iklan banner

Raja Singasari Sehabis Tohjaya Dan Kehancurannya



Wisnuwardhana

Perseteruan yang panjang antara Anusapati dan Tohyaja akhir tragedi bagi Singasari. Karena hal itu membuat suasana kerajaan tidak pernah tenteram, yang kesannya berakhir dengan ajal keduanya. Sepeninggal Tohjaya, pada tahun 1248 M Ranggawuni dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardhana.

Dalam menjalankan pemerintahannya, id didampingi oleh Mahisa Campaka yang diberi kedudukan sebagai ratu anggabhaya dengan gelar Narasinghamurti.

Pada tahun 1255 M, Wisnuwardhana mengeluarkan sebuah prasasti berkenaan dengan pengakuan desa Mula dan desa Malurang menjadi sima untuk Sang Pranaraja dengan keturunan-keturunannya yang telah berjasa kepada raja.

Dalam kakawin Negara Kertagama disebutkan bahwa Wisnuwardhana menobatkan anaknya, Kertanegara menjadi Yuwaraja pada tahun 1254 M. Yuwaraja yaitu putra mahkota yang telah menerima kekuasaan penuh dalam pemerintahan.

Kertanegara

Sebelum tahun 1268 M, Kertanegara belum memerintah sendiri sebagai raja Singasari. Pada waktu itu ia masih memerintah di bawah bimbingan ayahnya, raja Wisnuwardhana. Di dalam prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh Kertanegara sebelum tahun 1268 M, selalu didapati istilah makamangalya, yang berarti di bawah bimbingan.

Raja Kertanegara ialah raja Singasari yang sangat terkenal, baik dalam bidang politik maupun kegamaan. Dalam bidang politik ia populer sebagai seorang raja yang mempunyai gagasan ekspansi cakrawala mandala ke luar pulau Jawa, yang mencakup tempat seluruh Nusantara. Dalam bidang keagamaan ia populer sebagai penganut agama Buddha Tantrayana.

Peristiwa-peristiwa politik Kertanegara tercantum dalam kitab Negarakertagama dan Pararaton. Tetapi dua kitab tersebut menawarkan penafsiran yang berbeda perihal peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Pada pokoknya, Negarakertagama memuji tindakan-tindakan Kertanegara, sedangkan Pararaton menjelekannya. Dari keadaan itu sanggup diambil kesimpulan, bahwa terhadap segala tindakan Kertanegara ada pihak yang setuju, tetapi ada juga yang menentangnya. Rupanya tindakan Kertanegara tegas dan berani, sehingga disorot oleh semua lapisan masyarakat.

Politik dalam negeri Kertanegara

Kertanegara berusaha membuat kestabilan politik dalam negeri. Beberapa tindakannya untuk membuat kestabilan tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Memberantas pengacau yang menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Pada tahun 1270 Kertanegara memb*n*h seorang pengkhianat negara berjulukan Cayaraja. Tahun 1280 seorang pengkhianat lain berjulukan Mahisa Rangkah yang mempunyai banyak pengikut di seluruh negara juga dibunuh.

2. Dalam bidang pemerintahan ia bertindak secara berani dan tegas, ia mengadakan mutasi (peralihan jabatan). Jabatan-jabatan negara Patih Rajanatha yang telah renta digantikan oleh Apanji Aragani dari golongan muda. Seorang tokoh terkemuka Banyak Wide diangkat menjadi Adipati di Madura dan diberi gelar Arya Wiraraja.

3. Di dalam negeri masih ada tokoh-tokoh yang dianggap berbahaya, yaitu Jayakatwang, raja Kediri keturunan Kertajaya. Kerajaan Kediri telah dihancurkan oleh Ken Arok, buyut Kertanegara. Namun, bergotong-royong Kediri tidak sepenuhnya hancur, tetapi diperintah oleh keturunan Kertajaya dengan mengakui kepemimpinan Singasari.

Menurut prasasti Mula-Malurang tahun 1255 disebutkan bahwa pada waktu itu yang berkuasa dan menjadi raja Daha ialah Sri Kertanegara. Sedangkan Jayakatwang memerintah di Gelang-Gelang.

Sejak tahun 1271 Jayakatwang berkuasa di Daha. Raja Kertanegara mengambil langkah-langkah untuk menjaga hubungan politik yang baik dengan Jayakatwang. Anak Jayakatwang yang berjulukan Arhareja dijadikan menantu Kertanegara, sedangkan saudara wanita Kertanegara berjulukan Turukbali menjadi istri Jayakatwang.

Selanjutnya Ardhareja diangkat menjadi seorang panglima tentara Singasari. Dilain pihak masih ada seorang tokoh yang berhak atas tahta kerajaan alasannya ialah keturunannya, ialah Raden Wijaya. Raden Wijaya ialah putra LEmbu Tal, cucu Mahisa Campaka atau Narasinghamurti. Jadi, ia masih keturunan Ken Arok dan Ken Dedes.

Dari susunan keluarga ia ialah keponakan Kertanegara. Maka Raden Wijaya dijadikan menantu Kertanegara juga sekaligus diangkat menjadi panglima tentara Singasari.

Silsilah keturunan Tunggul Ametung dan Ken Arok

Silsilah keturunan Tunggul Ametung dan Ken Arok Raja Singasari sehabis Tohjaya dan kehancurannya
Silsilah raja-raja Singasari keturunan Tunggul Ametung dan Ken Arok

Politik Luar negeri Kertanegara

Melihat kemunduran Kerajaan Sriwijaya, Kertanegara berusaha memperoleh kedudukan pada tempat yang strategis dan penting artinya bagi siasat pertahanan, yaitu Melayu pada tahun 1275. Kertanegara memerintahkan sebuah ekspedisi berangkat ke Melayu. Peristiwa itu disebut Ekspedisi Pamalayu.

Ekspedisi itu dimaksudkan bukan untuk menaklukkan Melayu, melainkan merupakan suatu misi persahabatan. Pamalayu berarti persetujuan komplotan dengan Melayu. Hubungan persahabatan kemudian dipererat dengan perkawinan, sehingga hubungan persahabatan tersebut menjadi hubungan kekeluargaan. Kertanegara pun menawarkan hadiah sebuah arca Buddya Amogapasya kepada raja Melayu, yang diterima dengan kegembiraan.

Pada tahun 1284, Singasari menaklukkan Kerajaan Bali yang tidak tunduk dan merupakan ancaman bagi keamanan Singasari. Dengan Kerajaan Campa diadakan hubungan persahabatan yang diperkuat dengan hubungan kekeluargaan, yakni dilangsungkannya perkawinan antara Raja Campa dengan saudara wanita Kertanegara yang berjulukan Ratu Tapasi.

Tindakan raja Kertanegara untuk memperluas kekuasaannya ke luar Jawa rupanya didorong oleh ancaman dari Cina, yaitu dari Kaisar Kubilai Khan, raja dari Dinasti Mongol. Kubilai Khan sangat berambisi menguasai wailayah Asia Tenggara, termasuk Singasari.

Penyebab Runtuhnya Singasari

Pada tahun 1280 dan 1281 Kubilai Khan mengirimkan utusan ke Singasari guna meminta Kertanegara mengakui kekuasaan Mongol. Namun Kertanegara selalu menolak. Utusan Kubilai Khan yang terakhir datang di Singasari tahun 1289.

Karena merasa kesal, utusan tersebut murka besar. Sebagai pembalasan atas penghinaan itu, ia menyiapkan pasukan untuk menyerang Singasari. Pada simpulan tahun 1292 dikirimlah pasukan itu ke Jawa di bawah pimpinan dua orang panglima perang, yaitu Shihpi-lheh-mi-shih dan Kau Hsing.

Kerajaan Singasari tidak tinggal membisu dalam menghadapi kemungkinan serbuan dari Mongol. Kertanegara berusaha memperkuat pasukannya dengan menambah jumlah tentaranya. Selain itu, ia juga menjalin persahabatan dengan kerajaan-kerajaan lain guna menambah sumbangan kekuatan. Persahabatan tersebut antara lain dilakukan dengan Kerajaan Champa di Vietnam.

Namun, di dalam negeri sendiri Kertanegara menerima rongrongan dari Jayakatwang, seorang keturunan Raja Kertajaya yang ingin membangun kembali negerinya. Dengan memanfaatkan keberadaan sebagian pasukan Singasari yang sedang berada di Melayu, Jayakatwang berusaha menyerang Singasari.

Kertanegara yang dikala itu sedang melaksanakan upacara dengan para brahmana kesannya terbunuh. Menantunya, Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri ke Madura. Maka runtuhlah Singasari.

Baca juga rujukan lain ulasan singkat berdirinya Singasari sampai kehancurannya di artikel sejarah :
Kerajaan Singasari

Sumber http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com

0 Response to "Raja Singasari Sehabis Tohjaya Dan Kehancurannya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel