iklan banner

✔ Laporan Pendahuluan / Lp Ileus Obstruktif / Obstruksi Usus Lengkap, Download Pdf Dan Doc

Teman-teman perawat dimanapun berada tidak henti-hentinya kami selalu menyuguhkan laporan pendahuluan dengan banyak sekali judul sebagai refferensi sahabat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan.

Pada postingan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan / LP ileus obstruktif / obstruksi usus lengkap, yaitu suatu kiprah bebentuk makalah mulai dari tinjauan teori hingga konsep askep perihal penyakit obstruksi usus yaitu sebuah penyakit gangguan / sumbatan pada usus.

laporan pendahuluan / lp ileus obstruktif / obstruksi usus ini telah kami susun dengan lengkap mulai dari tinjauan teori berupa pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, investigasi penunjang, dan penatalaksanaan hingga konsep asuhan keperawatan berupa pengkajian, diagnosa dan intervensi juga kami lampirkan daftar pustaka yang merupakan sumber refferensi kami.

laporan pendahuluan / lp ileus obstruktif / obstruksi usus ini kami sediakan dalam format file yaitu pdf dan doc yang bisa did0wnl0ad melalui link unduhan yang kami sematkan diakhir artikel ini.

Laporan pendahuluan ileus obstruktif / obstruksi usus

Pengertian

Obstruksi usus / ileus obstruktif yakni gangguan pada pedoman normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menimbulkan terhambatnya pedoman isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). 

Obstruksi usus / ileus obstruktif merupakan suatu blok terusan usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan masakan sanggup secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).

Obstruksi usus / ileus obstruktif yakni sumbatan total atau parsial yang mencegah pedoman normal melalui terusan pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2001).

Obstruksi usus merupakan suatu blok terusan usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan masakan sanggup secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).

Ileus obstruktif yakni suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).

Dari definisi diatas sanggup disimpulkan bahwa obstruksi usus yakni sumbatan total atau parsial yang menghalangi pedoman normal melalui terusan pencernaan atau gangguan usus disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif yakni kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik.

Klasifikasi

Ada dua tipe obstruksi usus yaitu paralitik dan mekanis :

1. Obstruksi paralitik (ileus paralitik)

Peristaltik usus dihambat sebagian jawaban imbas toksin atau stress berat yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara impulsif sehabis 2 hingga 3 hari.

2. Obstruksi mekanik

Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu daerah obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup ( paling sedikit 2 obstruksi). Karena lengkung tertutup tidak sanggup didekompresi, tekanan intralumen meningkat dengan cepat, menimbulkan pementingan pebuluh darah, iskemia dan infark(strangulasi). Sehingga menimbulkan obstruksi strangulata yang disebabkan obstruksi mekanik yang berkepanjangan. Obstruksi ini tidak mengganggu suplai darah, menimbulkan gangren dinding usus.


Etiologi

Adapun beberapa penyebab dari obstruksi usus yakni sebagai berikut :
  1. Adhesi ( perlekatan  usus  halus )  merupakan  penyebab  tersering  ileus  obstruktif,  sekitar 50-70%  dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga sanggup menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.
  2. Hernia  inkarserata  eksternal ( inguinal, femoral, umbilikal, insisional,  atau  parastomal ) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak memiliki riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal, ketaknormalan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menimbulkan hernia.
  3. Neoplasma. Tumor primer usus halus sanggup menyebabkan   obstruksi   intralumen,  sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal sanggup menimbulkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
  4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap potongan usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus sanggup sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
  5. Penyakit Crohn sanggup menimbulkan obstruksi sekunder hingga inflamasi akut selama masa infeksi atau lantaran striktur yang kronik.
  6. Volvulus sering  disebabkan oleh  adhesi  atau  kelainan  kongenital, seperti  malrotasi  usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
  7. Batu   empedu   yang    masuk   ke  ileus.  Inflamasi   yang   berat     dari   kantong   empedu menimbulkan fistul dari terusan empedu ke duodenum atau usus halus yang menimbulkan watu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar sanggup terjepit di usus halus, umumnya pada potongan ileum terminal atau katup ileocaecal yang menimbulkan obstruksi.
  8. Striktur yang  sekunder yang berafiliasi dengan  iskhemia, inflamasi,  terapi radiasi, atau stress berat operasi.
  9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan.
  10. Benda asing, menyerupai bezoar
  11. Divertikulum Meckel yang bisa menimbulkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre.
  12. Fibrosis kistik sanggup menimbulkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan kolon kanan sebagai jawaban adanya benda menyerupai mekonium

Patofisiologi

Peristiwa patofisiologi yang terjadi sehabis obstruksi usus yakni sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya yakni obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Lumen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi menimbulkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menimbulkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium balasannya terjadi pelepasan kuman dan toksin dari usus, kuman yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi trauma hipovolemik. Keterlambatan dalam melaksanakan pembedahan atau kalau terjadi stranggulasi akan menimbulkan kematian. (Pice and Wilson, hal 404).

Ileus obstruktif atau obstruksi usus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi lantaran adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menimbulkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menimbulkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada potongan proximal daerah penyumbatan, yang menimbulkan pelebaran dinding usus (distensi).

Sumbatan usus dan distensi usus menimbulkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menimbulkan distensi usus tidak hanya pada daerah sumbatan tetapi juga sanggup mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menimbulkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai perjuangan alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menimbulkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah.

Pathway ileus obstruktif / obstruksi usus


Manifestasi Klinik

1. Mekanika sederhana – usus halus atas

Kolik (kram) pada abdomen pertengahan hingga ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.

2. Mekanika sederhana – usus halus bawah

Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian memiliki ampas, bising usus dan suara “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.

3. Mekanika sederhana – kolon 

Kram (abdomen tengah hingga bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.

4. Obstruksi mekanik parsial

Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.

5. Strangulasi

Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.


Komplikasi
  1. Peritonitis lantaran absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang andal pada intra abdomen.
  2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu usang pada organ intra abdomen.
  3. Sepsis, infeksi jawaban dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
  4. Syok hipovolemik terjadi jawaban kehilangan cairan tubuh dan kehilangan volume plasma.(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122).

Pemeriksaan Penunjang
  1. Sinar x abdomen memperlihatkan gas atau cairan di dalam usus
  2. Barium enema memperlihatkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
  3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida jawaban muntah; peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase lantaran iritasi pankreas oleh lipatan usus.
  4. Arteri gas darah sanggup mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.

Penatalaksanaan Medis (Bedah)
  1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :
  2. Terapi Na+, K+, komponen darah
  3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
  4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
  5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan; selang sanggup dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
  6. Implementasikan pengobatan unutk trauma dan peritonitis.
  7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein lantaran obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
  8. Reseci usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
  9. Ostomi barrel-ganda kalau anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
  10. Kolostomi bulat untuk mengalihkan pedoman feses dan mendekompresi usus dengan reseci usus yang dilakukan sebagai mekanisme kedua.

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Umum :

Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat, kekakuan abdomen, kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara rektal, peningkatan bising usus (awal obstruksi), penurunan bising usus (lanjut), retensi perkemihan dan leukositosis.

2. Khusus :

a. Usus halus 
  • Berat, nyeri abdomen menyerupai kram, peningkatan distensi
  • Distensi ringan
  • Mual
  • Muntah : pada awal mengandung masakan tak dicerna dan kim; selanjutnya muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal
  • Dehidrasi
b. Usus besar
  • Ketidaknyamana abdominal ringan
  • Distensi berat
  • Muntah fekal laten
  • Dehidrasi laten : asidosis jarang

Diagnosa Keperawatan
  1. Kekurangan volume cairan berafiliasi dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis.
  2. Nyeri berafiliasi dengan distensi, kekakuan
  3. Ketidakefektifan contoh nafas berafiliasi dengan distensi abdomen dan atau kekakuan.
  4. Ansietas berafiliasi dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan. 1

Kekurangan volume cairan berafiliasi dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis.

Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil :
  • Tanda-tanda vital normal 
  • intake dan output seimbang
Intervensi :
  • Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda syok
  • Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
  • Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi
  • Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung hingga selang pada posisi yang benar
  • Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam
  • Kateter uretral indwelling sanggup dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50 ml/jam
  • Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam
  • Pantau elektrolit, Hb dan Ht
  • Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi
  • Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral juga dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air yang telah diukur atau memperlihatkan cairan sehabis selang usus diangkat.
  • Buka selang, bila dipasang, pada waktu khusus seusai pesanan, untuk memperkirakan jumlah absorpsi.
  • Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan, distensi, nyeri atau kekauan.
  • Auskultasi bising usus, 1 jam sehabis makan; laporkan tak adanya bising usus.
  • Cairan sebanyak 2500 ml/hari kecuali dikontraindikasikan.
  • Ukur masukan dan haluaran hingga adekuat.
  • Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi dan jumlah; hindari konstipasi
Diagnosa Keperawatan. 2

Nyeri berafiliasi dengan distensi, kekakuan

Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol

Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada tingkat sanggup ditoleransi, memperlihatkan relaks.

Intervensi :
  • Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut.
  • Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri
  • Kaji keefektifan dan pantau terhadap imbas samping anlgesik; hindari morfin
  • Berikan periode istirahat terencana.
  • Kaji dan anjurkan melaksanakan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4 jam.
  • Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan kulit.
  • Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan enema perlahan bila dipesankan.
  • Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.
Diagnosa Keperawatan. 3

Ketidakefektifan contoh nafas berafiliasi dengan distensi abdomen dan atau kekakuan.

Tujuan : contoh nafas menjadi efektif.

Kriteria hasil : pasien memperlihatkan kemampuan melaksanakan latihan pernafasan, pernafasan yang dalam dan perlahan.

Intervensi :
  • Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, “pernafasan cepat”
  • Tinggikan kepala daerah tidur 40-60 derajat.
  • Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif
  • Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas dalam setiap jam.
  • Auskultasi dada terhadap suara nafas setiap 4 jam.
Diagnosa Keperawatan. 4

Ansietas berafiliasi dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.

Tujuan : ansietas teratasi

Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman perihal penyakit ketika ini dan mendemonstrasikan keterampilan kooping positif dalam menghadapi ansietas.

Intervensi :
  • Kaji sikap koping gres dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu.
  • Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut; berikan penenangan.
  • Jelaskan mekanisme dan tindakan dan beri penguatan klarifikasi mengenai penyakit, tindakan dan prognosis.
  • Pertahankan lingkungan yang hening dan tanpa stres.
  • Dorong santunan keluarga dan orang terdekat.

Daftar Pustaka
  • Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC; 2001
  • Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
  • Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
  • Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
  • Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika; 2001.

Untuk meend0wnl0ad laporan pendahuluan / LP ileus obstruktif / obstruksi usus pdf dan doc, dibawah.
  • Laporan pendahuluan ileus obstruktif / obstruksi usus doc, (Ambil File)
  • Laporan pendahuluan ileus obstruktif / obstruksi usus pdf, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP ileus obstruktif / obstruksi usus lengkap, d0wnl0ad pdf dan doc kami bagikan, biar bisa menjadi refferensi teman-teman sejawat sekalian dalam pembuatan tugas-tugas keperawatan, Terima kasih.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com

0 Response to "✔ Laporan Pendahuluan / Lp Ileus Obstruktif / Obstruksi Usus Lengkap, Download Pdf Dan Doc"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel