saya kenal. Pesan itu saya biarkan saja tapi alasannya yaitu tidak menerima respon dari ku nomer itu terus mengirim pesan singkat padaku. Karena jengkel dengan pesan yang selalu tiba kesannya saya membalas pesan itu. Kini saya tau siapa pengirim pesan tersebut, beliau yaitu orang terakhir yang tadi malam meminta nomerku pada ketika anjangsana. Setelah saya tau itu nomer kak Fadhil dari kontingen Kota Semarang hpku ku simpan lagi dan saya melanjutkan beres-beres tenda. Hari ini kegiatan tidak begitu padat alasannya yaitu hari ini yaitu hari terakhir kegiatan dan besok sesudah upacara penutupan kami pulang ke kawasan masing-masing.
Kegiatan siang ini yaitu relly yang menjadi puncak dari kegiatan perkemahan selama empat hari yang lalu, alasannya yaitu dalam relly ini selain berjalan jauh dalam perjalanan tersebut juga ada pos-pos untuk menguji materi yang telah diberikan. Dalam perjalanan kami menyanyikan yel-yel berulang-ulang dengan tegas yang membuktikan kami masih bersemangat mengikuti kegiatan ini walaupun tubuh kami sudah capek. Satu persatu pos sanggup kami jalani dengan baik, mulai dari survival, navigasi darat, pioneering, penanggulangan bencana, hingga pos terakhir mounteneering. Dari pos mounteneering kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke bumper, sesampainya dibumper kami membersihkan diri dan beristirahat sebelum mengikuti program malam cakra atau penyalaan api unggun.
Pada malam cakra ini selain penyalaan api unggun juga diadakan dangdutan untuk menghilangkan rasa penat sesudah berkemah selama 4 hari. Saat program dangdutan ada perjaka yang menabrakku hingga topiku terjatuh, beliau mengambilkan topi dan memberikannya padaku.
“maaf ya kak nggak sengaja” ucap perjaka yang menabrakku.
“iya kak nggak papa kok” jawabku.
“eh kaya kenal suaranya, nama abang siapa?”
“namaku Fira kak”
“eh kak Fira to, ketemu lagi ni kak, saya Fadhil kak yang kemarin minta nomernya abang waktu anjangsana”
“oalah kak Fadhil to, kirain siapa”
“Fir ayo kesana udah dinantikan temen-temen tuh” ajak Dina yang ketika itu sedang berjalan denganku.
“iya Din. Yaudah kak saya gabung sama temen-temenku dulu ya”
“iya kak”
Saat saya sudah bergabung dengan teman-temanku yang lain saya merasa ada seseorang yang selalu memperhatikanku, benar saja kak Fadhil sedang memperhatikanku dari jauh dan ketika pandangan kami bertemu beliau tersenyum kepadaku. Tapi saya tak terlalu menghiraukan hal itu alasannya yaitu saya menikmati malam terakhir ini bersama teman-temanku. Kami mengisi malam terakhir ini dengan bernyanyi, menari sambil tertawa bersama. Tak lupa sesudah program dangdutan selesai kami berkeliling ke tenda-tenda kontingen lain untuk mengucapkan salam perpisahan.
Waktu memperlihatkan pukul 07.00 saatnya kami mengikuti upacara epilog sekaligus pengumuman pemenang lomba. Upacara penutupan berjalan dengan lancar dan khitmat. Sekarang saatnya pengumuman pemenang lomba.
“juara satu relly Saka Wirakartika se-Jawa Tengah dan DIY diraih kontingen dari....... Kabupaten Semarang. Silahkan salah satu perwakilan maju untuk mendapatkan piala”.
Kemudian Satria sebagai ketua kontingen maju untuk mendapatkan piala tersebut.
“Fir apa bener kita yang menang?” tanya Eka belum percaya
“iya kontingen kita menang juara satu relly” jawabku
“nggak nyangka ya kita sanggup menang, padahal kita ikut kegiatan ini juga seadanya” kata Rahma
“alhamdulillah itu berkat perjuangan kita” kata Lintang
Kami semua bahagia dengan hasil perjuangan kita yang tidak sia-sia. Sesampainya di Koramil Ungaran kami merayakan kemenangan kami.
Seminggu sesudah pulang kemah kak Fadhil kembali menghubungiku. Dia menanyakan banyak hal tentangku dan begitupun sebaliknya. Semenjak ketika itu saya menjadi erat dengannya, saya merasa nyaman. Beberapa bulan kemudian beliau mengajakku bertemu, dan beliau bilang akan menjemputku di rumah. Sesampainya dirumah kak Fadhil ijin pada orangtuaku mengajakku jalan. Setelah menerima ijin, kak Fadhil mengajakku ke suatu tempat yang sangat romatis. Tak ku sangka disana beliau menyatakan perasaannya padaku dan memintaku untuk menjadi kekasihnya. Dia juga memberiku seikat bunga mawar merah. Aku merasa tersanjung dengan kejutan yang beliau berikan, dan saya memberi beliau balasan iya yang berarti saya mau menjadi kekasihnya.
“beneran kau mau jadi pacarku?”
“iya kak saya mau”
“yeee makasih ya sayang”
“iya kak sama sama”
“sekarang jangan panggil kak dong kan udah jadi pacarku hehehe”
“iya deh kak, ups maksudku sayang hehe”
Dan korelasi kami pun berjalan dengan baik, setiap malam ahad kak Fadhil selalu menyempatkan waktu untuk mampir ke rumahku. Dia juga selalu membawakan bunga mawar merah untukku. Tak terasa korelasi kami sudah menginjak 6 bulan dan dari bulan ke bulan kami merasa semakin mengasihi satu sama lain.
Hari ini sepulang sekolah saya mengajak Rahma pergi ke gramedia. Disana tak sengaja saya melihat Fadhil dengan seorang perempuan, kemudian saya mencoba menghubunginya.
“kamu lagi ada dimana?” tanyaku
“aku lagi pergi sama temen, kenapa?”
“pergi kemana?”
“ke rumahnya temenku ngerjain tugas, emang kenapa sih?”
“nggak papa kok tadi saya liat orang yang seakan-akan kamu, tapi mungkin salah orang”
“ya udah saya lanjutin buat kiprah dulu ya”
“iya kak”
Dalam hati saya berkata “sekarang kau mulai bohong sama saya kak dan sebetulnya siapa wanita itu?”. Karena sudah malas saya mengajak Rahma pulang walaupun kami belum jadi membeli buku. Rahma tampak gundah tapi beliau tidak bertanya padaku dan eksklusif mengiyakan permintaanku.
Setelah insiden itu Fadhil jarang memberiku kabar, beliau juga tidak tiba ke rumahku. Aku mencicipi perubahan yang sangat besar darinya. Aku berpikir mungkinkah wanita yang beberapa waktu kemudian ku lihat dengannya yaitu pacar barunya? Apa Fadhil udah nggak sayang sama saya lagi?. Setiap hari pertanyaan itu muncul dipikiranku dan itu sangat mengganggu kegiatanku.
“maaf ya malam ini saya nggak dateng ke rumah, saya ada akad sama temen-temenku”
“temen apa temen? Paling kau juga main sama cewek lain”
“kamu ngomong apa sih? Cewek mana? Ya terserah sih mau percaya apa enggak”
“ya udah kalo nggak mau jujur”
Malam ahad ini saya habiskan hanya dengan berdiam diri dikamar alasannya yaitu Fadhil tidak tiba kerumah. Saat saya sedang mendengarkan musik tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku. Ku bukakan pintu dan ternyata yang tiba itu Fadhil. Dia tiba membawa kue, bunga, dan kado.
“happy birthday my dear”
“loh kok kau ada disini? Katane kau ada akad sama temen, eh bukan temen tapi cewek gres kamu” kataku sinis
“emang gak boleh ya saya ke sini? Cewekku kan kamu”
“nggak usah bohong deh”
“aku nggak bohong.. serius deh”
“trus kalo kau gak bohong kenapa kemarin kau nggak jujur waktu saya tanya kau lagi ada dimana? Waktu itu saya liat kau lagi sama cewek di gramedia tapi kau bilangnya kau lagi di..” jari telunjuk Fadhil di tempelkan di bibirku dan memotong pembicaraanku
“sssttt ditinggal beberapa hari aja kok ya jadi banyaomong banget to hehehe. Dengerin klarifikasi saya dulu, waktu itu saya pergi sama Tasya beliau saudara sepupuku saya minta beliau bantu saya milihin kado yang cocok buat kamu. Aku emang sengaja bohong soalnya saya pengen ngasih kejutan sama kamu”
“tapi kenapa kau nggak bilang sama saya sih”
“namanya juga mau ngasih kejutan, kalo saya ngomong jujur ya bukan kejutan dong. Aku minta maaf udah bohong sama kau jangan murka lagi ya”
“iya saya maafin, saya juga minta maaf udah salah paham sama kamu”
“iya sayang, saya sayang kamu”
“aku juga sayang kamu”
“dibuka dong kadonya”
Didalam kotak kado dari Fadhil berisi sebuah kalung dan boneka. Kemudian Fadhil memasangkan kalung itu di leherku.
“makasih ya, saya suka kadonya”
“suka kadonya doang nih? Sama orangnya suka nggak?”
“hehe suka kok”
“coba deh perut bonekane kau pencet”
ketika ku pencet boneka itu berbunyi “hai Fira saya sayang kamu”.
“aku juga sayang kau Fadhil. Makasih ya saya seneng banget deh”
“iya sama-sama”
Cinta yang tiba dari patok tenda ini semoga sanggup terus berlanjut dan tak akan berhenti hingga disini. Sumber http://perpustakaanvikko.blogspot.com
0 Response to "Cerpen Cinta Patok Tenda"
Posting Komentar