✔ Dongeng Nabi Muhammad Saw Dan Para Sahabat
Dan orang-orang yang terdahulu; yang mula-mula dari orang-orang “Muhajirin” dan “Ansar” (berhijrah dan memberi bantuan), dan orang-orang yang berdasarkan (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah reda kepada mereka dan mereka pula reda kepada Nya, serta Dia menyediakan untuk mereka syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka baka di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar. (Q.S At-Taubah ayat 100)
Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk nirwana hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai antara satu sama lain. Mahukah kalian saya tunjukkan suatu amalan yang jikalau kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai antara satu sama lain? Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (H.R.Muslim)
Fizikal Nabi
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah saya menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan saya tahu baginda memang sangat berakal mensifatkan sikap Rasulullah SAW, padahal saya ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat dia yang sanggup saya mencontohinya, maka dia berkata:
Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda murka kelihatannya menyerupai bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih higienis dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya higienis dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seakan-akan air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak menyerupai jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang menyerupai orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.
Kebiasaan Nabi
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya menyerupai orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu garang atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang sanggup meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia sanggup membelanya.
Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi murka kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang sanggup melebihi marahnya, sehingga baginda sanggup membela kerananya. Baginda tidak pernah murka untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda murka baginda terus berpaling dari arah yang menimbulkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa menyerupai embun yang dingin.
Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini saya simpan dalam diriku usang juga. Kemudian saya berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan saya dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku wacana apa yang saya tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) wacana cara keluar baginda dan masuk baginda, wacana cara duduknya, malah wacana segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.
Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku wacana masuknya Rasulullah SAW kemudian dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu kepingan khusus untuk Allah ta'ala, satu kepingan untuk isteri-isterinya, dan satu kepingan lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan kepingan untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.
Di antara tabiatnya dikala melayani ummat, baginda selalu memperlihatkan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka berdasarkan kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir memberikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa memberikan kepadaku keperluan orang yang tidak sanggup menyampaikannya sendiri, alasannya yakni sesiapa yang memberikan keperluan orang yang tidak sanggup memberikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, pasti Allah SWT akan tetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.
Baginda tidak mendapatkan dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka tiba kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan daerah melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan setelah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang mahir dalam hal-ihwal agamanya.
Luaran Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya wacana keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW dikala di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jikalau memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak garang dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka biar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan informasi orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang jelek dicela dan dicegahkan.
Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak sanggup memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.
Majlis Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya kemudian bertanya pula wacana majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau berdiri daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah menentukan daerah yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu daerah yang tertentu. Apabila baginda hingga kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh menciptakan menyerupai itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang tiba kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu berdiri dan kembali.
Baginda tidak pernah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jikalau ada diberikan kepadanya, dan jikalau tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang lumayan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang menyerupai ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar bunyi yang tinggi, tidak dibentuk padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang bau tanah dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang ajaib selalu didahulukan.
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun kemudian menanyakan wacana kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk gotong royong dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya gampang dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak garang atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menimbulkan orang berputus asa. Sangat terperinci dalam perilakunya tiga masalah yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.
Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seakan-akan burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka gres mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat garang dan suka mendesak dikala meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu menyerah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kau dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kau menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan kebanggaan daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, kemudian barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari daerah itu.
Diamnya Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula wacana diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana budpekerti sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun alasannya yakni pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun wacana tafakkurnya ialah pada apa yang baka dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menimbulkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka menciptakan yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, biar sanggup dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, biar dijauhi dan tidak dibentuk oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melaksanakan apa yang sanggup mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat. Sumber http://fahmiilhamardiansyah.blogspot.com
Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk nirwana hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai antara satu sama lain. Mahukah kalian saya tunjukkan suatu amalan yang jikalau kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai antara satu sama lain? Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (H.R.Muslim)
Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW
Fizikal Nabi
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah saya menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan saya tahu baginda memang sangat berakal mensifatkan sikap Rasulullah SAW, padahal saya ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat dia yang sanggup saya mencontohinya, maka dia berkata:
Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda murka kelihatannya menyerupai bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih higienis dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya higienis dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seakan-akan air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak menyerupai jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang menyerupai orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.
Kebiasaan Nabi
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya menyerupai orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu garang atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang sanggup meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia sanggup membelanya.
Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi murka kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang sanggup melebihi marahnya, sehingga baginda sanggup membela kerananya. Baginda tidak pernah murka untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda murka baginda terus berpaling dari arah yang menimbulkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa menyerupai embun yang dingin.
Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini saya simpan dalam diriku usang juga. Kemudian saya berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan saya dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku wacana apa yang saya tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) wacana cara keluar baginda dan masuk baginda, wacana cara duduknya, malah wacana segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.
Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku wacana masuknya Rasulullah SAW kemudian dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu kepingan khusus untuk Allah ta'ala, satu kepingan untuk isteri-isterinya, dan satu kepingan lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan kepingan untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.
Di antara tabiatnya dikala melayani ummat, baginda selalu memperlihatkan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka berdasarkan kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir memberikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa memberikan kepadaku keperluan orang yang tidak sanggup menyampaikannya sendiri, alasannya yakni sesiapa yang memberikan keperluan orang yang tidak sanggup memberikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, pasti Allah SWT akan tetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.
Baginda tidak mendapatkan dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka tiba kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan daerah melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan setelah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang mahir dalam hal-ihwal agamanya.
Luaran Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya wacana keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW dikala di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jikalau memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak garang dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka biar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan informasi orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang jelek dicela dan dicegahkan.
Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak sanggup memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.
Majlis Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya kemudian bertanya pula wacana majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau berdiri daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah menentukan daerah yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu daerah yang tertentu. Apabila baginda hingga kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh menciptakan menyerupai itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang tiba kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu berdiri dan kembali.
Baginda tidak pernah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jikalau ada diberikan kepadanya, dan jikalau tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang lumayan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang menyerupai ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar bunyi yang tinggi, tidak dibentuk padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang bau tanah dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang ajaib selalu didahulukan.
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun kemudian menanyakan wacana kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk gotong royong dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya gampang dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak garang atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menimbulkan orang berputus asa. Sangat terperinci dalam perilakunya tiga masalah yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.
Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seakan-akan burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka gres mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat garang dan suka mendesak dikala meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu menyerah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kau dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kau menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan kebanggaan daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, kemudian barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari daerah itu.
Diamnya Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula wacana diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana budpekerti sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun alasannya yakni pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun wacana tafakkurnya ialah pada apa yang baka dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menimbulkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka menciptakan yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, biar sanggup dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, biar dijauhi dan tidak dibentuk oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melaksanakan apa yang sanggup mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat. Sumber http://fahmiilhamardiansyah.blogspot.com
0 Response to "✔ Dongeng Nabi Muhammad Saw Dan Para Sahabat"
Posting Komentar