iklan banner

Antropologi


Pendahuluan

Manusia di dunia terdiri dari banyak sekali jenis suku bangsa serta budaya yang beragam. Keingintahuan insan akan asal usul, dan latar belakangnya menarik perhatian mereka untuk melaksanakan kajian-kajian ihwal manusia. Antropologi merupakan satu-satunya ilmu sosial-budaya yang mengkaji sifat atau hakikat insan dari sisi biologi dan kultural. Antropologi merupakan produk masyarakat, sebagamana halnya dengan ilmu-ilmu sosial-budaya lainnya. Antropologi sebagai ilmu mengkaji ihwal masyarakat serta mencoba untuk mengamati, menjelaskan, dan memahami gejala-gejala yang terjadi dalam masyarakat, baik masa sekarang, masa lampau maupun masa yang akan datang. 

Istilah antropologi berasal dari bahasa yunani yaitu, “anthropos” yang berarti insan dan “logos” yang berarti ilmu. Antropologi secara harfiah berarti ilmu ihwal manusia. Antropologi terkait eksklusif dengan variasi insan di seluruh dunia, tidak hanya pada area yang terbatas. Antropologi juga terkait dengan variasi insan pada semua periode, mulai dengan insan paling awal yang hidup sekitar 1 juta tahun yang lampau hingga pada perkembangan insan yang sekarang. Antropologi memandang insan sebagai sesuatu yang kompleks dari segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu ihwal insan dan kebudayaannya. Antropologi ialah ilmu yang menarik lantaran mempelajari insan baik dari sisi biologis maupun sisi kultural. Pembahasan lebih lanjut mengenai antropologi lebih terperinci dipaparkan pada kepingan selanjutnya.

Mengapa Belajar Antropologi?

Orang tidak pernah menyadari ihwal adanya bangsa-bangsa lain di dunia, yang berbeda dengan mereka dari segi warna kulit, roman muka, serta berbeda perilaku. Selama di dunia insan selalu bertanya mengenai asal permintaan mereka. Sebagian besar perjalanan insan berpegang teguh terhadap mitos dan dongeng untuk menjawab pertanyaan ihwal sikap dan latar belakangnya. Munculnya ilmu Antropologi dalam 200 tahun terakhir menjadi suatu pendekatan secara ilmiah untuk menjawab keingintahuan insan mengenai asal permintaan sikap dan latar belakangnya. Pendekatan ilmiah tersebut memungkinkan para antropolog memperoleh pengertian yang masuk nalar dan sanggup diterima mengenai keanekaragaman manusia. 

Antropologi merupakan studi ihwal umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat ihwal insan dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap ihwal keanekaragaman manusia. Keanekaragaman bentuk budaya memilih dasar-dasar perbedaan dan kesamaan manusia, sifat manusia, dan kelembagaannya. Antropologi mengkaji ihwal tingkah laris insan pada umumnya dengan mempelajari bermacam-macam suku bangsa di seluruh dunia.

Dalam perkembangannya di Indonesia, Antropologi juga telah menghasilkan bermacam-macam teori kebudayaan. Misalnya, pada dekade 1970an mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistsem gagasan, tindakan dan hasil karya insan dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijad ikan milik insan dengan belajar. Disiplin antropologi mengkaji insan pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya dari dua sisi holistik. Hal inilah yang membedakan antropologi dari disiplin ilmu social lainnya yang menekankan pada perbandingan budaya antar manusia. Tujuan antropologi ialah memajukan pengetahuan kita ihwal siapa kita dan bagaimana kita tiba dengan cara ini.

Ada empat bidang dalam disiplin antropologi: studi antropologi budaya masyarakat insan kontemporer, studi arkeologi masyarakat dari masa lalu, antropologi biologi ialah studi ihwal evolusi insan dan primatologi, dan antropologi linguistik membandingkan struktur dan praktek bahasa di seluruh dunia. Keempat bidang menyebarkan komitmen untuk menjelajahi keanekaragaman kehidupan dan pengalaman manusia. Antropologi di perguruan tinggi merupakan salah satu dari beberapa bidang studi yang menggabungkan jadwal kerja yang menarik dengan training karir yang praktis. Studi ihwal “siapa kita dan bagaimana kita tiba untuk menjadi menyerupai itu” tidak hanya memperlihatkan pendidikan yang baik, tetapi juga memperlihatkan peluang kepada mahasiswa untuk mendapat pekerjaan yang kompetitif serta karir yang baik secara global. Manfaat lain dari Antropologi ialah mengajarkan mahasiswa untuk mengamati, merekam, dan menggambarkan sikap social yang kompleks menyerupai yang terjadi sehingga sanggup berpartisipasi aktif dalam penelitian-penelitian di masyarakat. Melalui antropologi, mahasiswa mencar ilmu untuk melihat acara insan dari sejumlah perspektif dan mengembangkan keterampilan pemecahan dilema analitis.

Aspek-Aspek Antropologi

Antropologi secara internal beranekaragam meliputi spektrum kajian ihwal biologi dan evolusi insan hingga dengan kajian ihwal kehidupan insan sosial insan kontemporer, etnik di kawasan pedesaan dan perkotaan. Antropologi meliputi para seorang jago dalam biologi manusia-dalam evolusi ras, sikap primat, serta para seorang jago dalam banyak sekali segi masyarakat dan budaya, dan sebagian merupakan putaran sejarah akademis yang aneh. Keilmuan antropologi terdiri dari dua aspek, yaitu aspek fisik dan budaya. Antropologi berdasarkan tradisi dibagi menjadi empat cabang antropologi fisik dan tiga cabang antropologi budaya. Antropologi fisik khusus membahas insan sebagai makhluk biologis sedangkan antroplogi budaya menggarap insan sebagai makhluk budaya. Kedua aspek antropologi ini mempunyai korelasi yang erat dan memperlihatkan tunjangan yang penting bagi pengetahuan kita untuk mempelajari keterkaitan antara kehidupan biologis dan kebudayaan.

1. Antropologi Fisik
Secara khusus  antropologi fisik mencoba menelaaah insan sebagai makhluk fisik yang tumbuh dan berkembang hingga terjadinya keanekaragaman makhluk insan berdasarkan ciri-ciri badan atau fenotipe, menyerupai warna kulit, warna dan bentuk rambut, tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi, dan bentuk badan serta ciri-ciri genotipe menyerupai golongan darah. Antropologi fisik merupakan kepingan dari antropologi yang memusatkan perhatiannya kepada insan sebagai makhluk biologis, terutama dalam kajian evolusi manusia. Para jago antropologi fisik berusaha merekonstruksi munculnya manuisa dan perkembangan selanjutnya melalui proses penilaian kemudian mengelompokannya kedalam banyak sekali golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri badan hingga diketahui penyebab terjadinya variasi manusia.

Bidang antropologi fisik yang mempelajari ini disebut paleoantologi insan atau Paleo-Antropologi dan Somatologi. Paham ini mempelajari asal-usul dan evolusi insan sanggup dicapai dengan cara meneliti sisa-sisa badan yang telah membatu (memfosil) yang dijumpai pada lapisan-lapisan bumi. Antropologi fisik mempunyai dua bidang terpenting, yaitu penelitian ihwal evolusi manuisa dan penelitian ihwal variasi diantara insan yaitu mencoba menelaah bagaimana dan apa sebabnya masyarakat insan menandakan perbedaan dalam ciri – ciri khas fisik atau biologis. Oleh lantaran itu, untuk memahami aneka variasi insan ini, maka ahli-ahli antropologi  fisik menerapkan prinsip, konsep, dan teknik dari bidang ilmu lain, menyerupai ilmu genetika, biologi kependudukan dan epidemiologi.

Paleo-Antropologi merupakan ilmu kepingan dari antropologi fisik yang mecoba menelaah ihwal asal-usul atau terjadinya dan perkembangan makhluk hidup. Untuk mengetahui hal ini para jago paleo antropologi memakai sisa-sisa badan yang mambatu atau fosil-fosil insan yang terdapat dalam lapisan – lapisan bumi sebagai objek penelitiannya.

Somatologi, sebagai ilmu kepingan dari antropologi fisik dalam arti khusus, somatologi menelaah ihwal variasi atau keanekaragaman  ras insan secara keseluruhan menyerupai ciri-ciri fenotipe da ciri-ciri genotype. Ciri – ciri fenotipe merupakan ciri – ciri lahiriahdari insan yang dihasilkan lantaran interaksi antara ciri–ciri keturunan dan lingkungan. Secara kualitatif, ciri fenotipe tampak nyata pada warna kulit, warna dan bentuk rambut, warna dan bentuk mata, bentuk hidung, bentuk bibir, maupun bentuk muka. Secara kuantitatif yang didasarkan pada hasil pengukuran antropometer, ciri-ciri fenotipe tampak nyata pada kepingan , indeks kepala atau tengkorak. Ciri-ciri genotipe didasarkan pada analisis biologi kimiawi terhadap gen insan (keturunan). Gen ini akan diturunkan dari pasangan suami istri kepada anak-anaknya, tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, apalagi faktor lingkungan menyerupai dampak iklim atau kebiasaan masakan pokok. Salah satu perhatian utama dari analisis genotype ini ialah golongan darah.

2. Antropologi Budaya
Tidak ada kebudayaan tanpa manusia. Kebudayaan berafiliasi dengan kebudayaan insan itu sendiri. Segi–segi tersebut masing–masing menjadi obyek khusus yang dipelajari atau diselidiki oleh ilmu tertentu. Sedangkan insan dengan segala seginya tersebut merupakan obyek umum yang dipelajari atau diselidiki banyak sekali ilmu. Kaprikornus yang membedakan antropologi budaya dari ilmu lain yang juga mempelajari dilema manusia, ialah obyek khusus yang diselidikinya. Antropologi budaya yang obyek khusus penyelidikannya ialah kebudayaan juga perlu mengetahui anak–anak cabang ilmunya. Bahkan antropologi budaya dengna anak–anak cabang ilmunya itu juga harus berafiliasi dengan ilmu–ilmu lain menyerupai sosiologi, sejarah, ilmu hukum, geografi,ekologi dan sebagainya.

Antropologi budaya mengkaji keterikatan teori pada kebudayaan tertentu dengan cara mempelajari seluruh umat insan di permukaan bumi. Antropologi budaya sanggup dibagi menjadi bidang arkeologi, antropologi linguistik, dan etnografi. Masing-masing bidang mempunyai kepentingan dan metode tersendiri, namun semuanya mengkaji ihwal kebudayaan. Ketiga bidang ilmu tersebut menjelaskan kebudayaan insan yang berbeda-beda dan perkembangan kebudayaan, penyesuaian diri dan perubahan kebudayaan.

Arkeologi merupakan cabang antropologi budaya yang mempelajari benda-benda atau fosil-fosil yang bermaksud menggambarkan sikap manusia. Kajian arkeologi secara sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi, menyerupai kapak kerikil dan bangunan candi) dan ekofak (benda lingkungan, menyerupai batuan, rupa muka bumi, dan fosil) maupun fitur (artefaktual yang tidak sanggup dilepaskan dari tempatnya (situs arkeologi). Bidang ilmu arkeologi memusatkan perhatinanya pada masa lampau insan dengan mempelajari benda-benda pada masa kini.

Antropologi Linguistik. Bahasa menjadi paradigma  untuk memahami semua aspek kehidupan sosial lainnya. Antropologi linguistik atau biasa juga disebut etnolinguistik merupakan kepingan dari antropologi yang mengkhususkan penelitiannya terhadap penyebaran bahasa umat insan diseluruh permukaan bumi. Para jago antropologi linguistik melihat adanya pertalian bahasa diantara bahasa-bahasa tertentu terutama yang serumpun, menyerupai bahasa Indonesia dan Austronesia. Pertalian bahasa itu dalam ilmu linguistik disebut “perbendaharaan yang mendasar” atau basic vocabulary. Basic Vocabulary banyak terdapat pada nama tumbuhan-tumbuhan, binatang, nama bilangan, dan lain-lain. Bidang ilmu ini memusatkan perhatiannya pada kemampuan bahasa manusia. Antropologi linguistk mempelajari deskripsi suatu bahasa atau sejarah bahasa-bahasa insan di permukaan bumi. Melalui studi linguistik, jago antropologi sanggup mengetahui pendapat bagaimana insan ihwal dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Antropologi linguistik mempelajari sejarah munculnya bahasa, banyak sekali jenis bahasa termasuk strukturnya, perubahan bahasa dari masa ke masa, keanekaragaman dan penyebaran bahasa di permukaan bumi. Pembelajaran ihwal bahasa-bahasa tersebut sanggup membantu para jago untuk memperkirakan berapa usang masyarakat memakai bahasa tersebut dan di kawasan mana mereka tinggal. Linguistik berperan vital dalam menggeser paradigma kebudayaan material dari fungsional kepada struktural dengan melihat materi sebagai tanda.

Etnologi. Jika jago arkeologi memfokuskan perhatiannya pada kehidupan insan pada masa lampau, sebaliknya etnografi mempelajari ihwal kehidupan dan kebudayaan insan di masa sekarang. Ahli etnologi mengkhususkan diri kepada insan sebagaimana yang sanggup disaksikan, dialami, dan disaksikan. Ahli etnografi merupakan jago arkeologi yang mengamati arkeologinya hidup-hidup. Etnografi merupakan kepingan dari ilmu sejarah yang mempelajari masyarakat, kelompok etnis dan deretan etnis lainnya, etnogenesis, komposisi, perpindahan tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya material dan spiritual mereka.

Kajian Antropologi terhadap Evolusi Manusia dan Perubahan Budaya

1. Evolusi Manusia
Dari sudut biologi, insan hanya satu di antara lebih dari sejuta jenis mahkluk yang pernah atau masih hidup di dunia. Pada pertengahan kurun ke-19 jago biologi berjulukan C. Darwin mengumumkan pendirian (proposisi) ihwal proses biologi, yang menyampaikan bahwa bentuk-bentuk mahkluk hidup tertua ialah mahkluk bersel satu yang sangat sederhana, yaitu antara lain protozoa. Dalam waktu puluhan juta tahun kemudian berkembang banyak sekali bentuk kehidupan, yaitu mahkluk-mahkluk yang mempunyai organisme yang makin usang makin kompleks. Untuk mengetahui ragam jenis makhluk hidup yang ada di muka bumi ini, para jago biologi menciptakan suatu sistem penjabaran semua makhluk berdasarkan atas morfologi dan organismenya.

Evolusi bisa didefinisikan sebagai suatu perubahan atau perkembangan, menyerupai perubahan dari sederhana menjadi kompleks. Perubahan itu biasanya dianggap lamban laun. paradigma yang berkaitan dengan konsep evolusi tersebut ialah evolusioanisme yang berarti cara pandang yang menekankan perubahan lambat laun menjadi lebih baik atau lebih maju dari sederhana ke kompleks. Evolusi ialah perubahan dan perkembangan mahkluk hidup dari waktu ke waktu.

Melalui sudut pandang ilmiah dan evalolusioner, berpegang pada perkiraan bahwa insan mewakili tahap-tahap dalam evolusi kehidupan. Evolusi biologis atau evolusi organik merupakan proses perkembangan segala bentuk kehidupan. Teori evolusi organik mengtakan bahwa tumbuh-tumbuhan dan hewan yang kita lihat kini ini ialah keturunan dari nenek moyang yang keadaanya lebih sederhana. Nenek moyang itu merupakan keturunan nenek moyang mereka yang jauh lebih sederhana, yang hidup beberapa juta tahun sebelumnya kehidupan. Pada umumnya teori ini menyampaikan bahwa kehidupan berasal dari sederhana menuju ke bentuk lebih tinggi.

Proses-proses evolusi terdiri atas keturunan, genetika, populasi, dan adaptasi. Dalam proses evolusi, bentuk-bentuk makhluk yang gres timbul sebagai proses percabangan dari bentuk-bentuk makhluk hidup yang lebih tua. Ciri-ciri biologi gres terbentuk dan agak berbeda dari bentuk organisme induk yang lama. Perbedaan bentuk organisme dipengaruhi oleh gen. Gen mengakibatkan ciri lahir dari organisme. Frekuensi gen dengan sifat-sifat yang merugikan atau kurang sanggup mengikuti keadaan menjadi lebih kecil dan frekuensi gen dengan sifat-sifat adaptif akan bertambah besar. Dari waktu ke waktu individu yang tidak bertahan akan semakin berkurang jumlahnya, bahkan ada kecendrungan akan punah.

Seleksi dan pembiasaan ialah suatu proses evolusi yang berasal dari alam sekitar. Banyak jago antropologi mengemukakan adanya pararel yang akrab antara evolusi biologi dan budaya, dan oleh lantaran itu mereka mempostulatkan bahwa ada seleksi alamiah yang terus menerus besar lengan berkuasa atas sifat-sifat kultural di dalam masyarakat. Selama proses evolusi, insan menemukan alat-alat yang lebih sempurna, cara berorganisasi yang tepat sehingga menciptakan kehidupan mereka semakin baik. Perubahan ini mengakibatkan tekanan seleksi berkurang, memudahkan reproduksi sehingga keturunan yang hidup semakin meningkat dan populasi bertambah. Populasi yang tidak punah biasanya menjadi lebih cocok dengan lingkungannya. Mahkluk yang sanggup bertahan hidup dialah yang bisa melahirkan keturunannya dan memperkembangkan jenisnya. Akibatnya, individu generasi berikutnya bertahan dengan ciri spesies yang baru.

Evolusi tidak mutlak harus tumbuh secara liniear. Evolusi sanggup divergen atau bercabang atau konvergen jikalau dua bentuk yang berbeda mengembangkan persamaan-persamaan. Paham mengenai asal-usul dan evolusi insan sanggup dicapai dengan cara meneliti sisa-sisa badan yang telah membatu (memfosil) yang dijumpai pada lapisan-lapisan bumi. Paham mengenai ciri-ciri tubuh, baik yang fenotipe maupun genotype sanggup dilakukan dengan mengklasifikasikan keanekaragaman ciri-ciri tersebut.  

Asal permintaan dan proses evolusi pada insan tidak sanggup dilepaskan dari seluruh proses percabangan dari makhluk-makhluk primata pada umumnya. Cabang dari makhluk mamalia berasal dari makhluk pertama dari suku primata  yang muncul kira-kira 70 tahun yang kemudian atau tepatnya pada Kala Paleosen Tua. Proses percabangan makhluk primata hingga menjadi insan melewati lima proses percabangan. Percabangan pertama muncul sekitar 30 tahun yang kemudian pada Kala Eosen Akhir, yaitu percabangan yang mengevolusikan monyet gibon. Cabang yang kedua timbul pada permulaan Kala Miosen kira-kira 20 juta tahun yang lalu, yaitu evolusi orang utan. Cabang ketiga diperkirakan oleh para jago menjadi nenek moyang manusia. Percabangan ini terjadi pada simpulan Kala Miosen, sekitar 10 juta tahun lalu. Fosil-fosil makhluk ini memperlihatkan sifat yang lain daripada yang lain. Cabang yang keempat  merupakan cabang dari monyet pongid (gorila dan simpanse) yang terjadi kira-kira 12 tahun yang kemudian pada simpulan Kala Miosen. Kedua makhluk monyet dari afrika ini berevolusi mengembangkan organisme yang dapt hidup di pohon maupun di darat. Proses percabangan berikutnya terjadi di afrika timur yang muncul dari evolusi makhluk gigantropus. Para jago beropini bahwa makhluk gigantropus inilah yang berevolusi menjadi makhluk insan Namun pengetahuan para jago mengenai wujud, sifat-sifat, dan penyebaran makhluk gigantropus ini masih sangat sedikit lantaran terbatasnya jumlah fosil yang ditemukan. 
  Gigantropus (kera raksasa) yang diperkirakan oleh jago menjadi nenek moyang insan mengalami banyak proses percabangan dan berevolusi hingga memunculkan homo erectus dan homo sapiens (manusia sekarang). Bekas-bekas homo sapiens terkandung dalam lapisan-lapisan Pleistosen Muda. Makhluk ini hidup pada simpulan Kala Glasial terakhir atau sekitar 80.000 tahun yang lalu. Mulai Zaman Holosen, penemuan fosil insan ditemukan bersama dengan bekas-bekas kebudayaan dan mulai memperlihatkan perbedaan ras insan di permukaan bumi, yaitu 1) ras Australoid yang hidup di pedalaman Australia, 2) ras Mongoloid yang merupakan ras paling besar dan luas kawasan penyebarannya, 3) ras Kaukasoid yang tersebar di eropa, di sebelah utara gurun sahara (Afrika), Asia Barat Daya, Australia, dan benua Amerika Utara dan Selatan, 4) ras Negroid yang menduduki kepingan selatan Gurun Sahara (Afrika).

2. Perubahan Budaya
Sebuah masyarakat merupakan sebuah struktur yang saling berafiliasi antara peranan-peranan dari para warganya, yang peranan-peranan tersebut dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Saling korelasi diantara peranan-peranan ini mewujudkan struktur-struktur peranan-peranan yang biasanya terwujud sebagai pranata-pranata. Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri yang berbeda dari kebudayaan yang dimliki oleh masyarakat lainnya.

Keanekaragaman insan dan budaya di permukaan bumi telah terjadi semenjak lama. Kebudayaan terbentuk lantaran adanya proses pembiasaan terhadap lingkungan manusia. Keanekaragaman budaya disebabkan oleh lingkungan tempat tinggal yang berbeda (faktor ekologi). Hakikat pembangunan mengubah kondisi kehidupan insan yang jadinya menjadikan perubahan sosial-budaya.

Dalam buku pengantar ilmu antropologi yang ditulis oleh Koentjaraningrat dikatakan bahwa proses perubahan suatu kebudayaan seringkali tidak terjadi secara serentak dalam waktu yang sama pada semua kepingan dari kebudayaan itu, tetapi terjadinya secara deferensial atau berbeda-beda dalam setiap bagiannya. Gotong royong merupakan salah satu teladan dari proses perubahan yang tak serentak tersebut. Dahulu, ketika bentuk rumah orang masih dibentuk dari bambu dan rangka kayu, mereka masih bergotong royong saling membantu menganyam bambu untuk dinding dan pintu serta menganyam daun kelapa dan ijuk untuk atap. Namun ketika orang-orang mulai menciptakan rumah dari kerikil bata, mereka tidak lagi meminta tolong kepada tetangganya untuk bergotong royong memperbaiki rumah, tetapi memanggil seorang tukang kerikil yang dibayar.

Perubahan kebudayaan ialah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi lantaran ketidak-sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak harmonis fungsinya bagi kehidupan. Untuk mengetahui mengapa kebudayaan berubah, kita harus mengetahui perubahan sesuatu di lingkungan alam fisik yang lebih real. Perubahan lingkungan fisik akan mengakibatkan perubahan sikap manusia, entah melalui modifikasi kebiasaan yang disengaja yang menjadikan akhir yang berguna.

Masalah perubahan kebudayaan telah diamati oleh para antropolog semenjak lahirnnya ilmu antropologi. Pada kurun ke-19, perubahan kebudayaan bangsa-bangsa di dunia semakin kompleks. Teori difusi unsur-unsur kebudayaan menggambarkan adanya sikap migrasi dari suatu bangsa ke bangsa lainnya dengan membawa unsur-unsur kebudayaan dari kawasan asalnya dan menghipnotis kebudayaan kawasan yang didatanginya.

Perubahan kebudayaan dalam masyarakat juga sanggup terjadi lantaran adanya sesuatu yang kurang memuaskan bagi masyarakat. Masyarakat dengan sengaja mengadakan perubahan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan zaman. Perubahan kebudayaan sanggup terjadi lantaran adanya faktor gres yang lebih memuaskan bagi masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan kebudayaan antara lain:

Akulturasi

Perubahan kebudayaan dipengaruhi oleh proses evolusi kebudayaan, proses mencar ilmu kebudayaan dalam suatu masyarakat, dan adanya proses penyebaran kebudayaan yang melibatkan adanya proses interaksi atau korelasi antarbudaya. Akulturasi budaya biasanya terjadi jikalau ada perpaduan antara budaya lokal dengan budaya asing. Gejala akulturasi merupakan proses sosial yang terjadi bila suatu kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu dipengaruhi oleh unsur-unsur dari kebudayaan asing yang sangat berbeda dengan budayanya, namun lambat laun kebudayaan asing tersebut sanggup diterima dan diintegrasikan ke dalam kebudayaannya tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan itu sendiri. Dalam proses akulturasi budaya terjadi proses seleksi terhadap unsur-unsur budaya asing oleh penduduk setempat.

Proses akulturasi terjadi ketika terdapat perbedaan antara kepingan kebudayaan yang sukar berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing (covert culture), dengan kepingan kebudayaan yang gampang berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing (overt culture). Covert culture  misalnya: 1) sistem nilai-nilai budaya, 2) keyakinan-keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, 3) beberapa tabiat yang sudah dipelajari sangat dini dalam proses sosialisasi individu warga masyarakat, dan 4) beberapa tabiat yang mempunyai fungsi yang terjaring luas dalam masyarakat. Sedangkan overt culture contohnya kebudayaan fisik, menyerupai alat-alat dan benda-benda yang berguna, tetapi juga ilmu pengetahuan, tata cara, gaya hidup, dan rekreasi yang berkhasiat dan memberi kenyamanan.

Contoh dari tanda-tanda akulturasi ialah migrasi. Migrasi sanggup mengakibatkan terjadinya pertemuan antara kelompok-kelompok insan dengan kebudayaan yang berbeda sehingga pertemuan ini mengakibatkan terjadinya kontak kebudayaan yang memungkinkan kebudayaan asing tersebut diterima tanpa mengubah kebudayaan orisinil setempat. Proses akulturasi budaya berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal itu disebabkan adanya unsur-unsur budaya asing yang diserap secara selektif dan ada unsur-unsur budaya yang ditolak sehingga proses perubahan kebudayaan melalui akulturasi masih mengandung unsur-unsur budaya lokal yang asli.

Asimilasi

Konsep lain dalam korelasi antarbudaya ialah adanya asimilasi (assimilation) yang terjadi antara komunitas-komunitas yang tersebar di banyak sekali daerah. Asimilasi ialah proses sosial yang timbul apabila adanya golongan-golongan insan dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda yang saling bergaul secara intensif untuk waktu yang usang sehingga kebudayaan-kebudayaan tersebut berubah sifatnya dan wujudnya yang khas menjadi unsur-unsur budaya campuran.

Proses pembauran (asimilasi) gres sanggup berlangsung jikalau ada prasyaratan tertentu yang mendukung berlangsungnya proses tersenut. Proses asimiliasi terjadi apabila ada masyarakat pendatang yang mengikuti keadaan dengan kebudayaan setempat sehingga kebudayaan masyarakat pendatang tersebut melebur dan tidak tampak unsur kebudayaan yang lama. Dalam masyarakat, interaksi antara masyarakat pendatang dan penduduk setempat telah mengakibatkan terjadinya pembauran budaya asing dan budaya lokal.

Inovasi

Proses penemuan biasanya terjadi lantaran penemuan gres dalam bidang teknologi. Faktor yang memotivasi masyarakat untuk mengadakan pembaruan dalam kebudayaan dan menjadi pendorong lahirnya penemuan gres dan kemudian penemuan ialah ketika individu merasa tidak terpandang dalam masyarakatnya atau untuk mengikuti keadaan dengan lingkungannya.

Sebagian besar penemuan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat ialah hasil dari dampak atau masuknya unsur-unsur kebudayaan asing dalam kebudayaan suatu masyarakat sehingga tidak bisa disangkal bahwa korelasi antarbudaya memainkan peranan yang cukup penting bagi keragaman budaya.

Difusi

Faktor lain yang menghipnotis perubahan kebudayaan ialah difusi. Difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu kelompok masyarakat ke kelompik lainnya. Difusi ialah penyebaran kebiasaan atau tabiat istiadat dari kebudayaan satu kepada kebudayaan lain. Proses ini sanggup berlangsung dengan cara menggandakan kebudayaan asing tersebut.

Kemudahan info dipengaruhi oleh arus globalisasi yang semakin meningkat sehingga semakin mempermudah proses difusi kebudayaan. Hal ini berarti semakin gampang terjadinya proses pembauran atau pencampuran pada suatu bangsa.

Pendekatan dan Perspektif Antropologi

Mempelajari ilmu antropologi merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dengan yang lain. Antropologi ialah ilmu yang memandang insan dilihat dari aspek budaya atau asal-usulnya. Pengetahuan ihwal kebudayaan insan dalam banyak sekali kurun waktu dan juga prediksi kebudayaan yang akan terjadi sanggup dipelajari melalui antropologi.

Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal kawasan yang sama, antropologi menyerupai mirip sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Objek dari antropologi ialah insan di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi mempunyai tujuan untuk mempelajari insan dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.

Dalam perkembanganya, antropologi pernah mengalami masa krisis, krisis ini terjadi lantaran para pakar antropologi menyerupai antropologi aliran Inggris, Amerika, Jerman dan Perancis menyadari bahwa, antropologi menyerupai yang dikenal ketika ini timbul dan berkembang di dunia Barat untuk memenuhi beberapa tujuan yang amat jauh dari misi ilmu pengetahuan. Ilmu ini, terutama ditujukan untuk mempelajari kelompok insan di luar dunia Barat sebagai objek jajahan. Di sini, kajian yang dilakukan oleh pakar-pakar antropologi Barat terhadap tradisi dan sikap insan di luar dunia Barat ditujukan untuk memperlihatkan entry point bagi pemerintahan jajahan dalam menyikapi sikap warga negara jajahan mereka, sehingga mereka sanggup menguasai secara lebih utuh atas negara jajahan tersebut dan memperlihatkan terapi yang tepat untuk mengatasi gejolak yang terjadi di tengah mereka.

Tujuan lain yang mendorong ilmuan antropologi Barat untuk mengkaji dan meneliti bangsa-bangsa primitif; menyerupai ihwal tradisi mereka, kerangka tubuh, bentuk tempurung kepala dan hal-hal lain yang berkaitan dengan bangsa-bangsa primitif, ialah untuk mencari missing link (mata rantai yang hilang) serta “bukti ilmiah” yang lebih valid untuk mendukung teori evolusi Darwin. Ketika negara-negara jajahan satu-persatu merebut kemerdekaan mereka, dan malah darinya kemudian timbul pakar-pakar antropologi domestik yang lebih handal untuk membaca kondisi bangsa mereka sendiri, dan bisa mengkritik dengan akurat atas kajian antropologis pakar Barat, maka antropologi pun kehilangan objek kajiannya.

Pendekatan dan perspektif antropologi sangat khas. Para pakar antropologi tidak hanya mempunyai pengetahuan ihwal dunia primitif (tribal). Para jago mempunyai seperangkat gagasan dan metode penelitian yang membedakannya dengan ilmu sosial lainnya. Tradisi penelitian dalam antropologi cenderung mengkaji masyarakat-masyarakat lokal. 

Orientasi antropologis sangat bersifat kemanusiaan, lebih berkaitan dengan makna dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Cakupan pendidikan antropologi yang luas meliputi biologis insan dan kehidupan sosial manusia, budaya-budaya yang luas dan beranekaragam, baik pada masa lampau maupun masa kini melengkapi pengetahuan para pakar antropologi dengan cara unik untuk melihat generalisasi ihwal keadaan manusia.

Keterkaitan Antropologi dengan Ilmu Geografi

Ilmu ialah suatu metode atau cara yang ampuh dan luwes yang ditemukan insan untuk menerangkan tanda-tanda tertentu. Antropologi bukan satu-satunya disiplin ilmu yang mempelajari ihwal manusia. Antropologi bertujuan yang sama dengan ilmu alam dan ilmu social lainnya, yaitu memecahkan dilema kajiannya. Antropologi mempunyai korelasi dengan banyak ilmu lainnya, salah satunya Geografi. Hubungan itu bersifat timbal balik, yang artinya Antropologi memerlukan Geografi dan sebaliknya Geografi membutuhkan Antropologi. 

Geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan fenomena-fenomena geosfer di permukaan bumi dalam pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahan. Geografi tidak bisa mengabaikan antropologi lantaran salah satu obyek kajian geografi ialah insan yang beraneka warna dan sifatnya di muka bumi ini. Sebaliknya, antropologi juga memerlukan geografi, lantaran banyak dilema kebudayaan insan mempunyai sangkut paut dengan keadaan lingkungan alamnya. Manusia sebagai objek kajian geografi memperlihatkan bahwa kajian geografi berkaitan dengan kajian antropologi. Alasannya lantaran antropologi mempelajari ihwal banyak sekali warna manusia, baik dari segi suku bangsa, etnis, maupun ras. Sebaliknya, antropologi juga memerlukan geografi untuk mempelajari ihwal bentang alam.

Alam secara tidak eksklusif turut memilih bentuk dan isi kebudayaan, terutama dalam perkembangan kebudayaan. Salah satu yang menghipnotis kebudayaan insan ialah keadaan lingkungan fisik tempat mereka hidup.  Alam memperlihatkan batas yang luas bagi kemungkinan hidup manusia. Alam yang mempunyai coraknya sendiri sedikit banyak memaksa orang yang hidup yang ada dipangkuanya untuk menuruti satu cara hidup yang sesuai dengan keadaan alam bukan saja memperlihatkan kemungkinan yang besar bagi kemajuan insan akan tetapi juga menyediakan materi yang sanggup menusnahkan kebutuhan dan jadinya bahwa alam juga menghipnotis keselarasan hidup kebudayaan manusia. Hubungan antropologi dengan geografi ialah studi mengenai proses pembiasaan dan perubahan yang dilakukan oleh insan terhadap lingkungan alamnya.

Referensi:

  1. Cool, Linda. 2012. Anthropology. http://www.union.edu/academic_depts/anthropology/whyStudy.php  diakses pada 24 April 2013
  1. Ember, Melvin & Ember, Carol. 1985. Anthropology 4th Edition. New Jersey: Englewood Cliffs.
  1. Fathurrohman, M. 2012. Antropologi dalam Perspektif Islam. http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/14/antropologi-dalam-perspektif-islam/ diakses pada tanggal 26 April 2013.
  1. Haviland, William A. 1985. Anthropology 4th Edition (diterjemahkan oleh Soekadijo). Jakarta: Erlangga.
  1. Keesing, Roger M. 1981. Cultural Anthropology: A Contemporary Perspective, (diterjemahkan oleh Soekadijo). Jakarta: Erlangga.
  1. Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Antropologi II. Jakarta: UI-Press.
  1. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. 
  1. Marhijanto, Bambang. 1999. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini. Surabaya: Terbit Terang.
  1. Mintargo, Bambang S. 2000. Tinjauan Manusia dan Nilai Budaya. Jakarta: Universitas Trisakti




Sumber http://geofebrhy.blogspot.com

0 Response to "Antropologi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel