iklan banner

✔ Masyarakat Indonesia Era Aksara

a.Perkembangan sejarah setelah mengenal aksara

Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia dari Yunan ke Nusantara yang melewati jalan barat (melewati Yunan – Malaka – Sumatra – Jawa), serta yang melewati jalur utara Yunan – Formosa – Jepang – Sulawesi Utara dan hingga di Irian/ Papua ternyata membawa imbas besar terhadap perkembangan sejarah kehidupan bangsa Indonesia. Adanya beraneka ragam budaya daerah yang muncul di tengah-tengah perkembangan masyarakat yang masih sanggup dirasakan oleh masyarakat nusantara pada masa kini.

Bangsa Deutero Melayu yang tiba 500 SM ke Nusantara ternyata membawa imbas yang lebih maju daripada pendahulunya. Mereka melalui jalan barat, yakni Yunan – Malaka – Sumatra – Jawa. Mereka hidup di Nusantara dan berkembang sebagai masyarakat yang produktif serta menjadi bangsa Indonesia hingga sekarang. 

Masyarakat Deutero Melayu yang telah bermetamorfosis bangsa Indonesia itu telah mempunyai kemajuan di banyak sekali bidang, antara lain, sebagai berikut:

1)Dalam bidang pemerintahan
mereka menganut asas demokrasi melalui musyawarah untuk memilih pimpinan mereka, bentuk organisasi kemasyarakatan yang ada yaitu kesukuan. Kepala suku dipilih dari orang yang mempunyai kemampuan tertinggi (primus inter pares).

2)Dalam bidang ekonomi, 
usaha untuk memenuhi kebutuhan diupayakan dengan menggunakan ekonomi barang (pertukaran/barter), hidup bersama-sama dalam mengerjakan sawah, berkelompok, dan semua hak milik dipakai bersama.

3)Kepercayaan nenek moyang kita yaitu animisme dan dinamisme.
Keadaan alam Nusantara memaksa mereka harus terpelajar berlayar alasannya Nusantara terdiri atas daerah kepulauan serta adanya tuntutan kebutuhan untuk saling mencukupi. Akhirnya, muncul perdagangan antarpulau dan bermetamorfosis perdagangan antarnegara. Pelayaran lintas maritim telah membawa bangsa Indonesia bisa mengarungi lautan internasional sehingga terciptalah hubungan dagang yang maju, yang melibatkan daerah Nusantara. 

Kita ketahui bahwa kemajuan pelayaran perdagangan antara Cina-India yang melewati daerah Nusantara menyebabkan terjalinnya perdagangan di Nusantara juga, namun imbas India di Nusantara jauh lebih besar. Pengaruh India yang masuk ke Nusantara membawa perkembangan bagi kemajuan hidup masyarakat di Nusantara pada ketika itu dan berkembang hingga sekarang, misalnya, dalam bidang pemerintahan, budaya, sosial, dan kepercayaan.

1)Dalam bidang pemerintahan
Masyarakat Nusantara yang hidup secara berkelompok di masa lalu, ternyata bisa berkembang secara dinamis dengan bentuk kesukuan. Kontak dengan India ternyata membawa imbas positif dalam kehidupan masyarakat terutama dalam pemerintahan. Masyarakat Nusantara yang semula berbentuk kesukuan, dengan masuknya imbas hinduisme ke dalam masyarakat, mengubah bentuk pemerintahannya menjadi bentuk kerajaan.

Kekuasaan raja diberikan secara turun temurun dan tidak dipilih rakyat sehingga rakyat mendapatkan saja. Namun, raja yang lemah niscaya segera jatuh digantikan raja yang lebih bijaksana atau lebih kuat.

2)Dalam bidang budayaKita mengetahui bahwa masuknya budaya India ke Nusantara ternyata memberi semangat bangsa Indonesia untuk berkarya lebih elok dan terarah. Bahkan para raja dan penguasa mulai menuliskan perintah melalui prasasti. Hasil karya budaya Nusantara yang mengagumkan dan mempunyai seni yang tinggi, misalnya, candi Borobudur yang menjadi pujian dunia dan relief pada dinding candi yang melebihi kehebatan orang India. Misalnya, relief Ramayana pada candi Prambanan. Begitu juga munculnya seni sastra yang dihasilkan oleh sastrawan Nusantara menyerupai cerita  Mahabharata dan Ramayana versi Nusantara kitab Gatotkacasraya yang telah memuat unsur j4vanisasi.

3)Dalam bidang sosialPranata sosial di zaman Indonesia-Hindu sudah teratur, sudah ada desa sebagai satu kelompok masyarakat. Penerapan hukum untuk membina masyarakat sudah ada, kehidupan masyarakatnya bersifat gotong royong.

4)Dalam kepercayaan
Nenek moyang yang sudah mempunyai iman orisinil (animisme, dinamisme) mulai mengenal agama Hindu dan Buddha. Sehingga, meskipun telah menyembah Dewa Hindu atau Buddha, mereka tetap bersesaji untuk memuja roh (sesuai keyakinan animisme dan dinamisme).

b.Perkembangan rekaman tertulis
Jejak-jejak masa lampau menjadi materi penting untuk menuliskan kembali sejarah umat manusia. Jejak masa lampau mengandung info yang sanggup dijadikan materi penulisan sejarah. Masa lampau yang hanya meninggalkan jejak-jejak sejarah tersebut menjadi komponen penting dan mengandung info yang sanggup dijadikan materi untuk penulisan sejarah.

Kisah sejarah tersebut disampaikan dari generasi ke generasi dan sanggup dipelihara terus sehingga bisa untuk mengisahkan kembali insiden dari jejak-jejak pada masa lampau.

Jejak sejarah sanggup dibedakan menjadi dua,yaitu:

1)Jejak historis, yaitu jejak sejarah yang berdasarkan sejarawan mempunyai atau mengandung info wacana kejadian-kejadian yang historis sehingga sanggup dipakai untuk menyusun penulisan sejarah.

2)Jejak non historis, yaitu suatu insiden pada masa lampau yang tidak mempunyai nilai sejarah.

Jejak historis yang berwujud goresan pena merupakan rekaman tertulis tradisi masyarakat pada masa lalu. 
Rekaman tertulis di Indonesia terbagi menjadi sumber tertulis sezaman dan setempat, sumber tertulis sezaman tetapi tidak setempat, dan sumber tertulis setempat tidak sezaman.

1)Sumber tertulis sezaman dan setempat
Sumber tertulis sezaman ialah sumber tersebut ditulis oleh orang yang mengalami insiden itu, atau ditulis waktu itu, atau ditulis tidak usang setelah insiden itu terjadi.
Sumber setempat maksudnya yaitu penulisannya di dalam negeri sendiri.
Contoh sumber tertulis sezaman dan setempat yaitu prasasti. Prasasti berarti pengumuman atau proklamasi, semacam perundang-undangan yang memuji raja, dan biasanya berbentuk puisi atau bahasa puisi. Dalam istilah bahasa Inggris disebut enloggistie. Istilah lain untuk prasasti yaitu inscriptie atau piagam. Ilmu yang mempelajari wacana prasasti disebut epigraphy.

Prasasti ada yang terbuat dari watu (disebut Caila Prasasti), dari logam, atau dari watu bata. Wujud prasasti yang berupa watu (Caila Prasasti) terdiri atas:

a)batu biasa (batu kali) disebut natural stone;
b)batu lingga (batu lambang Siwa);
c)pseudo lingga (lingga semu), biasanya berupa watu patok atau watu pembatas;
d)batu yoni (lambang isteri Siwa), biasanya juga disebut lambang wanita.

Adapun prasasti dari logam terbuat dari tembaga, perunggu, atau emas. Prasasti dari perunggu, misalnya, prasasti dari Airlangga, yakni prasasti Calcutta.
Prasasti yang berupa watu bata disebut juga Terra Cotta. Prasasti dari watu bata ini di Indonesia hanya sedikit sekali kita dapatkan. Contohnya yaitu prasasti di candi Sentul.

Berdasarkan bahasa yang digunakan, prasasti dibedakan menjadi empat. 
a)Prasasti berbahasa Sanskerta, misalnya, prasasti Kutai, prasasti Tarumanegara, prasasti Tuk Mas, prasasti Canggal (sumber sejarah Mataram Hindu), Ratu Boko, Kalasan, Kelurak, Plumpungan, dan Dinoyo.

b)Prasasti perpaduan bahasa antara Jawa Kuno dengan Sanskerta, misalnya, prasasti Kedu, prasasti Randusari I dan II, dan prasasti Trowulan I, II, III, IV.

c)Prasasti perpaduan bahasa Melayu Kuno dengan Sanskerta, contohnya prasasti Kota Kapur di Sriwijaya, prasasti Gondosuli, prasasti Dieng, dan prasasti Sajomerto (Pekalongan).

d)Prasasti perpaduan bahasa Bali Kuno dengan Sanskerta.
Prasasti Bali Kuno kebanyakan terdapat di pura atau candi. Prasasti ini dianggap benda suci sehingga hanya diperlihatkan pada waktu upacara oleh para pedande (pendeta). Prasasti di Bali pada umumnya berisi  Raja Casana  atau peraturan dari raja. Pura yang populer di Bali, misalnya, Bangli, Kintamani, dan Sembiran. Ahli prasasti Bali yaitu R. Goris. Beliau mentranskrip prasasti Bali. Di Bali, prasasti yang sudah rusak, hurufnya diduplikasikan kembali dengan istilah "tinulat".Ada ketaknormalan pada prasasti Tugu Sanur. Tinggi prasasti yaitu 1 m, bentuknya agak silinder, tetapi tulisannya sudah rusak. Prasasti ini mempunyai keistimewaan menggunakan huruf Pranagari menggunakan bahasa Bali Kuno, sedangkan yang menggunakan huruf Bali Kuno menggunakan Bahasa  Sanskerta.Artinya, prasasti Tugu Sanur ditulis dengan menggunakan dua bahasa (bilingual).
Secara umum isi prasasti memuat beberapa bagian, antara lain, sebagai berikut.
(a)Penghormatan kepada ilahi dalam agama Hindu biasanya diawali dengan kata Ong Civaya,sedangkan agama Buddha diawali dengan kata Ong nama Buddhaya.
(b) Angka tahun dan penanggalan, dalam penulisannya biasanya diawali dengan permulaan kata-kata: "Swasti Cri Cakawarsatita" yang berarti Selamat Tahun Caka yang sudah berjalan. Penamaan hari dalam satu ahad (tujuh hari) terdiri dari: Raditya (Minggu), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Buddha (Rabu), Respati (Kamis), Cakra (Jumat), dan Sanaiswara (Sabtu).
(c) Menyebut nama raja, diawali dengan kata-kata "Tatkala Cri Maharaja Rakai Dyah ..." dan selanjutnya.
(d) Perintah kepada pegawai tinggi, perintah ini biasanya melalui Rakryan Mahapatih dengan istilah "Umingsor ring rakryan Mahapatih ...", jadi raja tidak memberi perintah langsung.
(e) Penetapan daerah sima (daerah bebas pajak), yang telah menolong raja atau menolong orang penting atau telah menolong rakyat banyak, misalnya, daerah penyeberangan sungai.
(f) Sambhada (sebab musabab mengapa suatu daerah dijadikan sima).
(g) Para saksi.
(h) Desa perbatasan sima disebut juga "wanua tpisiring".
(i) Hadiah yang diberikan oleh daerah yang dijadikan sima kepada raja, kepada pendeta, dan para saksi. Jika berupa uang, ukurannya yaitu Su,berarti suwarna atau emas. Ma berarti masa dan Ku berarti kupang {1 su = 16 Ma = 64 Ku atau1 Su = 1 tail = 2 real}, demikianlah ukuran uangnya.
(j) Jalannya upacara.
(k) Tontonan yang diadakan.
(l) Kutukan (sumpah serapah kepada orang yang melanggar peraturan daerah sima).


Pada zaman Islam di Indonesia masih terdapat prasasti, yakni dari zaman Sultan Agung Mataram, antara lain, ditemukan di Jawa Barat berupa tembaga di desa Kandang Sapi atau Tegalwarna daerah Karawang. Prasasti ini menggunakan bahasa Jawa Tengahan, isinya daerah Sumedang dijadikan sima lantaran menjaga lumbung padi.

Amangkurat I dari Mataram juga mengeluarkan prasasti di bersahabat Parangtritis pada sebuah gua. Prasasti ini dibentuk Amangkurat waktu melarikan diri lantaran diserang Trunojoyo. Di situ terdapat Condro Sengkolo"Toya ingasto gono Batara" (toya = 4, asto = 2, gana = 6, Batara = 1) sama dengan 1624 tahun Jawa.

2)Sumber tertulis sezaman tetapi tidak setempat
Sumber ini dimaksudkan ditulis sezaman, tetapi ditulis di luar negeri. Sumber ini biasanya tidak begitu jelas, kebanyakan berasal dari Tiongkok, Arab, Spanyol, dan India. 

Misalnya, kitab Ling Wai Taita karangan Chou Ku Fei pada tahun 1178.
Buku ini menggambarkan kehidupan tata pemerintahan, keadaan istana, dan benteng Kerajaan Kediri. Juga menceritakan kehidupan ningrat pada ketika itu yang menggunakan sepatu kulit, komplemen emas, pakaian sutra, dan menunggang gajah atau kereta, serta pesta air dan perayaan di gunung bagi rakyat. 

Kitab Chu Fang Chi ditulis Chau Ju Kua pada era ke-13, menceritakan di Asia Tenggara tumbuh dua kerajaan besar dan kaya, yaitu di Jawa dan Sriwijaya.

Sumber lain yaitu tambo dinasti Tang dari Cina yang memuat wacana Holing dan Sriwijaya serta tambo dinasti Ming yang membicarakan kemajuan perdagangan zaman Majapahit. Berita Fa Hsien menyebut Tarumanegara atau Jawa dengan sebutan  Yepoti dalam bukunya Fo Kwa Chi. 
Musafir I-Tsing yang pernah tiba di Indonesia (di Sriwijaya dan berguru di sana) menyampaikan bahwa Sriwijaya maju perdagangannya. Kemudian Hwining dalam perjalanannya singgah di Holing dan bekerja sama dengan Jnanabhadra untuk menerjemahkan kitab Hastadandasastra dalam bahasa Sanskerta (mereka berada di Holing selama tiga tahun). Selain itu, banyak juga catatan dari Arab, Spanyol, India, dan Belanda.

3)Sumber tertulis setempat tidak sezaman
Sumber ini ditulis usang setelah insiden terjadi, mungkin sudah berdasarkan dongeng dari lisan ke lisan atau berdasar dongeng rakyat. Misalnya, buku  Babad Tanah Jawi dan kitab Pararaton (walaupun ada babad sezaman, tetapi tidak banyak).



Sumber http://sejarah10-jt.blogspot.com

0 Response to "✔ Masyarakat Indonesia Era Aksara"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel