iklan banner

Geladian Pimpinan Satuan Penegak



By Taufik Maulidi , MLG.

Artikel ini saya susun menurut Keputusan Kwarnas No. 031 tahun 1978 wacana Petunjuk Penyelenggaraan Geladian Pimpinan Satuan Penegak. Maksud penyusunan artikel ini yakni salah satu pola mudah pelaksanaan Geladian Pimpinan Satuan Penegak yang mengacu sesuai hukum dengan kemasan yang gampang dilaksanakan.
Pengertian dan Pengenalan

Geladian pimpinan satuan penegak biasanya disingkat dianpinsat, ada juga yang menyingkatnya menjadi dianpinsa atau GPS. Saya lebih menentukan menyebut “dianpinsat” sebab abreviasi inilah yang digunakan kwarnas untuk menyebut kegiatana ini dalam dokumen-dokumen resminya.

Dianpinsat yakni salah satu bentuk training yang diperuntukkan bagi Pramuka Penegak. Disebut Pramuka Penegak, berarti sudah lulus syarat kecakapan umum (SKU) Penegak Bantara. Karena sebelum menjadi Penegak Bantara Pramuka tersebut gres menjadi Calon Penegak.

Aturan utama yang arus dipenuhi dalam melakukan dianpinsat yakni mengedepankan praktek langsung. Kalau pun terpaksa ada teori, hendaknya diberikan sepraktis mungkin dan selalu diikuti dengan praktek penerapannya.

Penyelenggara dan Peserta
Dianpinsat yang dilaksanakan di lingkup gudep diselenggarakan oleh pembina penegak dan pembantu pembina di gudep tersebut. Pembina tersebut melibatkan pemateri dari luar gudep bahkan dari luar anggota Pramuka bila dirasa perlu. Dan sangat dianjurkan melibatkan Pramuka Penegak/ Pandega yang lebih senior (lebih berpengalaman) di gudep tersebut. Dianpinsat juga bisa dilaksanakan di tingkat kwartir dengan Dewan Kerja Pramuka Penegak/ Pandega sebagai pelaksananya. Pihak kwartir, termasuk Pusat Pendidikan Pelatihan (Pusdiklat) hanya memperlihatkan bimbingan dan pengawasan saja.

Hal tersebut sangat sesuai dengan prinsip memperlihatkan kesempatan seluas-luasnya kepada Pramuka Penegak untuk memimpin dan melakukan acara sesuai yang tersurat pada Keputusan Kwarnas No. 080 tahun 1988 wacana Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega.
Peserta dianpinsat yakni para pemimpin sangga dan wakilnya serta para pengurus Dewan Ambalan.

Tujuan dan Sasaran Dianpinsat
Ada 3 tujuan training dianpinsat ini:

Pertama, melatih dan membuatkan sifat kepemimpinan. Hal ini ditunjukkan dengan sistem pelaksanaan dianpinsat yang beregu. Semua penerima dikelompokkan dalam sangga-sangga dengan pemimpin sangga berganti-ganti selama kegiatan. Rolling pinsa tersebut dimaksudkan biar setiap penerima pernah mencicipi beban tanggung jawab sebagai pimpinan.

Kedua, menembangkan keterampilan-keterampilan kepramukaan (scouting skills). Jangan membayangkan keterampilan kepramukaan bagi penegak sama persis dengan penggalang seperti: sandi morse, semaphore, peta pita, peta lapangan dan sebagainya. Ketrampilan yang hendaknya dikuasai oleh penegak lebih mudah namun lebih luas. Berkaitan dengan segala keterampilan yang dibutuhkan dalam berkegiatan di alam terbuka. Seperti keterampilan wacana cara yang baik mengelola tapak perkemahan, pengetahuan survival, penjelajahan, bahkan hingga pengetahuan cara mengatur sajian masakan yang sehat dikala berkemah.

Ketiga, menanamkan pada Pramuka Penegak wacana manfaat dan pentingnya berkegiatan secara terorganisir dalam sangga maupun tuhan ambalan.

Materi dan Penyajiannya
Ada 4 pokok bahan yang semestinya diberikan:
1.       Patriotisme dan spiritual.
2.       Organisasi dan Administrasi.
3.       Peranan pemimpin satuan penegak.
4.       Kegiatan Pramuka Penegak.

Karena mengedepankan training yang bersifat praktis, bukan teoritis, seringkali ditemui kesalahpahaman dalam penyajian materi. Misalnya, bahan patriotisme dan spiritual sangat tidak sempurna bila diberikan dalam bentuk ceramah teoritis.Pembina yang cerdas akan selalu menghindari cara penyajian bahan yang membosankan dan tidak efektif.

Sebagai contoh, penerima tidak perlu diceramahi wacana keagamaan. Untuk Pramuka muslim, bisa dengan diajak sholat wajib sempurna waktu, dieri waktu untuk bertadarus di sore dan pagi hari, diajak shalat malam dan merenung berdzikir, dan sebagainya. Berkaitan dengan seni budaya, juga tidak perlu diberi ceramah wacana budaya. Berikan saja kiprah pada penerima berupa pentas seni yang bernilai melestarikan budaya.

Kalaupun ada bahan yang membutuhkan penyajian teoritis yakni bahan organisasi dan administrasi. Ini pun bisa dimimalisir teoritisnya dengan menciptakan bahan yang bisa di “PR” kan. Materi tertulis yang bisa dipelajari di rumah dan diukur tingkat pemahamannya dengan pretest dan posttest selama kegiatan. Bayangkan waktu yang terbuang hanya untuk membacakan bahan yang sebetulnya bisa mereka baca sendiri di rumah. Bahkan bisa juga kita tidak memperlihatkan materi, tetapi memberi kiprah pada penerima untuk mencari pengetahuan terkait di internet atau buku. Materi wacana keorganisasian, jauh lebih baik bila dilaksanakan dengan cara workshop atau simulasi.

Kepemimpinan juga tidak selalu disajikan dengan slide presentasi ala training leadership. Lebih penting bagaimana mereka bisa mencicipi pribadi pentingnya kepemimpinan dengan mencicipi team building game, penugasan kelompok bahkan bila perlu dibentuk skenario problem solving. Untuk yang terakir ini, sering kali salah kaprah dijadikan ajang penggojlokan bulliying. Peserta tiba-tiba dimarahi, dibentak tanpa alasan. Peserta dihadapkan dengan dilema yang dimana mereka tidak punya esmpatan untuk memecahkannya sebab satu-satunya solusi yang mereka bisa lakukan yakni mendengarkan bentakan dan berlagak sedikit takut.

Materi wacana acara atau saya lebih bahagia menyebutnya sebagai scouting skills yakni bahan yang paling luas dan kompleks. Sehingga tidak harus diberikan secara menyeluruh dalam waktu yang terbatas. Lebih baik bila dipilih satu-dua bahan yang nantinya cukup waktu untuk penyajian teoritis dan prakteknya.



Sumber http://tungaugajahmada.blogspot.com

0 Response to "Geladian Pimpinan Satuan Penegak"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel