iklan banner

✔ Laporan Pendahuluan / Lp Fraktur Os Nasal / Patah Tulang Hidung, Download Doc Dan Pdf

Teman-teman sejawat dimanapun berada, pada postingan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan / lp fraktur os nasal / patah tulang hidung lengkap doc dan pdf.

Laporan pendahuluan fraktur os nasal merupakan salah satu bentuk kiprah keperawatan yang berbentuk makalah dan berisikan tinjauan teori hingga konsep askep. laporan pendahuluan ini telah kami susun menurut refferensi terpercaya.

Untuk membantu teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah askep, lp ataupun makalah lapora pendahuluan / lp fraktur o nasal / patah tulang hidung ini kami sediakan dalam dua bentuk format yang berbeda yaitu doc dan pdf.

Untuk mendapatkan laporan pendahuluan ini silahkan d0wnl0ad melalui link tautan yang kami sematkan diakhir artikel.

Laporan pedahuluan fraktur os nasal

Pengertian

Fraktur ialah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi.

Fraktur ialah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya sdisebabkan oleh ruda paksa.

Berdasarkan pengertian diatas maka Fraktur os nasal ialah truma tulang rawan pada nasal yang disebabkan oleh ruda paksa, missal : kecelakaan, benturan jago yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, dan lain-lain.


Anatomi  Fisiologi Hidung

Os nasal dipasangkan menyokong setengah potongan atas piramida nasal. Setiap os nasal berartikulasi secara lateral dengan prosesus frontal os maxilla dan berproyeksi secara anterior ke arah garis tengah. Bagian superior, os nasal tebal dan berartikulasi dengan os frontal. Bagian inferior, os nasal menjadi tipis, dan berartikulasi dengan kartilago lateral atas. Akibatnya, sebagian besar fraktur os nasal terjadi pada setengah potongan bawah os nasal. Septum potongan posterior terdiri dari vomer dan lamina perpendecularis os ethmoid dan bertempat di garis tengah belakang os nasal. Sayangnya, tulang-tulang ini tipis dan memperlihatkan sokongan yang kecil pada setengah potongan atas dari hidung.

Setengah potongan bawah dari hidung disokong oleh 2 kartilago lateral atas, 2 kartilago lateral bawah, dan kartilago quadrangularis Kartilago lateral atas mempunyai artikulasi jenis fibrosa di potongan superiornya dengan os nasal, di potongan medialnya dengan kartilago quadrangularis medial, dan di potongan inferiornya dengan kartilago lateral bawah. Konfigurasi berbentuk sayap burung camar ini memperlihatkan derma yang penting untuk katup nasal internal, potongan dari tahanan terbesar terhadap aliran udara inspirasi. Kartiloago lateral bawah terdiri dari crus medial dan lateral dalam konfigurasi berbentuk “sayap burung camar” yang sama. Terdapat relasi secara fibrosa di potongan superiornya dengan kartilago lateral atas, dan di potongan medialnya satu sama lain. Kartilago lateral bawah tebal dan menggambarkan kontur dari apex nasal dan nostril. Kartilago quadrangularis bertindak sebagai tiang tenda, memperlihatkan sokongan untuk apex dan dorsum nasi (Rubinstein, 2011).


Etiologi

Beberapa penyebab fraktur os nasal ialah sebagai berikut

1. Trauma
  • Langsung (kecelakaan lalulintas)
  • Tidak eksklusif (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang)
2. Patologis : Metastase dari tulang

3. Degenerasi

4. Spontan : Terjadi tarikan otot yang sangat kuat


Klasifikasi fraktur Os nasal / Patah tulang hidung

Fraktur Os nasal terbagi menjadi 3 yaitu :
  1. Fraktur hidung sederhana : Jika fraktur dari tulang hidung, sanggup dilakukan perbaikan dari fraktur tersebut dengan anastesi local.
  2. Fraktur Tulang Hidung Terbuka : Fraktur tulang hidung terbuka mengakibatkan perubahan tempat dari tulang hidung dan disertai laserasi pada kulit atau mukoperiosteum rongga hidung.
  3. Fraktur Tulang Nasoetmoid : Fraktur ini merupakan fraktur jago pada tulang hidung, prosesus frontal pars maksila dan prosesus nasal pars frontal. Fraktur tulang nasoetmoid sanggup mengakibatkan komplikasi (Mansjoer, 2007).

Patofisiologi

Gangguan traumatik os dan kartilago nasal sanggup mengakibatkan deformitas eksternal dan obstruksi jalan napas yang bermakna. Jenis dan beratnya fraktur nasal tergantung pada kekuatan, arah, dan prosedur cedera. Sebuah benda kecil dengan kecepatan tinggi sanggup memperlihatkan kerusakan yang sama dengan benda yang lebih besar pada kecepatan yang lebih rendah. Trauma nasal potongan lateral yang paling umum dan sanggup menimbulkan fraktur salah satu atau kedua os nasal. Hal ini sering disertai dengan dislokasi septum nasal di luar krista maxillaris Dislokasi septal sanggup menimbulkan dorsum nasi berbentuk S, asimetri apex, dan obstruksi jalan napas. Trauma frontal secara eksklusif pada hidung sering mengakibatkan depresi dan pelebaran dorsum nasi dengan obstruksi nasal yang terkait. Cedera yang lebih parah sanggup menimbulkan kominusi pecah menjadi kecil-kecil seluruh piramida nasal. Jika cedera ini tidak didiagnosis dan diperbaiki dengan tepat, pasien akan mempunyai hasil kosmetik dan fungsional yang jelek.

Diagnosis fraktur nasal yang akurat tergantung pada riwayat dan investigasi fisik yang menyeluruh. Riwayat yang lengkap mencakup penilaian terhadap kekuatan, arah, dan prosedur cedera munculnya epistaksis atau rhinorea cairan serebrospinalis, riwayat fraktur atau operasi nasal sebelumnya, dan obstruksi nasal atau deformitas nasal eksterna sehabis cedera. Pemeriksaan fisik yang paling akurat kalau dilakukan sebelum timbulnya edema pasca trauma. Pemeriksaan ini memerlukan pencahayaan yang cukup lampu kepala atau otoskop, instrumentasi spekulum hidung, dan suction sebaiknya tipe Frasier. Inspeksi pada potongan dalam hidung sangat penting (Rubinstein, 2011).

Pathway fraktur os nasal


Untuk pathway fraktur os nasal doc DISINI


Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis fraktur ialah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.
  • Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya hingga fragmen tulang di imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
  • Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak sanggup dipakai dan cenderung bergerak secara tidak alamiah bukannya tetap rigid ibarat normalnya, pergeseran fragmen pada fraktur mengakibatkan deformitas, ekstermitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstermitas yang normal. Ekstermitas tak sanggup berfungsi dengan baik lantaran fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
  • Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang bekerjsama lantaran kontraksi otot yang menempel di atas dan bawah tempat fraktur.
  • Saat ekstermitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan krepitus yang teraba jawaban ukiran antara fragmen satu dengan lainnya.
  • Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai jawaban stress berat dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya gres terjadi sehabis beberapa jam atau hari sehabis cedera (Brunner dan suddarth ,2010).

Komplikasi

Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari fraktur os nasal ialah sebagai berikut :
  • Deviasi hidung : Deviasi sanggup terjadi pada septum nasal, tulang nasal atau keduanya.
  • Bleeding
  • Saddling
  • Kebocoran cairan serebrospinal
  • Komplikasi orbital (Hidayat, 2009).

Pemeriksaan Penunjang

Dari investigasi radiologi water positions, pada foto cranium anteroposterior, foto nasale lateral, didapatkan kesan fraktur os nasal dengan aposisi et alignment baik dan tidak tampak pembesaran chonca nasalis bilateral. Dari data tersebut sanggup ditegakkan diagnosis fraktur os nasal dengan penyebab oleh lantaran kecelakaan kemudian lintas.
  • Pemeriksaan Rongent : Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior, posterior lateral.
  • CT Scan tulang, fomogram MRI : Untuk melihat dengan terperinci tempat yang mengalami kerusakan.
  • Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer) (Doengoes, 2007).

Penatalaksanaan

Penatalaksaan pada klien dengan fraktur tertutup ialah sebagai berikut :

1. Terapi non farmakologi, terdiri dari :
  • Mengelevasikan kepala dan kompres dingin, kemudian dilakukan pembedahan dengan reposisi os.nasal teknik reduksi tertutup dengan sebelumnya
  • Elevasi dari kepala dan penggunaan kompres air hambar pada tempat periorbital dan regio nasal sendiri sanggup membantu untuk mengurangi edema yang terjadi. Untuk teknik pembedahannya sendiri tergantung dari fraktur hidung yang terjadi.
2. Terapi farmakologi, terdiri dari :
  • Reposisi terbuka, membutuhkan sedasi yang lebih dalam atau anestesia umum. Indikasinya antara lain fraktur luas-dislokasi dari tulang nasal dan septum, dislokasi fraktur dari septum kaudal, fraktur septum terbuka, deformitas persisten sehabis reduksi tertutup, untuk indikasi relatifnya ibarat hematom septum, reduksi tulang yang inadekuat terkait dengan deformitas pada septum, deformitas kartilagenus, pembedahan intranasal baru-baru ini.
  • Reduksi tertutup, elevasi dari kepala dan penggunaan kompres air hambar pada tempat periorbital dan regio nasal sendiri sanggup membantu untuk mengurangi edema yang terjadi. Untuk teknik pembedahannya sendiri tergantung dari fraktur hidung yang terjadi.
Dari hasil anamnesis didapatkan data pasien dengan nyeri pada hidungnya disertai keluar darah/mimisan. Dari investigasi hidung didapatkan jejas pada hidung, tampak deformitas, terdapat nyeri tekan hidung, deviasi septum nasi. Dari investigasi radiologi water positions, pada foto cranium anteroposterior, foto nasale lateral, didapatkan kesan fraktur os nasal dengan aposisi et alignment baik dan tidak tampak pembesaran chonca nasalis bilateral. Dari data tersebut sanggup ditegakkan diagnosis fraktur os nasal dengan penyebab oleh lantaran kecelakaan kemudian lintas. Terapi yang diberikan pada pasien ini ialah dengan mengelevasikan kepala dan kompres dingin, kemudian dilakukan pembedahan dengan reposisi os.nasal teknik reduksi tertutup dengan sebelumnya diberikan medikasi. Untuk tindakan operasinya sendiri tergantung dari jenis frakturnya. (Hidayat, 2009)


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Pengkajian Pasien Post Operasi Fraktur ( Doenges, 2007) mencakup :

a. Gejala Sirkulasi

Gejala : Riwayat persoalan jantung, GJK, edema pulmononal, penyakit vascular perifer atau Statis vascular (peningkatan resiko pembentu kan thrombus ).

b. Integritas Ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor stress multiple, contohnya financial, hubungan, gaya hidup.

Tanda : tidak sanggup istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

c. Makanan / Cairan

Gejala : insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ;
malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).

d. Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkatan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga wacana hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obatobatan dan sanggup mengubah koagulasi) ; Riwayat transfusi darah / reaksi transfusi.

Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

e. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, anti inflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obatobatan rekreasional. Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

Pemeriksaan Penunjang :
  • Pemeriksaan Rongent : Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior, posterior lateral.
  • CT Scan tulang, fomogram MRI : Untuk melihat dengan terperinci tempat yang mengalami kerusakan.
  • Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)

Diagnosa Keperawatan
  • Resiko tinggi terhadap jalan nafas tidak efektif b/d perlukaan intra nasal
  • Nyeri akut b/d stress berat jaringan os nasal
  • Ansietas b/d adanya bahaya terhadap konsep diri/citra diri

Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1

Resiko tinggi terhadap jalan nafas tidak efektif b/d perlukaan intra nasal

Tujuan : Setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 2 X 24 jam, potensi jalan nafas sanggup dipertahankan, dengan kriteria hasil :
  • Pola pernapasan normal
  • Bunyi napas terperinci dan tidak bising
  • Aspirasi sanggup dicegah
Intervensi :
  • Observasi frekwensi/irama pernapasan ; pernapasan cuping hidung, pernapasan mengorok/stridor, dan serak. Rasional : Dapat mengindikasikan terjadinya gagal pernapasan
  • Awasi tanda vital dan perubahan mental. Rasional : Takikardia/peningkatan gelisah sanggup mengindikasikan terjadinya hipoksia/pengaruh terhadap pernapasan.
  • Auskultasi suara napas. Rasional : Adanya mengi / ronchi memperlihatkan secret tertahan.
  • Perubaha posisi secara periodik dan dorong pernapasan dalam. Rasional : Meningkatkan ventilasi ke semua segman paru dan mobilisasi sekret, menurunkan resiko atelektasis dan peneumonia.
  • Dorong pemasukan cairan sedikitnya 2-3 liter perhari, hindari minuman karbonat. Rasional : Pengenceran sekret mulut/pernapasan untuk meningkatkan pengeluaran. Minuman karbonat ”busa” pada area orofaringdan mungkin untuk klien menahannya, sehingga mempengaruhi jalan napas.
Diagnosa Keperawatan 2

Nyeri akut b/d stress berat jaringan os nasal

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam  klien bisa mengontrol nyeri, dengan kriteria hasil : 
  • Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
  • Mengikuti kegiatan pengobatan yang diberikan
  • Menunjukan penggunaan tehnik relaksasi
Intervensi :
  • Kaji tipe atau lukasi nyeri. Perhatikan intensitas pada skala 0-10. Perhatikan respon terhadap obat. Rasional : Menguatkan indikasi ketidaknyamanan, terjadinya komplikasi dan penilaian keevektivan intervensi.
  • Dorong penggunaan tehnik menejemen stres, rujukan napas dalan dan visualisasi. Rasional : Meningkatkan relaksasi, memvokuskan kembali perhatian, dan sanggup meningkatkan kemampuan koping, menghilangkan nyeri.
  • Kolaborasi pemberian obat analgesik. Rasional : mungkin dibutuhkan untuk penghilangan nyeri/ketidaknyamanan.
Diagnosa keperawatan 3

Ansietas b/d adanya bahaya terhadap konsep diri/citra diri

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, klien mempunyai rentang respon adaptif, dengan kriteria hasil :
  • Tampak relaks dan melaporkan ansietas menurun hingga sanggup ditangani.
  • Mengakui dan mendiskusikan rasa takut.
  • Menunjukkan rentang perasaan yang tepat.
Intervensi : 
  • Dorong ekspresi ketakutan/marah. Rasional : Mendefinisikan persoalan dan efek pilihan intervensi.
  • Akui kenyataan atau normalitas perasaan, termasuk marah. Rasional : Memberikan derma emosi yang sanggup membantu klien melalui penilaian awal juga selama pemulihan
  • Berikan informasi akurat wacana perkembangan kesehatan. Rasional : Memberikan informasi yang jujur wacana apa yang dibutuhkan membantu klien/orang terdekat mendapatkan situasi lebih evektif.
  • Dorong penggunaan menejemen stres, rujukan : napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi. Rasional : membantu memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan penigkatan kemampuan koping.

Daftar Pustaka
  • Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
  • Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan Keperawatan dan persoalan kolaboratif. Alih Bahasa : I Made Kanosa, Edisi III. EGC Jakarta.
  • Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Jakarta
  • Sudart dan Burnner, (1996). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3. EGC : Jakarta.
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan / lp fraktur os nasal / patah tulang hidung pdf dan doc, dibawah.
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / lp fraktur os nasal / patah tulang hidung, d0wnl0ad doc dan pdf kami bagikan supaya bisa menjadi refferensi bagi teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah - kiprah keperawatan.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com

0 Response to "✔ Laporan Pendahuluan / Lp Fraktur Os Nasal / Patah Tulang Hidung, Download Doc Dan Pdf"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel