10 Unsur Kebudayaan Masyarakat Indonesia Sebelum Mengenal Tulisan
Daftar Isi Artikel
10 unsur kebudayaan masyarakat Indonesia sebelum mengenal goresan pena atau sebelum masuknya efek Hindu-Buddha yaitu sebagai berikut :
1. Sistem kepercayaan
Sistem iktikad dalam masyarakat Indonesia diperkirakan mulai tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini dibuktikan dengan inovasi lukisan-lukisan pada dinding-dinding di Sulawesi Selatan.
Lukisan tersebut berbentuk cap tangan merah dengan jari-jari yang direntangkan, yang diartikan sebagai sumber kekuatan atau simbol tunjangan untuk mencegah roh jahat. Ada juga lukisan tangan dengan jari tidak lengkap yang merupakan tanda berkabung dan penghormatan terhadap roh nenek moyang.
Adanya corak iktikad menyerupai ini diperkuat oleh inovasi lukisan kadal di Pulau Seram dan Papua. Di tempat yang sama juga ditemukan lukisan bahtera yang menggambarkan kendaraan nenek moyang ke alam baka.
Kepercayaan terhadap roh nenek moyang ini terus berkembang pada masa bercocok tanam hingga masa perundagian. Selain penghormatan terhadap roh nenek moyang, ada juga iktikad terhadap kekuatan alam. Kepercayaan ini kiranya turut ditentukan oleh pengalaman dan ketergantungan mereka terhadap alam.
Lebih jauh mengenai masa bercocok tanam silahkan baca di artikel: Kehidupan masa bercocok tanam dan hidup menetap
Bagan 10 unsur kebudayaan masyarakat Indonesia
Bagan 10 unsur kebudayaan masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan |
2. Sistem kemasyarakatan
Ketika insan hidup bercocok tanam dan jumlahnya bertambah besar, sistem kemasyarakatan mulai tumbuh. Gotong-royong dirasakan sebagai kewajiban yang fundamental dalam menjalani kegiatan hidup, menyerupai menebang hutan, menangkap ikan, menebar benih, dan lain-lain.
Demi menjaga hidup bersama yang harmonis, insan menyadari perlunya aturan-aturan yang perlu disepakati bersama. Agar hukum ini ditaati, ditentukan seorang pemimpin yang bertugas menjamin terlaksananya kepentingan bersama.
Sistem kemasyarakatan terus berkembang khususnya pada masa perundagian. Pada masa ini sistem kemasyarakatan menjadi lebih kompleks. Masyarakat terbagi menjadi kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan bidang keahliannya. Uniknya, kiprah yang ditangani menciptakan masing-masing kelompok mempunyai hukum sendiri. Meskipun demikian, tetap ada hukum umum yang menjamin keharmonisan kekerabatan masing-masing kelompok.
3. Pertanian
Sistem persawahan mulai dikenal bangsa Indonesia semenjak zaman neolitikum, yakni semenjak insan menetap secara permanen (sedenter). Perkiraan ini sangat logis mengingat proses bersawah yang cukup usang mengharuskan insan menetap di suatu tempat dengan waktu relatif lama. Kehidupan gotong-royong teraktualisasikan dalam sistem persawahan ini.
Semangat gotong-royong dalam sistem persawahan terlihat dalam tata pengaturan air dan tanggul. Pada masa perundagian, kemampuan bersawah semakin berkembang mengingat sudah adanya spesialisasi pekerjaan dalam masyarakat.
4. Kemampuan berlayar
Kemampuan berlayar sudah dimiliki cukup usang oleh bangsa Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh cara kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia dari daratan Asia. Mereka harus memakai bahtera untuk hingga ke Indonesia.
Kemampuan berlayar ini terus berkembang di tanah yang baru, mengingat kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau. Kondisi menyerupai ini mengharuskan orang memakai bahtera untuk mencapai pulau lain.
Perahu bercadik merupakan model yang paling dikenal pada zaman efek Hindu-Buddha. Perahu bercadik dibentuk dari sebuah batang pohon besar yang ditebang bersama, kemudian dikupas kulitnya. Kemudian kayu tersebut dibentuk rongga dengan cara pembakaran sedikit sedikit, kemudian rongga dan tepian bahtera dihaluskan dengan beliung dan kesudahannya diberi cadik di satu atau kedua sisinya.
Kemampuan berlayar ini selanjutnya menjadi dasar dari kemampuan berdagang. Itulah sebabnya semenjak awal Masehi bangsa Indonesia sudah mulai berkiprah dalam jalur perdagangan internasional.
Selengkapnya silahkan baca di artikel sejarah: Nenek moyang bangsa Indonesia pelaut tangguh
5. Sistem bahasa
Daerah Indonesia membentang sepertujuh dari bundar ekuator dan terbagi oleh lautan dengan beribu pulau, juga terdapat beribu lembah dan daratan. Keadaan menyerupai ini menjadikan semenjak semula mereka mempunyai sejumlah bahasa dan dialek. Bahasa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia itu termasuk dalam satu rumpun bahasa, yaitu rumpun bahasa Melayu Austronesia atau bahasa Melayu kepulauan Selatan.
Perkembangan bahasa Melayu terlihat dengan terang pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Setelah menerima efek dari bahasa Sansekerta, bahasa Melayu menjadi bahasa resmi atau bahasa prasasti Kerajaan Sriwijaya. Dalam perkembangan selanjutnya, bahasa Melayu berhasil menjadi bahasa pergaulan dalam perdagangan atau menjadi bahasa mediator di seluruh wilayah kepulauan Nusantara. Oleh lantaran itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca di Nusantara atau sebagian wilayah Asia Tenggara.
Lebih jauh mengenai rumpun bahasa ini silahkan baca di artikel: Sejarah rumpun bahasa Austronesia
6. Ilmu pengetahuan
Sebelum efek Hindu-Buddha masuk, masyarakat Indonesia telah mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat telah memanfaatkan angin animo sebagai tenaga pelopor dalam acara pelayaran dan perdagangan. Juga mengenal ilmu astronomi (ilmu perbintangan) sebagai petunjuk arah dalam pelayaran atau sebagai petunjuk waktu dalam bidang pertanian. Oleh lantaran itu, mereka telah mengetahui secara teratur waktu bercocok tanam, panen, atau masa yang sempurna untuk berlayar dan menangkap ikan.
Baca mengenai perkembangan perdagangan pada masa ini d artikel: Perdagangan dan pelayaran di Indonesia sekitar tahun 1500 Masehi
7. Organisasi sosial
Sebagai makhluk sosial, insan tidak akan sanggup hidup sendiri tanpa kelompok masyarakatnya. Kelompok masyarakat itu lebih dikenal dengan sebutan suku. Hubungan masyarakat dalam suatu kelompok sukunya sangat erat. Pola kerjasama dalam hidup sesungguhnya dalam suatu kelompok suku sudah terjalin dengan baik.
8. Teknologi
Sejak masa prasejarah, masyarakat Indonesia telah mengenal teknik pengecoran logam. Berbagai peralatan rumah tangga, peralatan untuk mengerjakan sawah atau berladang, peralatan berburu dan lain-lain dikerjakan dengan pengecoran logam.
Masyarakat juga telah mengenal teknik pembuatan bahtera bercadik menyerupai telah disinggung di atas. Pembuatan bahtera bercadik ini sesuai dengan kondisi alam Indonesia yang terdiri dari banyak sekali pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh lautan. Perahu bercadik itu sanggup dipakai sebagai sarana transportasi dan sarana perdagangan.
Lebih jauh mengenai teknik pengecoran logam silahkan baca di artikel: Teknik cetakan Bivalve dan A Cire Perdue
9. Sistem ekonomi
Masyarakat pada setiap tempat tidak sanggup memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Untuk itu, mereka menjalin kekerabatan perdagangan dengan daerah-daerah lainnya. Hubungan perdagangan yang mereka kenal pada ketika itu yaitu sistem barter, yaitu pertukaran barang dengan barang.
10. Kesenian
Masyarakat prasejarah telah mengenal kesenian sebagai hiburan untuk mengisi waktu senggang. Karena semenjak masyarakat hidup dari hasil bercocok tanam, mereka mempunyai waktu senggang yang cukup lama, yaitu dari semenjak menanam hingga panen tiba.
Waktu senggang itulah yang mereka pergunakan untuk mewujudkan dan menyalurkan jiwa seni mereka menyerupai seni menciptakan batik, seni menciptakan gamelan, seni wayang kulit dan lain sebagainya. Namun, seni wayang kulit biasanya dipertunjukkan sehabis panen dengan lakon dongeng perihal kehidupan alam sekitar mereka.
Demikian 10 unsur kebudayaan masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan, agar menjadi catatan Sejarah Negara Indonesia khususnya.
0 Response to "10 Unsur Kebudayaan Masyarakat Indonesia Sebelum Mengenal Tulisan"
Posting Komentar